BIMBINGAN DAN KONSELING (1). pdf

BAB I KONSEP DASAR,KEBUTUHAN BIMBINGAN, FUNGSI, JENIS, DAN LAYANAN BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR

A. Hakikat Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

Konsep adalah suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena. Konsep yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Jelas, artinya dapat dipahami dan tidak mengandung pertentangan.

2. Komprehensif, artinya dapat menjelaskan fenomena secara menyeluruh.

3. Eksplisit, artinya setiap penjelasan didukung oleh bukti yang dapat diuji.

4. Parsimonius, artinya menjelaskan data secara sederhana tetapi jelas.

5. Dapat menurunkan penelitian yang bermanfaat.

Menurut Abu Ahmadi (1991), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.

Prayitno dan Erman Amti (2004), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.

Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa bimbingan atau guidance adalah proses pemberian bantuan ( process of helping ) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial).

Sementara itu, pengertian konseling lebih mengarah pada suatu hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini, konseling dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseling dapat belajar bagaimana memecahkan masalah- masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004).

Jones (Insano, 2004) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Dengan demikian Konseling dapat kita simpulkan sebagai suatu proses interaksi antara konselor dengan klien/konseli baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka membantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dirumuskan bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dirumuskan bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui

Bimbingan dan konseling di SD adalah upaya pemberian bantuan kepada individu (peserta didik/siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan SD, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.

B. Kebutuhan Bimbingan di Sekolah Dasar

Banyak yang dapat dialami oleh siswa di kehidupan sekolah dasar. Baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan seperti datangnya sebuah masalah. Masalah-masalah yang dialami siswa dapat terjadi oleh berbagai sebab, baik yang bersumber dari siswa itu sendiri maupun yang bersumber dari lingkungannya.

Masalah tersebutlah yang dapat menyebabkan proses belajar mengajar berlangsung kurang baik dan mengganggu kelancaran proses perkembangan siswa selanjutnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar tidak mungkin dapat berlangsung secara baik apabila di dalam kelas ada siswa yang mengalami masalah. Sehingga siswa perlu dibantu untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, baik masalah yang dihadapi sekarang maupun masalah yang mungkin timbul pada masa yang akan datang.

Dalam hal ini bimbingan dan konseling dapat memainkan peranan yang amat penting. Sejalan dengan sebab-sebab terjadinya masalah tersebut, maka kebutuhan bimbingan dan konseling di sekolah dasar antara lain :

1. Membantu Murid Mewujudkan Tugas-tugas Perkembangannya Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada suatu masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Keberhasilan seorang individu menunaikan tugas-tugas perkembangannya secara baik akan memungkinkan individu itu memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya, dan akan mempermudah dirinya melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya, kegagalannya dalam menunaikan tugas-tugas perkembangannya dapat menyebabkan ketidakbahagiaan dalam diri individu, dan mempersulit dirinya melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Sehubungan dengan hal di atas, Havighurst menyatakan ada sejumlah perkembangan yang harus dilaksanakan pada anak-anak tingkat sekolah dasar (umur 6-12 tahun), yaitu :

a. Mempelajari ketrampilan-ketrampilan fisik yang diperlukan dalam bermain.

b. Mengembangkan keseluruhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.

c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.

d. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.

e. Mempelajari peranan sosial, baik sebagai wanita maupun sebagai pria.

f. Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari- hari.

g. Mengembangkan kata hati, moralitas dan norma-norma.

h. Mendapatkan kebebasan pribadi.

i. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan badan- badan sosial. Guru perlu memahami konsep-konsep tentang tugas-tugas perkembangan di atas. Dengan memahami konsep-konsep tersebut, guru tidak saja dapat mencari dan menyatakan tujuan-tujuan pendidikan di sekolah, tetapi juga dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan tingkat kematangan, kesiapan, dan kebutuhan anak.

2. Membantu Memenuhi kebutuhan-kebutuhan Dasar Siswa Sebagaimana manusia umumnya, maka siswa memiliki kebutuhan- kebutuhan dasar tertentu. Maslow (Ngalim Porwanto, 1990:77) mengemukakan ada lima tingkat kebutuhan dasar manusia. Secara hierarkis, kelima kebutuhan dasar itu antara lain :

a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan perumahan.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan untuk terbebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya, dan ancaman penyakit, perlakuan tidak adil dan sebagainya.

c. Kebutuhan kasih sayang, yaitu kebutuhan untuk meraa dicintai dan dimiliki serta disayangi oleh orang lain.

d. Kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan atau prestasi, kemampuan, kedudukan, pangkat dan sebagainya.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menampilkan atau menunjukan kemampuan diri secara maksimum dan kreatif.

