2.5 Mekanisme Koping Kecemasan
Setiap ada stressor penyebab individu mengalami ansietas, maka secara normal muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping.
Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme
koping yang digunakan dapat mengatasi kecemasannya. Secara umum, mekanisme koping terhadap kecemasan diklarifikasikan ke dalam dua kategori
Asmadi, 2008: 1 Strategi Pemecahan Masalah Problem Solving Strategic, dimana strategi ini bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah
ancaman yang ada dengan mengkomunikasikan permasalahan yang dialami klien kepada perawat. Dalam hal ini perawat melakukan komunikasi terapeutik kepada
klien untuk membicarakan kecemasan yang dialami oleh klien, sehingga perawat dapat membantu klien untuk mengatasi kecemasannya. 2 Mekanisme
pertahanan diri, merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan yang tidak adekuat, disini perawat berperan untuk
memberikan informasi- informasi penting kepada klien tentang penyakitnya, seperti ketika klien cemastakut akan kematian karena penyakit kanker serviks
yang dideritanya, perawat dapat memberikan informasi kepada klien bahwa penyakitnya tersebut bisa disembuhkan dengan berbagai macam pengobatan
seperti pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Dalam hal ini perawat harus dapat melakukan komunikasi terapeutik yang baik dalam hal menyampaikan
informasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Faktor- Faktor Kecemasan Faktor- faktor kecemasan ada 2 yaitu:
a Faktor Predisposisi 1. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu Id, Ego, dan Super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super
ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator
antara tuntutan dari Id dan Super ego. Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi Stuart, 2006.
2. Teori Interpersonal Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini
juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya
individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat Stuart,2006.
3. Teori Perilaku Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang menganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori ini menyakini
Universitas Sumatera Utara
bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada
kehidupan masa dewasanya Smeltzer Bale, 2002. b Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas
seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Menurut Smeltzer Bale 2002, Faktor- faktor kecemasan pasien antara
lain: a. Faktor – faktor internal, yaitu;
1 Potensial Stresor Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan
tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut
Lazarus Folkman 2001 stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan
sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Potensial stresor merupakan
setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stresor psikososial perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa
mengadakan adaptasi. Dimana setiap orang memiliki stresor dan cara penanganan yang berbeda. Seseorang yang memiliki potensial stresor yang
baik maka ia dapat mengatasi kecemasan dalam menghadapi
Universitas Sumatera Utara
permasalahannya. Namun sebaliknya jika ia memiliki potensial stresor yang tidak baik maka kecemasannya cenderung meningkat Smeltzer dan
Bale, 2002. 2 Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur
mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan. 3 Pendidikan dan status ekonomi
Pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat
pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional
dan menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah baru. 4 Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik, penyakit kronis, penyakit keganasan akan mudah mengalami kelelahan fisik, sehingga akan lebih
mudah mengalami kecemasan. Pada pasien kanker serviks, gejala- gejala seperti nyeri akan mempengaruhi keadaan fisik pasien tersebut.
5 Tipe kepribadian Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan
menderita gangguan kecemasan, hal ini juga tergantung pada struktur atau tipe kepribadian seseorang. Orang yang berkepribadian A akan lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada orang dengan
Universitas Sumatera Utara
kepribadian B. Ciri-ciri orang yang berkepribadian A adalah : tidak sabar, ambisius, menginginkan kesempurnaan, merasa terburu-buru waktu,
mudah tersinggung, mudah gelisah. Sedang tipe B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas. Menurut Hipocrates Purwanto
2006 bahwa tipe kepribadian dibagi menjadi 4 yaitu tipe choleris dengan ciri-ciri suka marah dan mudah tersinggung. Tipe melankolis mempunyai
sifat rendah diri, cepat sedih, sering merasa putus asa. Tipe plegmatis memiliki sifat lamban, apatis dan pasif. Sedangkan tipe sanguinis dengan
ciri-ciri cekatan, periang dan aktif bekerja. b. Faktor- faktor eksternal, antara lain:
1 Dukungan keluarga Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit.Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
yang diperlukan. Menurut Gottlieb 1998 dalam Kuncoro 2002 dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran,
bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang- orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa
kehadiran dan hal- hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang
merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada
dirinya. Dengan memahami pentingnya dukungan keluarga, seharusnya
Universitas Sumatera Utara
keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita kanker serviks mendukung dan memotivasi penderita agar tetap semangat dalam
menghadapi kondisi penyakitnya. faktor 2 Dukungan sosial
Dukungan sosial memiliki peranan penting dalam mengatasi kecemasan. Seseorang yang memiliki komunitas atau kelompok dalam
berinteraksi, mereka dapat berbagi permasalahan dan informasi yang mereka hadapi. Dukungan sosial bahwa dirinya diperhatikan dan dicintai
oleh orang lain, merasa dirinya dianggap atau dihargai, dan membuat seseorang merasa bahwa dirinya bagian dari jaringan komunikasi oleh
anggotanya Friedman, 2000. 3 Akses informasi
Merupakan pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Infor masi adalah
segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum menjalani pengobatan. Pada pasien kanker serviks, informasi mengenai penyakitnya bisa di
dapatkan dari perawat, dokter atau petugas kesehatan lain, dimana informasi tersebut harus bersifat jujur dan dapat dipercaya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor internal dan eksternal pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik
Medan.
Skema 3.1 Kerangka penelitian gambaran faktor internal dan eksternal pada
Pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan
Faktor internal: - Potensial stresor
- Maturitas - Pendidikan dan
Status ekonomi - Keadaan fisik
- Tipe kepribadian
Faktor eksternal: - Dukungan keluarga
- Dukungan sosial - Akses informasi
- Dialami - Tidak dialami
Universitas Sumatera Utara