FAKTOR YANG MENIMBULKAN KETUNACAKAPAN BELAJAR

BAB VII FAKTOR YANG MENIMBULKAN KETUNACAKAPAN BELAJAR

A. Pengertian Siswa Tuna Cakap Belajar

Istilah yang digunakan untuk menyebut tuna cakap belajar cukup beragam, keragaman istilah ini disebabkan oleh sudut pandang ahli yang berbeda-beda seperti dikemukakan berikut ini.

a. Kelompok ahli pendidikan menyebutnya dengan istilah educationally handicapped karena murid-murid ditinjau mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pendidikan sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan secara khusus sesuai dengan bentuk dan derajat kesulitannya.

b. Bidang medis menyebutnya dengan brain injured, minimal brain dyshfunction. Karena dari hasil deteksi secara medis anak-anak tuna cakap belajar mengalami penyimpangan dalam pekembangan otaknya yang diakibatkan adanya masalah pada saat persalinan atau bawaan internal sejak lahir.

c. Kelompok ahli psikolinguistik menggunakan istilah language disorders karena anak-anak tuna cakap belajar cenderung mengalami gangguan dalam berbahsa, baik berbahasa ekspresif maupun reseptif.

Secara umum murid tuna cakap belajar dapat diartikan sebagai murid yang memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang bisa menghambat alur belajar yang normal sehingga menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan perseptual-motorik tertntu atau kemampuan berbahasa.

B. Siswa Dengan Tuna Cakap Belajar

1. Biodata Siswa

Nama siswa

: Rahmad Kurniawan

Jenis Kleamin

: Laki-laki

Tempat,Tanggal Lahir : Semarang, 14 Februari 2004 Agama

: Islam

Anak ke

Status dalam keluarga

: Anak kandung

Alamat : Desa Tugu rejo Rt. 03 Rw 05, Ngaliyan Semarang

Hobi

: Bermain

Pelajaran yang disukai : Kepedulian Diri dan Lingkungan Alasan

: Mudah, menyenangkan. Pelajaran kurang disukai : Matematika Alasan

: Pembagian dan perkalian Kebiasaan dikelas

: aktif, kurang memperhatikan saat guru meyampaikan materi.

2. Jenis Tuna Cakap Belajar Siswa

Dari kegiatan observasi yang kami lakukan di SD N Tambak Aji

05 dapat diketahui bahwa siswa yang bersangkuatan mengalami minimal brain dysfunction atau keminimalan fungsi otak, khususnya pada proses berhitung dan berkomunikasi. Ketidakberfungsian ini bisa ditunjukkan dalam berbagai kombinasi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian perhatian, atau fungsi motorik sehingga siswa mengalami kesulitan dalam hal-hal sebagai berikut:

a) Aspek Kognitif Siswa berkesulitan belajar dalam aspek kognitif menunjukan masalah-masalah khusus seperti: kemampuan membaca, menulis, bicara, mendengarkan, berfikir dan matematis. Semuanya merupakan penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Penekanan seperti ini merefleksikan keyakinan bahwa anak tuna cakap belajar lebih banyak berkaitan dengan orientasi akademik dan bukan disebabkan oleh tingkat kecerdasan yang rendah atau meemiliki kemampuan yang normal akan tetapi kemampuan a) Aspek Kognitif Siswa berkesulitan belajar dalam aspek kognitif menunjukan masalah-masalah khusus seperti: kemampuan membaca, menulis, bicara, mendengarkan, berfikir dan matematis. Semuanya merupakan penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Penekanan seperti ini merefleksikan keyakinan bahwa anak tuna cakap belajar lebih banyak berkaitan dengan orientasi akademik dan bukan disebabkan oleh tingkat kecerdasan yang rendah atau meemiliki kemampuan yang normal akan tetapi kemampuan

b) Aspek Bahasa Siswa berkesulitan belajar dalam aspek bahasa menunjukan karakteristik kesulitan dalam mengekspresikan diri baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kata lain murid yang mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami bahasa(bahasa reseptif) serta dalam mengekspresikan diri secara verbal (bahasa ekspresif).

