PENGERTIAN, JENIS, IDENTIFIKASI DAN FAKTOR KETUNACAKAPAN BELAJAR

BAB VI PENGERTIAN, JENIS, IDENTIFIKASI DAN FAKTOR KETUNACAKAPAN BELAJAR

A. Pengertian Tuna Cakap Belajar

Murid tuna cakap belajar mungkin jarang terdengar di masyarakat, karena yang lazim digunakan adalah murid berkesulitan belajar. Secara

esensial kedua istilah tersebut dapat dikatakan „identik‟ meskipun jika dilihat dari faktornya menimbulkan perbedaan. Ketunacakapan belajar cenderung lebih bersifat internal. Namun keduanya menunjukkan hal yang sama, yakni ketidakmampuan di dalam belajar. Berikut pendapat beberapa ahli mengenai anak tuna cakap belajar:

1) Kelompok ahli pendidikan mengartikan anak yang mengalami tuna cakap belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pendidikan. Mereka menyebutnya educationally handicapped.

2) Kelompok dari bidang medis menyebutnya brain injured, minimal brain dysfunction. Hal tersebut diakbatkan karena adanya penyimpangan dalam perkembangan otaknya, yang diakibatkan adanya masalah pada saat persalinan atau memang sejak lahir mengalami gangguan.

3) Kelompok Psikolinguistik menyebutnya language disorders, yaitu anak yang cenderung mengalami gangguand dalam berbahasa.

4) Canadian Assosiation for Children and Adults menyebutnya learning disabilities, yakni mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah meskipun kecerdasannya termasuk normal, sedikit di atas normal, atau sedikit di bawah normal.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tuna cakap belajar adalah keragaman kelompok yang mengalami gangguan yang diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar.

B. Jenis-Jenis Tuna-Cakap Belajar

Jenis-jenis tuna cakap belajar dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:

1) Minimal Brain Dysfunction Minimal Brain Dysfunction adalah ketidakberfungsian minimal otak, digunkan untuk merujuk suatu kondisi gangguan syaraf minimal pada murid. Ketakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai kombinasi kesulitan seperti : persepsi, konseptualisasi, bahasa, memori pengendalaian perhatian, impulse (dorongan) atau fungsi motorik.

Beberapa symptom spesefik dari ketakberfungsian otak minimal ialah :

a. Kelemahan Dalam Persepsi dan Pembentukan Konsep

b. Gangguan Berbicara dan Komunikasi

c. Gangguan Fungsi Motorik

d. Prestasi dan Penyesuaian Akademik

e. Gangguan Emosional

f. Gangguan Proses Berfikir

2) Aphasia Kondisi dimana anak gagal menguasai ucapan-ucapan bahasa yang bermakna pada usia 3.0 tahun-an. Ketakcakapan bicara ini dapat dijelaskan karena faktor ketulian, ketebelakangan mental, gangguan bicara, atau faktor lingkungan.

Secara garisa besar simpton aphasia digolongkan ke dalam 3 karakteristik utama, yaitu:

a) Receptive aphasia Receptive aphasia ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar

2. Tidak daapt memahami apa yang ia baca

b) Expressive aphasia Expressive aphasia ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Jarang bicara di kelas

b. Kesulitan dalam melakukan peniruan

c. Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide

d. Jarang menampilkan gesture (gerak tangan) d. Jarang menampilkan gesture (gerak tangan)

c) Inner aphasia Inner aphasia ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tidak mampu melakukan asosiasi, menyebabkan sulit berpikir

abstrak

b. Memberikan respon yang tak layank atas panggilan/sahutan

c. Lamban merespon.

3) Dyslexia Dyslexia adalah ketakcakapan membaca. Symptom umum yang sering ditampilkan anak dysfexia ialah :

a. Kelemahan Orientasi kanan-kiri

b. Kecenderungan membaca kata bergerak mundur, “dia” dibaca “aid”

c. Kelemahan keterampilan jari

d. Kesulitan dalam berhitung, kesalahan hitung

e. Kelemahan memori otak

f. Kelemahan memori visual tidak mampu memvisualkan kembali objek kata, atau huruf

g. Dalam membaca keras tidak mampu menkonversikan symbol visual dalam symbol auditif yang sejalan dengan bunyi kata secara benar yang diucapkan tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya.

4) Kelemahan Perseptual atau Perseptual-Motorik

Kelemahan preseptual dan preseptual-motorik sebenarnya merujuk kepadsa masalah yang sama, persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan dengan aspek motorik. Persepsi itu sendiri membedakan stimulus sensoris, yang pada gilirnnya harus diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna.