Pada dasarnya setiap orang berharap agar semua kebutuhannya dapat terpenuhi, sebagaimana yang dikatakan oleh Prayitno (1976:32), bahwa :

a. Setiap individu berusaha mengejar pemenuhan kebutuhaan jasmani seperti bernafas, makan, perumahan, dan sebagainya.

b. Setiap individu sejauh mungkin berusaha untuk mewujudkan dirinya sendiri.

c. Setiap individu amat mendambakan cinta dan kasih sayang dari orang lain, terutama dari orang-orang yang terdekat.

d. Setiap individu ingin membina hubungan timbal balik yang kuat dalam kelompok, baik kelompok umur sebaya maupun jenis-jenis kelompok yang lain.

e. Setiap individu mengharapkan untuk diterima oleh orang-orang yang lebih tinggi, seperti orang tua, guru, pemimpin dan sebagainya.

f. Setiap individu menginginkan agar usaha-usahanya berakhir dengan sukses.

g. Sebagai seorang yang bebas, setiap orang berusaha untuk terbuka dari hal- hal yang tidak disukainya.

h. Setiap individu akan merasa amat senang jika ia terhindar dari bahaya ancaman ataupun intimidasi.

i. Sebagai orang yang berkepribadian mantap, setiap individu ingin diakui keberadaannya (eksistensinya) di antara orang-orang lain, di samping ia menghargai orang lain juga menghargai diri sendiri.

j. Setiap orang ingin mengikatkan dirinya kepada kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu kebutuhan akan keabadian.

Kebutuhan-kebutuhan yang terpenuhi itu akan dapat mendatangkan kepuasan, kesenangan dan kebahagiaan bagi orang yang bersangkutan. Sebaliknya, kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat mendatangkan kesulitan, ketidaksenangan dan ketidakbahagiaan pada diri orang yang bersangkutan. Bagi siswa-siswa di sekolah, terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan itu akan memungkikan dapat mencapai perkembangan secara optimal. Tugas bimbingan dan konseling yang penting dalam hal ini adalah membantu agar anak didik dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

3. Mengatasi Pengaruh Kondisi Rumah Tangga yang Kurang Menguntungkan

Anak-anak yang memasuki sekolah dasar berasal dari berbagai latar belakang rumah tangga. Ada yang orang tuanya kaya, ada yang miskin, ada yang rumah tangganya retak (broken home), ada yang ditolak atau diterima sebagaimana mestinya, dan ada anak yang dilindungi dan dipilihkasihi secara berlebihan. Kondisi rumah tangga yang demikian itu banyak sedikitnya akan mempengaruhi perkembangan anak.

Berikut ini adalah beberapa kondisi rumah tangga yang tidak menguntungkan itu.

a. Keadaan ekonomi yang serba berkecukupan dan serba berkekurangan Ada dua kelompok ekonomi orang tua yang dapat membahayakan kesehatan mental anak, yaitu keluarga yang serba berkecukupan dan keluarga yang berkekurangan. Dalam keluarga yang berkecukupan misalnya, orang tua mungkin terlalu memperturutkan atau terlalu membatasi kehendak anak-anaknya. Sementara itu, dalam rumah tangga yang serba berkekurangan anak-anak mungkin tidak terurus, dilepas begitu saja, atau ditolak oleh orang tuanya. Namun demikian, keluarga yang serba berkecukupan tidaklah selalu menimbulkan resiko seperti ini. Demikian juga keluarga yang berkekurangan.

Gejala-gejala berkekurangan itu boleh jadi terdapat dalam hal kekurangan perumahan, makanan, pakaian, dan alat-alat pelajaran. Kondisi-kondisi seperti itu dapat mengganggu kesehatan, ketentraman, dan kesejahteraan anak. Sebaliknya, kekayaan boleh jadi dapat membuat anak lupa diri, malas belajar dan angkuh karena mereka tidak merasakan adanya tantangan. Segalanya dapat mereka peroleh dengan mudah dan sebaliknya sifat-sifat kepribadian seperti salah suai, benci, iri hati, prasangka dan lain-lain dapat terjadi dan berkembang karena keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan. Keadaan ekonomi yang berkekurangan dapat membuat para orang tua mengalami kesulitan dalam memberikan rasa aman pada diri anak-anak mereka. Hanya orang tua yang bijaksanalah yang dapat menciptakan suatu rumah tangga yang menyenangkan bagi anak-anak, walaupun mengalami kesulitan pada bidang ekonomi.

b. Pengaruh penolakan orang tua terhadap anak Seorang anak ditolak apabila dia tidak diharapkan dan tidak dicintai oleh salah seorang atau kedua orang tuanya. Penolakan itu dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan, tidak seperti yang diharapkan, hasil “hubungan gelap”, b. Pengaruh penolakan orang tua terhadap anak Seorang anak ditolak apabila dia tidak diharapkan dan tidak dicintai oleh salah seorang atau kedua orang tuanya. Penolakan itu dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan, tidak seperti yang diharapkan, hasil “hubungan gelap”,