c) Aspek Motorik Siswa berkesulitan belajar dalam aspek motorik berkaitan dengan keterampilan motorik-perseptual yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau pola. Kemampuan motorik ini diperlukan untuk menggambar, menulis, atau mengunakan gunting, serta sangat diperlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata yang dalam banyak hal kondisi tersebut kurang dimiliki murid yang mengalami tuna cakap belajar.

d) Aspek Sosial dan emosi Dua karakteristik yang sangat diangkat sebagai karakteristik sosial-emosional murid tuna cakap belajar ialah kelebihan emosional ditunjukan oleh sering berubahnya suasana hati dan tempramen, sementara ke-impulsif-an merujuk pada lemahnya pengendalian terhadap dorongan-dorongan tersebut.

3. Faktor-faktor Yang Menimbulakn Ketuna Cakapan Belajar Siswa

Setelah diidentifikasi serta dapat diketahui jenis dan karakteristik dari siswa yang mengalami tuna cakap belajar, maka langkah berikutnya adalah memahami faktor-faktor yang menimbulkan ketuna cakapan belajar, diantaranya:

a. Faktor internal

1. Keminimalan fungsi otak

2. Gangguan secara fisik

3. Ketidakseimbangan mental (gangguan fungsi mental)

- Kurangnya kemampuan mental - Taraf kecerdasannya cenderung kurang

4. Kelemahan emosional - Merasa tidak aman - kurang bisa menyesuaikan diri - Tercekam rasa takut - Benci - Antipati - Ketidakmatangan emosi.

5. Kebiasaan dan sikap yang salah - Kurang perhatian terhadap pelajaran sekolah (malas belajar) - Bolos (tidak mengikuti pelajaran)

b. Faktor eksternal - Terlalu lama dalam kandungan - Pemberian ASI tidak ekslusif - Ketidakcocokan susu formula yang dikonsumsi - Gaya pengasuhan orang tua yang terlalu memanjakan

sehingga anak sulit untuk mendiri

- Minimnya perhatian orang tua karena kesibukan - Tidak terciptanya lingkungan belajar yang baik di rumah - Seringnya berpindah-pindah sekolah sehingga menyebabkan

anak sulit untuk beradaptasi baik dengan pelajaran maupun lingkungan sekolah

4. Teknik Membantu Siswa Tuna cakap Belajar

Di lingkungan Sekolah Murid diposisikan duduk di depan bangu paling depan Guru memberikan petunjuk secara tertulis dan lisan untuk semua tugas yang diberikan Memberikan tugas kelompok supaya terjalin sosialisasi dengan teman Penggunaan alat peraga semaksimal mungkin

Memberikan rancangan tertulis bagi setiap pokok bahasan pelajaran Bahan-bahan pelajaran disesuaikan dan tidak dipaksakan. Mencoba memberikan tes lisan Memberikan tugas-tugas secara tertulis yang sederhana Memberikan tes tertulis yang beragam seperti menjodohkan, pilihan ganda, salah benar dan isisan singkat. Memberikan tugas-tugas yang bervariasi Mengikuti tes psikologis

a. Di lingkungan keluarga - Memeriksakan murid ke dokter ahli untuk mengetahui kesehatan murid tersebut - Gaya pengasuhan orang tua yang baik, tidak permisif dan otoritatif - Memaksimalkan perhatian sehingga anak tidak merasa sendiri dan diabaikan - Menciptakan kondisi/lingkungan belajar yang baik di rumah - Menjadi “teman” yang friendly bagi anak - Selalu memberikan motivasi kepada anak - Membantu anak untuk mengtahui dan menerima kenyataan

tentang keadaan dirinya. - Pemberian kasih sayang yang maksimal - Membantu anak menghadapi kesulitan yang dimiliki dirinya.

C. Kegiatan Observasi

a. Lembar observasi terhadap kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hari

: Selasa

Tanggal

: 13 Oktober 2015 : 13 Oktober 2015

Kegiatan

Tidak Memperhatikan guru

Ya

√ Mencatat pelajaran

Bertanya √ Menjawab pertanyaan

√ Mengantuk

Mengganggu teman

Mengerjakan tugas