C. Karakteristik Tuna Cakap Belajar

Setiap anak atau siswa memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda, adapun karakteristik secara umum anak tuna cakap belajar antara lain:

a. Memiliki kelemahan dalam berpikir dan menerima materi atau stimulus yang diberikan oleh guru.

b. Intelegensinya dibawah rata-rata.

c. Tidak menunjukan peningkatan prestasi.

d. Lebih cenderung menyendiri, cuek dan pemalu.

e. Jika dihadapkan dengan sebuah pertanyaan atau soal cenderung tidak bisa menjawab atau lambat.

f. Tidur didalam kelas.

g. Tidak aktif.

h. Nyontek pekerjaan teman.

i. Tidak naik kelas.

Beberapa pakar juga mencoba menentukan karakteristik anak tuna cakap belajar seperti :

a. Karakteristik akademik Barbara Goldstein (dalam Yunus, 2005) menjelaskan bahwa anak yang berkesulitan setidaknya memiliki setidaknya salah satu ciri dari tujuh ciri kesulitan yaitu: berbicara, menyimak, ekspresi menulis, kelancaran membaca,memahami bacaan, berhitung, dan berpikir matematis. Sedangkan menurut acuan guru di Amerika ada sebelas gugus kesalahan yang dilakukan anak berkesulitan belajar, yaitu : kesalahan ejaan

1. Kesalahan membedakan apa yang didengar

2. Kesulitan mengenal huruf

3. Kesulitan menangkap dan mengucapkan bunyi awal kata

4. Kesalahan membilang

5. Kesulitan mengingat apa yang didengar

6. Kesulitan mengingat apa yang dilihat

7. Ketidak tepatan koordinasi anggota badan

8. Kesalahan orientasi pada bidang datar

9. Kesalahan ucapan unsur kata

10. Kesalahan gerak halus yang tampak saat menulis. Kegagalan menimbulkan kecemasan, rasa gagal, dan kurang motivasi belajar

b. Karakteristik medis Anak tuna cakap belajar mengalami kesulitan seperti :

1. Gangguan keseimbangan dalam mengontrol posisi tubuh dari tarikan gravitasi yang menimbulkan kesulitan menulis

2. Gangguan dalam mengkoordinasikan gerakan motorik, ketidak harmonisan gerak beik yang gerakan kasar maupun gerakan halus.

3. Berhubungan dengan laterasi, yaitu yang berkenaan dengan kesadaran tentang arah kanan-kiri, belakang-depan, atas-bawah.

4. Berupa gangguan body image (gambaran tubuh) adalah pemahaman tubuh sendiri secara keseluruhan, misalnya kesadaran tentang posisi tangan, mata, telinga dan sebagainya. Body skema ialah kesadaran mengenai orientasi ruang yang berkaitan dengan tubuh.

c. Karakteristik psikologis Menurut hasil studi Hidayat dkk. (1996) ada keterkaitan antara gangguan proses psikilogi dasar dengan gangguan motorik dan kesulitan belajar. Berupa gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi motorik, gangguan body image, dan gangguan laterasi. Pengaruh itu mempengaruhi pandang tuang yang akan menimbulkan gangguan konsentrasi dan aternsi dan mengakibatkan gangguan persepsi dan menimbulkan kesulitan pada : pemahaman bentuk, memahami gerak dan memahami perintah.

Karakteristik tuna cakap belajar yang ditemukan pada murid kecendrungan menunjukkan kesulitan dalam hal-hal berikut :

a. Aspek Kognitif

Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam masalah-masalah khusus, seperti : kemampuan membaca, menulis mendengarkan, berpikir dan matematis.

Kasus kesulitan membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di sekolah merupakan contoh klasik kurang berfungsinya aspek kognitif anak yang mengalami tuna cakap belajar. Kasus-kasus ini membuktikan bahwa anak tuna cakap belajar memiliki kemempuan kognitif yang normal, akan tetapi kemempuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik ( academic retardation) , yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan dengan apa yang dicapainya secara nyata.

b. Aspek Bahasa Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam mengekspresikan diri, baik secara lisan (verbal) maupun tertulis. Dengan kata lain murid yang mengalami tuna cakap belajar dalam aspek bahasa,cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami bahasa (bahasa reseptif ) serta dalam mengekpresikan diri secara verbal (bahasa ekspresif).

c. Aspek motorik Masalah motorik murupakan kesulitan dalam keterampilan motorik-perseptual ( perceptual-motorproblem) yang deperlukan untuk mengembangakan keterampilan meniru rancangan atau pola, kemampuan ini diperlukan untuk menggambar, menulis menggunakan gunting, serta sangat diperlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata, yang dalam banyak hal koordinasi tersebut kurang dimanfaatkan murid yang mengalami tuna cakap belajar.

d. Aspek Sosial dan Emosi

Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteistik social-emosional murid tuna cakap belajar ialah kelabilan emosional dan keimpulsif-an. Kelebihan emosional ditunjukkan sering berubahnya suasana hati dan temperamen yang menyebabkan lemahnya pengendalian terhadap dorongan- dorongan.