Konsep “penolakan” hendaknya dipandang dalam batas-batas tertentu, yaitu ditolak sebagian atau ditolak seluruhnya. Walaupun pembagian ini memiliki sifat-sifat tertentu, tetapi penolakan itu tetap masih sulit diungkapkan. Karena anak-anak yang tidak ditolakpun mungkin menunjukan gejala-gejala yang sama. Anak-anak yang ditolak oleh orang tuanya, apabila mereka berada dalam kelompok lain sering mengalami berbagai kesulitan, seperti merasa harga diri rendah atau lebih, salah tingkah, tidak disiplin, dan suka melanggar peraturan.

c. Pengaruh perlindungan dan sikap pilih kasih yang berlebihan Seorang anak dikatakan dilindungi secara berlebihan apabila ia terus menerus dijaga, dilindungi, dan dimanjakan serta dilebih-lebihkan. Seorang ibu menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menjaga anaknya itu. Kadang-kadang melarangnya bermain dengan anak-anak lain. Anak tidak diberi kesempatan mengambil resiko atas perbuatan yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang dipilihkasihi adalah anak-anak yang dilebihkan dari saudaranya oleh seorang atau kedua orang tuanya.

d. Pengaruh keretakan dalam rumah tangga ( broken home ) Keretakan rumah tangga ( broken home ) dapat digambarkan sebagai suatu keadaan dimana terjadi kekacauan dalam organisasi rumah tangga yang biasanya disebabkan oleh kematian, perceraian, ayah tidak bekerja, ayah atau ibu terlalu sibuk dengan urusan luar. Secara umum diyakini bahwa keretakan rumah tangga merupakan tanah yang subur bagi terjadinya masalah pada diri anak. Anak-anak dari keluarga seperti ini sering tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang wajar dari orang tua mereka. Mereka bahkan juga merasa tidak mendapat perlindungan dari orang tuanya. Konsekuensinya, mereka melakukan berbagai perbuatan yang kadang-kadang menjurus pada perbuatan yang negatif. Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka ingin mendapatkan perhatian dari orang-orang lain, terutama orang tuanya.

4. Mengatasi Pengaruh Kondisi Sekolah yang Tidak Sehat

Sekolah tidak selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi setiap siswa. Ada kalanya sekolah menjadi sumber masalah pada diri siswa. Di antara kondisi-kondisi sekolah yang dapat menjadi sumber masalah pada diri siswa adalah:

a. Kurikulum yang tidak sesuai Banyak orang yang beranggapan bahwa tujuan utama dari sekolah dasar adalah mengajarkan berbagai pengetahuan dan keterampilan pada siswa. Mereka menganggap bahwa otak anak sebagai gidang atau lumbung yang dapat diisi berbagai fakta dan komunikasi, dan siap untuk digunakan kembali pada masa yang akan datang. Lebih dari itu, banyak guru dan orang percaya bahwa nilai belajar yang diperoleh anak sama dengan kemampuannya mempelajari pengetahuan dan keterampilan serta menyimpannya dalam otaknya melalui pengajaran berbal dan buku-buku teks. Pandangan-pandangan dan cara-cara perlakuan seperti itu sudah tentu dapat merugikan bagi perkembangan anak. Beribu anak yang tidak diberkahi untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, bahkan mereka menjurus menjadi anak yang putus asa dan salah suai. Pengajaran terlalu banyak ditekankan pada ukuran apa yang harus diketahui anak daripada apa yang dapat mereka pahami dan bagaimana bertingkah laku. Siswa tidak banyak memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam hal bagaimana bergaul dengan orang lain secara berhasil. Pendidikan di sekolah dasar hendaknya diarahkan secara langsung pada peningkatan kualitas hidup. Hal ini mencakup tujuan yang lebih luas dan lebih dalam daripada sekedar penguasaan bahan –bahan pengajaran.

Seorang guru yang terlatih baik memandang anak sebagai sesuatu yang lebih dari seorang murid yang mampu menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan. Ia memandang anak sebagai pribadi yang dinamis yang mencakup sikap-sikap, kebiasaan-kebiasaan, dan ide-ide yang berhubungan dengan setiap aspek kehidupannya, yaitu kesehatan dan penyesuaian sosio emosional.

Keefektivan sekolah merupakan suatu pertimbangan untuk menjawab pertanyaan; ”bagaimana anak bertingkah laku?” tingkah laku tidak hanya tergantung pada apa yang anak ketahui, tetapi terlebih lagi pada apa yang ia yakini, pada sikap-sikap, cita-cita dan nilai-nlai. Dengan kata lain, pendidikan sekolah dasar tidak terbatas pada pengajaran di dalam kelas dan pada buku-buku teks, melainkan harus juga terkait dengan kehidupan di rumah, di masyarakat, dan lingkungan hidup.

