PENGERTIAN, KEBUTUHAN, KARAKTERISTIK DAN IDENTIFIKASI ANAK CERDAS DAN ANAK BERBAKAT

BAB VIII PENGERTIAN, KEBUTUHAN, KARAKTERISTIK DAN IDENTIFIKASI ANAK CERDAS DAN ANAK BERBAKAT

A. Pengertian Anak Cerdas

Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Cerdas adalah kesempurnaan perkembangan akal budi (spt kepandaian, ketajaman pikiran). Sedangkan berbakat adalah mempunyai dasar kepandaian yg dibawa sejak lahir Anak cerdas (gifted) adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual tinggi (gifted) serta menunjukan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak satu dengan anak yang lain (talented)

Definisi menurut USOE (United States Office of Education), anak berbakat adalah anak yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik dan mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya (Hawadi, 2002).

Jadi, anak cerdasan dan bakat (gifted) adalah anak yang secara significant mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam bidang kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan olahraga.

B. Karakteristik dan Kebutuhan Anak Cerdas Berbakat

Perbedaan program pendidikan anak cerdas berbakat dengan anak biasa lainnya bukan sekadar berbeda tetapi secara kualitatif memang harus berbeda. Perbedaan kualitatif ini mutlak perlu karena anak cerdas berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan serta permasalahan yang berbeda dari peserta didik biasanya. Sekalipun pengembangan program pendidikan untuk peserta Perbedaan program pendidikan anak cerdas berbakat dengan anak biasa lainnya bukan sekadar berbeda tetapi secara kualitatif memang harus berbeda. Perbedaan kualitatif ini mutlak perlu karena anak cerdas berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan serta permasalahan yang berbeda dari peserta didik biasanya. Sekalipun pengembangan program pendidikan untuk peserta

1. Karakteristik Intelektual-Kognitif

a. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal,gagasan- gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.

b. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.

c. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.

d. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.

e. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.

f. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.

g. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.

h. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.

i. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan. j. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat. k. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika

dan/atau sains. l. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat. m. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain. n. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam. o. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam

waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

2. Karakteristik Persepsi/Emosi

a. Sangat peka perasaannya.

b. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).

c. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).

d. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.

e. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).

f. Pada umumnya introvert.

g. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.

h. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru

i. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

3. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup.

a. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).

b. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.

c. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.

d. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).

e. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.

f. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.

g. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya”.

h. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.

i. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

4. Karakteristik Aktifitas

a. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.

b. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.

c. Sangat waspada.

d. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.

e. Tekun, gigih, pantang menyerah.

f. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.

g. Spontanitas yang tinggi.

Clark mengemukakan secara kualitatif anak cerdas berbakat menunjukan karakteristik yang berbeda dari anak normal lainnya dalam aspek kognitif, afektif, sensasi fisik, intuisi, dan kemasyarakatan. Dalam upaya pengembangan model program pendidikan yang kondusif bagi anak cerdas berbakat perlu dilakukan analisis kebutuhan dan permasalahan perkembangan yang mungkin muncul dari aspek yang disebutkan diatas serta implikasinya bagi pengembangan program pendidikan.

1. Perkembangan Fisik Selama usia sekolah anak berbakat sangat mungkin mengalami kesenjangan antara perkembangan fisik, intelektual dan sekolah secara tidak sengaja mungkin mengambat aktifitas mereka. Apabila perkembangan intelektualnya lebih cepat daripada perkembangan fisik maka anak akan merasa tidak kuat secara fisik. Sementara itu jika tuntutan sensasi fisik kurang menantang akan menjadikan anak berbakat kurang tertarik dan tidak memperoleh kepuasan melakukan kompetisi di dalam kelompok sebaya. Melihat karakteristik dan kebutuhan fisik anak berbakat, maka program pendidikan bagi mereka sepatutnya mempertimbangkan kebutuhan untuk melakukan aktifitas yang memungkinkan terjadinya interaksi dan asimilasi dan sensorik, apresiasi kapasitas fisik, menjelajahi aktifitas fisik yang menimbulkan kesenangan. Kepuasan, menjelajahi aktifitas fisik yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran dan badan.

2. Perkembangan Kognitif Para ahli dengan hasil penelitiannya (thompson, berger, berry, dan mac. Lean) menunjukan secara biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak berbakat dengan anak normal. Anak berbakat mampu kedua belahan otak kiri dan kanan sebagai alat berfikir dan seluruh fungsi-fungsi lain. Secara terintegritas sehingga mewujudkan perilaku kreatif.

Berbagai karakteristik perkembangan kognitif anak berbakat menjunjukan kemudahan yang dimilikinya dalam belajar. Namun hendaknya ciri itu tidak menjadikan kita berfikir bahwa anak berbakat akan selalu mudah untuk menjadi peserta didik terpandai di kelasnya. Apabila karakteristik tersebut tidak tersalurkan dengan sebagaimana mestinya maka tidak mustahil muncul masalah-masalah perkembangan.

Perkembangan kognitif anak berbakat juga disertai dengan kemampuan intuitif yang akan mengarahkan kepada permunculan perilaku kreatif. Kreatif adalah ekspresi tertinggi dari keberbakatan. Kaitan intuisi anak berbakat ditandai dengan kecenderungan untuk terlibat dan peduli terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena-fenomena metafisik, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman metafisi, dan menunjukan perilaku kreatif dalam banyak hal. Karena kekuatan imajinatif yang luar biasa sehingga bisa menimbulkan cemoohan sesamanya atau tidak mendapatkan tanggapan serius dari orang lain yang lebih tua usianya karena di pandang berperilaku aneh, menyimpang, dan dianggap sebagai pembuat kekacauan.