D. Identifikasi ketuna-cakapan belajar

Prosedur identifikasi dan metode pengajaran yang di gunakan untuk murid yang tuna cakap belajar, memiliki prinsip-prinsip evaluasi sebagai berikut:

a. Tes atau evaluasi harus di berikan dalam bahasa anak

b. Tidak ada prosedur tunggal yang bisa digunakan untuk menentukan program pendidikan yang layak bagi anak berkesulitan belajar

c. Evaluasi di lakukan oleh tim yang berasal dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi, guru tetap dan ahli yang mampu mlakukan diagnostik.

Kriteria untuk menentukan ketunacakapan belajar yang khusus.

1) Murid tidak mampu mencapai prestasi sesuai usia dan kecakapan dalam satu atau lebih bidang

a. Keterampilan membaca dasar

b. Mendengarkan pemahaman

c. Ekspresi tulisan dll

2) Seorang murid tidak diidentifikasi mengalami tuna cakap belajar jika kesenjangan antara kecakapan dengan prestasi disebabkan oleh:

a. Hambatan visual

b. Keterbelakangan mental

c. Gangguan emosional

3) Observasi

4) Laporan tertulis

E. Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Ketuna-Cakapan Belajar

Jerome Rosner (1993) melihat bahwa hal-hal yang paling umum, yang secara langsung berkaitan dengan masalah kesulitan khususnya dalam ketunacakapan belajar murid di tingkat sekolah dasar ialah keterlambatan dalam perkembangan ketermpilan perseptual dan kecakapan berbahasa.

Selanjutnya, kephart (1967) mengelompokkan penyebab ketuna cakapan belajar kedalam katagori utama yaitu :

a. Kerusakan Otak Kerusakan otak berarti terjadinya kerusakan syaraf seperti dalam satu kasus encephalitis, meningitis, toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang diperlukan untuk prosis belajar pada anak remaja. Pada anak yang mengalami minimal brain dysfunction pada saat lahir akan menjadi masalah besar pada saat anak mengalami proses belajar.

b. Faktor Gangguan Emosional Gangguan emosional terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan sehingga menggangu hubungan fungsional sistem urat syaraf.

c. Faktor “Pengalaman” Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor seperti kesenjangan perkembangan dengan kemiskinan pengalaman lingkungannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh anak yang terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang layak atau tidak memperoleh kesempatan menangani peralatan atau mainan tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah anak dalam mengembangkan keterampilan manipulatif dalam penggunaan alat tulis seperti pensil atau bollpoint.

F. Teknik Membantu Anak Tuna Cakap Belajar dan Pencegahanya

Cartwright (1984) mengemukakan cara mengajar murid yang mengalami tuna cakap belajar.

a) Bagi murid yang memiliki masalah pendengaran dan pengelihatan, dengan cara:

1. Guru duduk di depan kelas

2. Memberikan tugas kelompok

3. Guru memberi penjelasan tertulis dan lisan untuk semua tugas yang di berikan

b) Bagi murid yang memiliki masalah pendengaran, dengan cara:

1. Menggunakan alat-alat visual

2. Merangkum materi pokok dari setiap mata pelajaran di akhir proses pembelajaran

3. Memberikan rancangan tertulis bagi setiap pokok bahasa

c) Bagi murid yang mengalami masalah pengelihatan dan gerak, dengan cara:

1. Memberi kesempatan pada murid untuk merekam penjelasan guru

2. Memberikan tes lisan

Cara mengevaluasi murid tuna cakap belajar :

1. Menyusun ilustrasi dari setiap pokok bahasan yang diteskan

2. Membuat gambar yang menjelaskan tentang gagasan dari setiap pokok bahasan

3. Membuat majalah dinding

4. Menulis atau merekam berita mengenai suatu hal yang berkaitan dengan pelajaran

5. Mewawancarai seseorang yang memahami topik-topik pelajaran

Menurut Rosner dalam Sunaryo (1998:108-112) menggolongkan pola layanan bimbingan ke dalam layanan Remidiasi, Kompensasi, dan Prevensi

a. Layanan remidiasi terfokus pada upaya menyembuhkan, mengurangi, atau jika mungkin menghilangkan kesulitan belajar.

b. Layanan kompensasi yaitu mengembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang normal atau baku yang memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang memuaskan dalam keadaan kekurang terampilal perseptual dan bahasa.

c. Layanan prevensi langkah pertama dalam prevensi adalah mengidentifikasi murid sebelum dia mengalami kesulitan atau ketunacakapan belajar di sekolah. Langkah-langkah ini dilaksanakan melalui tes atau pemeriksaan terhadap aspek-aspek pribadi murid yaitu:

1. Kesehatan

2. Perkembangan menyangkut aspek-aspek sosial, bahasa, motor, dan tingkah laku adaptif

3. Pengelihatan dan pendengaran

4. Keterampilan dan prespetual

5. Usia pra sekolah

6. Usia masuk TK