b. Persaingan yang tidak sehat Masyarakat pada dasarnya adalah kompetitif. Kendati pun hal itu tidak diharapkan, tetapi kita tidak dapat mungkin menghindarinya. Kepribadian, kecerdasan, dan atau prestasi belajar anak mempunyai arti hanya setengah dibandingkan dengan orang lain yang sesuai dengan dirinya. Melalui bimbingan, guru hendaklah membantu anak agar dapat menyesuaikan diri secara lebih baik dibawah situasi yang kompetitif itu, dan menghindari sebanyak mungkin akibat-akibat persaingan yang tidak sehat. Persaingan di dalam kelas yang menekankan perjuangan antar pribadi (person-to-person struggle) untuk mendapatkan peranan, status, dan imbalan. Justru sebaliknya dapat mendorong terjadinya sifat sombong, angkuh dan mementingkan diri sendiri pada siswa. Penekanan yang terus menerus untuk berhasil, terutama dalam pencapaian cita-cita yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, sering mengakibatkan terjadinya berbagai masalah; seperti: melawan, durhaka, masa bodoh, kepatuhan pasif, kehilangan inisiatif, dan penghayal. Oleh sebab itu, guru hendaknya senantiasa mengamati bentuk-bentuk tingkah laku siswa apabila ada siswa yang kurang bersemangat sebagaimana dikemukakan diatas.

c. Penyamarataan pengajaran bagi semua siswa Ada anggapan bahwa setelah kelompok murid mengikuti suatu pengajaran yang sama, dengan guru yang sama, dan metode yang sama, maka siswa-siswi itu akan dapat mencapai hasil belajar yang sama. Sekolah seperti ini menempatkan kelompok siswa yang sama di dalam c. Penyamarataan pengajaran bagi semua siswa Ada anggapan bahwa setelah kelompok murid mengikuti suatu pengajaran yang sama, dengan guru yang sama, dan metode yang sama, maka siswa-siswi itu akan dapat mencapai hasil belajar yang sama. Sekolah seperti ini menempatkan kelompok siswa yang sama di dalam

Anggapan di atas sudah tentu merupakan pandangan yang keliru tentang siswa. Siswa pada dasarnya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Mereka berbeda dalam berbagai hal, seperti bakat, kemampuan, minat, dan sifat-sifat pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan ini dengan sendirinya akan mengakibatkan perbedaan pula dalam hal kecepatan dan hasil belajarnya. Ada siswa yang dalam waktu singkat dapat menguasai bahan-bahan pelajaran. Sebaliknya, ada pula siswa yang memerlukan waktu lama untuk dapat menguasai bahan-bahan pelajaran. Mereka ini boleh jadi memerlukan pendekatan khusus untuk dapat menguasai bahan- bahan yang dipelajarinya itu.

Pengajaran tidak hanya sesuai dengan kemampuan intelektual individu siswa, tetapi juga dengan perbedaan emosialnya. Pengajaran yang seragam bagi semua murid tidak saja akan mengakibatkan siswa yang cerdas menjadi bosan atau jemu, tetapi juga siswa-siswa yang lamban pun dapat menjadi putus asa dan bersikap masa bodoh. Penyamarataan pengajaran bagi setiap siswa merugikan tiap siswa, tidak hanya siswa- siswa yang bodoh tetapi juga bagi murid yang cerdas. Oleh sebab itu, perlu ada pengaturan pengajaran atau pelayanan yang memungkinkan setiap siswa dapat mencapai prestasi yang sesuai dengan sifat keindividuannya masing-masing.

d. Pelaksanaan administrasi sekolah kurang memadai Pelaksanaan administrasi pengajaran yang mengharuskan guru untuk mengajar 40 sampai 50 orang siswa dalam satu kelas dapat menimbulkan masalah, baik bagi guru maupun siswa. Demikian pula ruang-ruang kelas yang kecil dan penuh perabotan berupa meja, kursi, dan perabot lainnya yang tertancap di lantai, cenderung mendorong terjadinya d. Pelaksanaan administrasi sekolah kurang memadai Pelaksanaan administrasi pengajaran yang mengharuskan guru untuk mengajar 40 sampai 50 orang siswa dalam satu kelas dapat menimbulkan masalah, baik bagi guru maupun siswa. Demikian pula ruang-ruang kelas yang kecil dan penuh perabotan berupa meja, kursi, dan perabot lainnya yang tertancap di lantai, cenderung mendorong terjadinya

melaksanakan kegiatan belajar- mengajar “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)” yang berkadar tinggi.

Praktek-praktek penilaian belajar siswa yang dilakukan oleh guru tidak jarang menimbulkan masalah. Kecenderungan-kecenderungan guru melakukan jalan pintas dalam melaksanakan penilaian, seperti memberi nilai tanpa didahului oleh pengukuran, alat-alat penilaian yang tidak baku, memberi nilai tanpa distandardisasikan lebih dahulu, justru tidak saja membuat nilai itu sendiri kurang bermakna tetapi juga membingungkan dalam menafsirkannya. Akhirnya, sistem kenaikan kelas yang diterapkan di sekolah kurang memberi kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kecepatan dan tempo perkembangannya masing-masing. Dengan sistem kenaikan kelas seperti ini siswa-siswa yang cerdas terpaksa harus menunggu murid-murid yang kemampuannya sedang atau lambat. Sebaliknya, siswa yang lambat terpaksa harus mengikuti siswa-siswa yang cerdas. Dengan keadaan-keadaan seperti di atas, siswa-siswa tidak dihargai sesuai dengan keadaan diriya masing-masing.

e. Kepribadian guru dan cara-cara pengelolaan kelas Ada tiga tipe umum kepribadian guru, yang mana masing-masing tipe kepribadian guru itu akan muncul dalam pelaksanaan pengajaran sehari-hari di depan kelas yaitu: (a) Guru yang otoriter

Guru yang otoriter adalah guru yang cenderung menentukan sendiri. Guru-guru seperti ini kurang memberi kebebasan bagi siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Segala sesuatunya ditentukan sendiri oleh guru, murid tinggal menerima apa yang disampaikan oleh guru.