3. Perkembangan Emosi Karakteristik kemampuan kognitif yang tinggi pada anak berbakat dan kepekaannya terhadap dunia sekitar menjadikan anak berbakat memiliki akumulasi informasi yang banyak, apabila dengan fungsi kognitif dia mampu mengolah informasi dan menumbuhkan kesadaran akan diri dan dunianya akan menjadikan anak berbakat menunjukan perkembangan emosi yang lebih matang dan stabil. Kesadaran yang tinggi ini akan disertai dengan perasaan yang berbeda dari murid yang lain. Di sisi lain 3. Perkembangan Emosi Karakteristik kemampuan kognitif yang tinggi pada anak berbakat dan kepekaannya terhadap dunia sekitar menjadikan anak berbakat memiliki akumulasi informasi yang banyak, apabila dengan fungsi kognitif dia mampu mengolah informasi dan menumbuhkan kesadaran akan diri dan dunianya akan menjadikan anak berbakat menunjukan perkembangan emosi yang lebih matang dan stabil. Kesadaran yang tinggi ini akan disertai dengan perasaan yang berbeda dari murid yang lain. Di sisi lain

Karakteristik kehidupan emosi murid berbakat seperti itu menghendaki keseimbangan dengan pengembangan fungsi kognitif yang ada pada dirinya untuk mengembangkan kesadaran akan dunianya. Jika tidak, maka perilaku bermasalah mungkin muncul adalah rawan terhadap kritikan orang lain, kebutuhan untuk diakui yang berlebihan, bersikap sinis dalam mengkritik orang lain yang akan menimbulkan gangguan antar pribadi. Motivasi dan daya saing yang kuat, hasrat ingin tahu yang besar dan minat ekplorasi yang tiada terunjang pada anak berbakat mungkin dapat menimbulkan keirian mereka terhadap gurunya. Karena gurunya dirasakan tidak memahami kebutuhannya. Akibatnya mereka memiliki gambaran diri yang terlalu tinggi, selalu menganggap benar pendapat sendiri yang dapat menumbuhkan kesan bersikap angkuh dan sombong.

4. Perkembangan Sosial Karakteristik perkembangan sosial anak berbakat temuan dan generalisasi sering kali menunjukan karakteristik populasi yang selalu tidak dapat diterapkan secara individual. Kecenderungan menunjukan bahwa perkembangan sosial anak berbakat memang lebih baik dari pada anak yang normal pada umumya. Clark menghimpun dan menyimpulkan berbagai hasil studi yang dilakukan banyak ahli tentang perkembangan sosial dan emosional anak berbakat sebagai berikut :

 Anak berbakat, jika dibandingkan dengan teman sebayanya, merasa lebih senang dan puas dengan keadaan dirinya sendiri dan hubungan antar pribadi

 Anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang berkomformitas terhadap pendapat sebayanya lebih dominan, lebih mampu

mengendalikan lingkungan dan lebih kompeptitif  Anak berbakat menunjukan kecakapan kepemimpinan dan menjadi

terlibat dalam kegiatan dan kepedulian sosial  Anak berbakat lebih cenderung memilih teman yang memiliki kesebayaan usia intelektual dari pada memilih teman yang secara

kronologis berada pada usia yang sama. Karakteristik perkembangan sosial anak berbakat seperti di uraikan

di atas dapat menimbulkan perilaku bermasalah, seperti frustasi atau perasaan-perasaan yang tak tertantang, potensi kepemimpinan yang tak berkembang karena mungkin tidak memperoleh kesempatan, kecenderungan mengambil pemecahan masalah secara cepat tanpa memperhitungkan kompleksitas masalah.

C. Identifikasi Anak Cerdas Berbakat

Identifikasi anak cerdas berbakat pada dasarnya dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu :

 Pada usia 1-2 tahun Pada masa ini keunggulan dan kelemahan intelektual anak akan tampak dengan mudah bila anak diberi rangsangan dengan tepat.

Fungsinya ganda, yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya perkembangan intelektual yang cepat dan tidak terbatas pada bidang- bidang bakat yang khas, serta untuk mengetahui kemungkinan adanya kecacatan pada anak.

 Pada usia 2-6 tahun Indentifikasi anak usia ini dapat dilakukan dengan mengajak anak bermain pada bidang yang disenanginya. Keterbakatan anak akan tampak dalam kemampuan menyelesaikan tugas-tugas dan berbagai persoalan tanpa mengalami kesulitan yang berarti, serta tidak banyak memerlukan bimbingan. Karena itu dalam usia dini, orang tua, guru, kelompok bermain, dan TK tempat menjadi pelaksanaan atau sumber informasi.

 Pada usia 6 tahun-seterusnya Pada masa sekolah informasi keterbakatan bisa diperoleh dari

orang tua terutama berkenaan dengan bidang-bidang yang disenanginya, dari guru terutama bidang prestasi, dan dari teman sebaya terutama bidang kepemimpinan, kreatifitas dan sosialisasinya. Dalam identifikasi ini, penggunaan tes kecerdasan dan tes lain seperti minat, kreatifitas motivasi juga penting dilakukan. Dengan demikian pada dasarnya ada dua pendekatan untuk mengidentifikasi murid cerdaas dan berbakat, yaitu dengan cara studi kasus dan melalui tes atau penggabungan keduanya. Identifikasi di sekolah dapat dilakukan melalui tahap:

a. Tahap Penjaringan (screening)

b. Tahap Selektif (identification)