(b) Guru yang „ laissez- faire‟ Guru yang „ laissez- faire‟ adalah guru yang memberikan kebebasan

yang lebih besar bagi murid untuk berbuat. Siswa memiliki kebebasan besar untuk menentukan sendiri apa yang patut dilakukannya. Peranan yang lebih besar bagi murid untuk berbuat. Siswa memiliki kebebasan besar untuk menentukan sendiri apa yang patut dilakukannya. Peranan

(c) Guru yang demokratis Guru yang demokratis adalah guru yang di samping memberikan kebebasan bagi siswa-siswanya untuk berbuat dalam batas-batas tertentu juga dapat memberikan tuntutan bagi siswanya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari guru bersikap otoriter karena ia takut kehilangan wibawa di depan siswa-siswanya. Apabila seorang guru bersikap seperti ini, sudah tentu sangat merugikan perkembangan murid. Selanjutnya siswa akan menjadi pasif, tidak kreatif, dan tidak berani mengemukakan pendapatnya.

5. Mengatasi Pengaruh

Sosial-Budaya yang Kurang Menguntungkan.

Kondisi

Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dewasa ini telah membuat orang memperoleh banyak kemudahan di jagad raya ini. Kemajuan dibidang komunikasi misalnya, seakan-akan menghilangkan jarak antara satu daerah ke daerah lain, antara satu benua dengan benua lain, dan antara bumi dan pelanet-pelanet lain. Demikian pula dengan kemajuan transportasi memudahkan terjadinya mobilitas penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, dari negara satu ke negara lain. Akhirnya, untuk meningkatkan devisa negara dan penghasilan rakyat perlu pula ditingkatkan bisnis dalam bidang kepariwisataan, kemajuan dalam bidang di kemukakan di atas menimbulkan berbagai perubahan dalam berbagai segi kehidupan dalam masyarakat, seperti sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Perubahan-perubahan yang ditimbulakan itu tidak hanya menguntungkan tetapi juga merugikan masyarakat, yaitu beberapa pengaruh- pengaruh buruk sebagai ekses dari pembangunan itu sendiri. Dari pengaruh- pengaruh buruk yang dapat timbul bagi anak-anak sekolah dasar adalah malas belajar, tidak mau menggunakan pikiran secara cermat.

Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari kondisi kehidupan masyarakat. Bahkan mempunyai tanggung jawab untuk membantu siswa- siswanya, baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab mendidik dan mengajar siswa agar dapat menjadi warga masyarakat yang baik dan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu upaya yang diberikan oleh guru sekolah. Namun demikian, kegiatan itu saja belum memadai untuk dapat menyiapkan siswa menjadi warga masyarakat yang baik mampu mengatasi masalah- masalah yang dihadapinya. Disamping kegiatan belajar-mengajar, guru hendaknya juga memberikan bantuan kepada individu-individu murid yang mengalami kesulitan-kesulitan pribadi agar mereka mampu mengatasai masaalah yang di hadapinya. Dalam hal ini, diperlukan adanya layanan khusus yang disebut binbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling membantu berhasilnya pengajaran secara keseluruhan.

C. Fungsi Layanan di Sekolah Dasar

Fungsi bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang terkait dengan aktifitas yang dilakukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut maka banyak ahli yang memberikan rumusan tentang fungsi bimbingan dan konseling di sekolah pada umumnya. Pendapat yang dikemukakan para ahli tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Prayitno dan Amti E mengatakan fungsi bimbingan dan konseling adalah:

 Fungsi pencegahan  Fungsi pengentasan  Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

2. Menurut Nurisan A J bimbingan memiliki empat fungsi yaitu:  Fungsi pengembangan

 Fungsi penyaluran

 Fungsi adaptasi  Fungsi penyesuaian

3. Tohirin menyebutkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi:

 Fungsi pencegahan ( prefentif )  Fungsi pemahaman  Fungsi pengentasan  Fungsi pemeliharaan  Fungsi penyaluran  Fungsi penyesuaian  Fungsi pengembangan  Fungsi perbaikan  Fungsi advokasi

4. Fakih A R menyatakan bahwa fungsi kegiatan bimbingan dan konseling islami ada empat macam, yaitu:

 Fungsi prefentif  Fungsi korektif  Fungsi preservative  Fungsi pengembangan (developmental)

5. Hallen A menyebutkan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah ada lima macam, yaitu:

 Fungsi pemahaman  Fungsi pencegahan  Fungsi pengentasan  Fungsi pemeliharaan  Fungsi pemeliharaan dan pengembangan  Fungsi advokasi

6. Nurihsan AJ dan Sudianto menegaskan khusus fungsi bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar ada empat macam, yaitu:

 Fungsi pemahaman  Fungsi penyaluran  Fungsi adaptasi  Fungsi penyesuaian

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas memiliki persamaan yaitu:  Fungsi pemahaman

 Fungsi penyaluran  Fungsi adaptasi  Fungsi penyesuaian

Berdasarkan pendapat para ahli di atas terdapat berbedaan, namun pada intinya terdapat empat fungsi yang sama, yaitu: fungsi pemahaman, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi, dan fungsi penyesuaian. Demikian penjelasan secara singkat mengenai fungsi bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar.

1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan siswa.

2. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam hal membantu siswa untuk memilih jurusan sekolah, jenis sekolah,dan lapangan pekerjaan sesuai dengan minat, bakat, dan cirri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan dalam fungsi penyaluran ini meliputi bantuan untuk memantapkan kegiatan belajar di Sekolah Dasar. Dalam melaksanakan funsinya, guru pembimbing atau konselor perlu kerjasama dengan pindidik lainnya di Sekolah Dasar maupun diluar Sekolah Dasar.

3. Fungsi adaptasi, yaitu bimbingan dan konseling dalam hal membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan dengan minat, kemampuan dan kebutuhan para peserta didik. Dengan menggunakan informasi 3. Fungsi adaptasi, yaitu bimbingan dan konseling dalam hal membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan dengan minat, kemampuan dan kebutuhan para peserta didik. Dengan menggunakan informasi

4. Fungsi penyesuian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam rangka membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dan berkembang secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidenfikasi, memahami, dan memecahkan masalah.

Maka dari itu, akan tercipta kemudahan bagi terselenggaranya proses dan tercapainya tujuan program pendidikan di Sekolah Dasar yang berdsangkutan secara lancar dan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

D. Jenis Layanan Bimbingan di Sekolah Dasar

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, bidang Bimbingan dan Konseling (2004) dinyatakan bahwa kerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam empat kegiatan utama yaitu:

1. Layanan Dasar Bimbingan Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa dalam mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas- tugas perkembangan siswa.

2. Layanan Responsif Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventik atau mungkin kuratif. Stategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok dan konsultasi. Isi layanan responsif adalah :

Bidang pendidikan

Bidang karir

Bidang belajar

Bidang tata tertib

Bidang sosial

Bidang pribadi dll.

3. Layanan Perencanaan individual Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.

4. Dukungan Sistem Dukungan system adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, (Thomas Elis, 1990).

Adapun menurut Prayitno, menjelaskan bahwa layanan bimbingan dan konseling mencakup sepuluh jenis layanan antara lain:

1. Layanan Orientasi Layanan orientasi adalah layanan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut. Untuk lingkungan sekolah misalnya, materi layanan orientasi yang mendapat penekanan adalah:

a. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan pribadi, meliputi:

1) Fasilitas penunjang ibadah keagamaan yang ada di sekolah

2) Hak dan kewajiban siswa

3) Fasilitas penunjang seperti sarana olah raga dan rekreasi, pelayanan kesehatan, pelayanan bimbingan dan konseling, kafetaria, dan tata usaha

b. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan sosial, meliputi:

1) Suasana kehidupan dan tata krama tentang hubungan sosial disekolah baik dengan teman, guru wali kelas maupun staf sekolah lainnya

2) Organisasi orang tua dan guru

3) Organisasi siswa

4) Organisasi sekolah secara menyeluruh

5) Adanya bimbingan sosial bagi para siswa

c. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan belajar, meliputi:

1) Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya

2) Kurikulum yang ada.

3) Sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas.

4) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, jadwal pelajaran,

guru-guru setiap mata pelajaran

5) Kegiatan belajar yang dituntut dari siswa

6) Adanya pelayanan bimbingan belajar bagi para siswa

7) Fasilitas dan sumber belajar yang ada, seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang praktek, dan sebagainya.

d. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan karir, meliputi:

1) Peran bimbingan dan konseling serta pelacakan karir di SD

2) Pelaksanaan bimbingan karir untuk siswa SD

3) Kegiatan yang diharapkan dari siswa dalam pelaksanaan

bimbingan karir.

2. Layanan Informasi Layanan informasi adalah layanan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran adalah layanan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing- masing. Layanan penempatan dan penyaluran didahului oleh pengungkapan kondisi fisik siswa yang meliputi:

a. Keadaan panca indra

b. Ukuran badan

c. Jenis kelamin

d. Keadaan fisik lainnya

e. Kemampuan akademik, kemampuan berkomunikasi,bakat dan minat

f. Kondisi psikofisik seperti terlalu banyak gerak, cepat lelah

4. Layanan Bimbingan Belajar Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah.

5. Layanan Penguasaan Konten Layanan penguasaan konten adalah layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

6. Layanan Konseling Individual Layanan konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien.

7. Layanan Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok dimaksud untuk mencegah perkembangan masalah atau kesulitan pada diri konseli/klien.

8. Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok.

9. Layanan Konsultasi Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektifitas peserta didik atau sekolah.

10. Layanan Mediasi Layanan mediasi adalah layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat teratasi dengan konselor sebagai mediator.

E. Tujuan layanan di Sekolah Dasar

Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar, perkembangan optimal bukanlah semata- mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan melainkan suatu kondisi dinamik di mana individu mampu mengenal dan memahami diri, berani menerima kenyataan diri, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik karena kemampuan yang disebutkan di atas akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada di dalam serta menghadapi lingkungan yang terus berubah dan berkembang.

Pemahaman terhadap tujuan bimbingan dan konseling akan memperjelas arah atau sasaran yang akan dicapai. Secara garis besar, tujuan bimbingan dan konseling dibagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum Tujuan umum bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya(seperti kemampuan dasar dan bakat- bakatnya), berbagai latar belakang yanag ada (latar belakang keluarga, pendidikan , status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

2. Tujuan khusus Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahan itu. Masalah yang dihadapi individu sangat beragam,memiliki intensitas yang berbeda- beda serta bersifat unik. Dengan demikian maka tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk tiap- tiap individu bersifat unik pula, artinya tujuan bimbingan dan konseling untuk individu yang satu dengan individu yang lain tidak boleh disamakan.

BAB II PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR

A. Pengertian Pendekatan Bimbingan dan Konseling

Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar “dekat” dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan

(KBBI Hal.237). Kegiatan bimbingan dan konseling di SD merupakan suatu layanan yang diperlukan dengan didasarkan atas karakteristik dan kebutuhan masalah perkembangan siswa yang perlu dioptimalkan pencapaian tugas perkembangannya. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SD merupakan kegiatan yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, melibatkan kerja sama dengan berbagai pihak terutama orang tua siswa dan lingkungan sekitar sekolah.

Jadi, pendekatan bimbingan dan konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk mendekati siswanya sehingga siswa tersebut berkenan menceritakan masalahnya sehingga dapat ditemukan solusi yang terbaik untuk siswa tersebut. Adanya pendekatan dalam bimbingan yang dimaksudkan agar tercapainya tujuan secara umum yakni penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan seperti membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan juga membantu siswa dalam rangka mengenal lingkungan dengan maksud agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis. Selanjutnya, bimbingan membantu siswa dalam rangka merencanakan masa depan dirinya sendiri, baik menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya/keluarga/masyarakat.

B. Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan

Myrick dalam Muro & Kotman, l995 yang diperjelas kembali oleh Sunaryo Kartadinata (1998:15) dan Ahman (2005:11-34) mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan yang dilaksanakan di SD, yaitu :

1. Pendekatan preventif

Merupakan pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada pencegahan terjadinya masalah-masalah yang mungkin akan dialami oleh siswa.

Pendekatan preventif didasarkan pemikiran bahwa jika guru dapat mendidik murid untuk menyadari bahaya dari berbagai kegiatan dan menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat mencegah murid dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut. Pendekatan preventif ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada anak tentang akibat dari suatu tindakan tertentu.

Guru yang menggunakan pendekatan preventif akan mengajak anak untuk mendengarkan cerita guru yang memuat pesan untuk menjaga atau mencegah terjadinya suatu tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain dan belajar untuk bersikap toleran dan memahami orang lain. Contoh lainnya yakni guru mengajar siswanya secara klasikal untuk bersikap toleran dan memahami orang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.

Bimbingan dan konseling perlu menetapkan program kegiatan dalam rangka menanggulangi kenakalan yang sumber penyebabnya terletak di dalam dorongan negatif pribadi dan pengaruh negatif dari lingkungan sekitar.

Program yang ditetapkan, harus dapat menjangkau segala iktiar yang bersifat umum dan khusus yaitu:

a. Iktiar pencegahan yang bersifat umum meliputi :  Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan

melalui ibunya

 Setelah lahir, maka anak perlu diasuh dan didik dalam suasana yang stabil, mengembirakan serta optimisme.

b. Usaha-usaha yang bersifat khusus Untuk menjamin ketertiban umum, khususnya di kalangan remaja perlu diusahakan kegiatan-kegiatan pencegahan yang bersifat khusus dan langsung yaitu pengawasan.

2. Pendekatan Krisis

Merupakan pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada adanya masalah yang dialami siswa. Pendekatan ini dilakukan apabila ditemukan adanya suatu masalah yang krisis yang harus segera ditanggulangi, dan guru bertindak membantu anak yang menghadapi masalah tersebut untuk menyelesaikannya. Terkadang pendekatan krisis ini merupakan tindak lanjut terhadap permasalah yang belum bisa terpecahkan dengan menggunakan pendekatan preventif. Strategi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik- teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis tersebut.

Contoh : ada seorang siswa menangis karena tangannya berdarah dilempar batu oleh teman sebayanya. Guru yang menggunakan pendekatan ini akan meminta anak itu untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang telah melukainya. Bahkan harus guru segera memanggil anak yang telah bersalah tersebut untuk menghadap dan membicarakan penyelesaian masalah tersebut sampai tuntas. Para penulis kontenporer telah membagi krisis menjadi 3 jenis yaitu :

a. Krisis yang tidak disengaja atau situasional Krisis ini terjadi terutama saat ada ancaman yang datang secara tiba-tiba, kejadian yang sangat mengganggu atau datangnya suatu musibah secara tak terduga. Misalnya kematian orang yang kita cintai, diketahuinya sesuatu penyakit yang sangat serius, pengalaman akan penganiayaan, gangguan sosial seperti perang atau depresi ekonomi. Semua contoh tersebut merupakan tekanan situasional yang dapat mempengaruhi baik individu yang bersangkutan maupun keluarga.

b. Krisis developmental Krisis ini terjadi terjadi seiring dengan perkembangan moral seseorang dalam kehidupannya. Ketika seseorang mulai bersekolah, masuk ke perguruan tinggi, menyesuaikan dirinya dengan perkawinan dan perannya sebagai orang tua, menghadapi kritikan, menghadapi pensiun atau kesehatan yang menurun, menerima kematian sahabatnya, semuanya ini adalah krisis yang menuntut pendekatan-pendekatan baru supaya orang dapat menghadapi dan memecahkan masalah.

c. Krisis eksistensial Krisis yang diakibatkan tumpang tindih kenyataan yang mengganggu, terutamatentang diri kita sendiri.

3. Pendekatan Remedial.

Dalam pendekatan remedial, guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya penyembuhan atau perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditampakkan anak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin dapat terjadi. Strategi yang dapat digunakan untuk membantu anak, diantaranya seperti mengajarkan kepada anak keterampilan belajar, keterampilan bersosial dan sejenisnya yang belum dimiliki anak sebelumnya.

Guru yang menggunakan pendekatan remedial, akan mengambil tindakan mengajarkan anak keterampilan berdamai sehingga anak dapat memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah hubungan antar pribadi. Misalnya guru meminta anak yang telah melempar temannya dengan batu untuk meminta maaf atas perbuatannya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Mereka diminta untuk bersalaman dan bermain kembali.

Dalam pendekatan remidial, guru juga bisa melakukan pengajaran remedial yang merupakan salah-satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Menurut Achmad Juntika N., secara skematika prosedur remedial tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. Diagnostik kesulitan belajar-mengajar

2. Rekomendasi/referral

3. Penelaahan kembali kasus

4. Pilihan alternative tindakan

5. Layanan konsep

6. Pelaksanaan pengajaran remedial

7. Pengukuran kembali hasil belajar mengajar

8. Reevaluasi/Rediagnostik

9. Tugas tambahan

10. Hasil yang diharapkan Pelaksanaannya remedial dapat secara :

1) Individual, apabila yang memiliki kesulitan terbatas

2) Kelompok apabila sejumlah siswa dalam bidang studi tertentu mempunyai jenis/sifat kesalahan atau kesulitan bersama

3) Bila sebagian/seluruh kelas mengalami kesulitan sama, diadakan pertemuan kelas biasa berikutnya:

 Bahan dipresentasikan kembali  Diadakan latihan/penugasan/soal bentuknya sejenisnya  Diadakan pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan

ke arah kriteria keberhasilan

4) Diadakan di luar jam pertemuan biasa Diadakan jam pelajaran tambahan bila yang mengalami kesulitan hanya sejumlah orang tertentu (waktu sore, waktu istirahat, dan sebagainya). Diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru sendiri.

5) Diadakan kelas remedial (kelas khusus) Bagi siswa yang mengalami kesulitan khusus dengan bimbingan khusus. Diadakan pengulangan secara total kalau ternyata jauh di bawah criteria keberhasilan minimal.

Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan (remedial) yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan (remedial) yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar

4. Pendekatan Perkembangan

Merupakan pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada identifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan pengalaman yang diperlukan siswa agar berhasil dalam kehidupan akademik, karier, pribadi sosial.

Pendekatan perkembangan adalah pendekatan yang merupakan tindak lanjut pendekatan preventif, pendekatan krisis dan pendekatan remedial. Seorang guru dituntut untuk tetap mengawasi secara terus menerus terhadap perkembangan siswanya. Meskipun seorang guru telah menjalankan bimbingan terhadap siswa yang bermasalah ia tidak boleh lepas tangan setelah itu, tetapi ia harus selalu memantau dan mengontrol perkembangan siswa tersebut untuk meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin.

Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan proaktif, dibandingkan dengan ketiga pendekatan sebelumnya. Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik, baik permasalahan yang berkenaan dengan perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial, emosi, maupun bahasa. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan lebih berorientasi pada pengembangan ekologi perkembangan anak didik, dengan kata lain bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak didik dapat berkembang secara optimal.