Teknis Analisis .1 Analisis Deskriptif
4.2 Teknis Analisis 4.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum. Hasil pengolahan data primer yang
merupakan deskriptif penelitian berdasarkan pernyataan – pernyataan yang terdapat dalam kuesioner dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Hasil penelitian dari 52 orang responden dapat di kelompokan berdasarkan beberapa karakter sebagai berikut :
Profil Responden Kategori
Frekuensi Persentase
Usia 25 tahun
10 19.23
25-30 tahun 18
34.62 31-40 tahun
16 30.77
41-50 tahun 7
13.46 50 tahun
1 1.92
Jenis Kelamin Pria
15 28.85
Perempuan 37
71.15 Tingkat Penghasilan
Rp 500.000 1
1.92 Rp 500.001 – Rp1.000.000
10 19.23
Rp 1.000.001 – Rp 1.500.000 34
65.38 Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000
5 9.62
Rp 2.000.000 2
3.85 Frekuensi Belanja
1 kali dalam sebulan 23
44.23 2 kali dalam sebulan
15 28.85
3 – 5 kali dalam sebulan 10
19.23 dari 5 kali dalam sebulan
4 7.69
Pekerjaan Pegawai Negeri
15 28.85
Pegawai swasta 18
34.62 TNI Polri
5 9.62
Wiraswasta 13
25.00 Lainnya
1 1.92
Rutinitas belaja produk indofood
1 kali dalam sebulan 21
40.38 2 kali dalam sebulan
17 32.69
3 – 5 kali dalam sebulan 10
19.23 dari 5 kali dalam sebulan
4 7.69
Universitas Sumatera Utara
Tabel diatas memberikan gambaran terhadap 6 hal penting untuk penelitian ini. Pertama, sampel dalam penelitian ini terdiri dari 28,85 adalah pria
dan 71,15 adalah perempuan. Ini sesuai dengan demografi budaya konsumsi di Indonesia yang didominasi oleh perempuan. Kedua, dapat diketahui bahwa
sampel dengan umur dibawah 25 tahun adalah sebanyak 19,23. Sementara itu, ada 34,62 dari sampel berada di umur 25 hingga 30 tahun. 30,77 dari sampel
berada di umur 31 hingga 40 tahun. Selebihnya, ada 13,46 dan 1.92 dari sampel berada di kelas umur 41 hingga 50 tahun, dan di atas 50 tahun.
Berdasarkan deskripsi responden ini, dapat diketahui mayoritas sampel dalam penelitian ini berumur 25 tahun hingga 30 tahun.
Selanjutnya, untuk profil pendapatan responden, dapat diketahui mayoritas responden berasal dari pendapatan Rp 3,000,001 hingga Rp 5,000,000 yang
merupakan golongan kelas menengah di Indonesia. Profil ini sesuai dengan demografi sosial di Indonesia yang kelas konsumtif didominasi oleh kelas
menengah. Selebihnya, 1,92 dari responden memiliki penghasilan dibawah Rp 1,000,000, dan 19,23 dari responden memiliki penghasilan di antara Rp
1,000,001 dan Rp 3,000,000. Selebihnya, diketahui juga ada 9,62 dari responden memiliki penghasilan di antara Rp 5,000,001 dan Rp 10,000,000, dan
3,85 dari responden memiliki penghasilan di atas Rp 10,000,000. Tabel di atas juga menjelaskan jenis pekerjaan konsumen di Swalayan
Bina. Konsumen berdasarkan jenis pekerjaan tidak terlalu didominasi oleh jenis pekerjaan tertentu. Ini bisa dilihat dari pembagian yang hampir merata antara
pegawai negeri, pegawai swasta, dan Wiraswasta. Tentu saja hal ini sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
demografi sosial penduduk sekitar Swalayan Bina yang dekat dengan beberapa kompleks perumahan. Secara rinci, ada 28,85 dari responden yang bekerja
sebagai pegawai negeri, dan 34,62 dari responden yang bekerja sebagai pegawai swasta. Sementara itu, 25 dari responden bekerja sebagai wiraswasta. Meskipun
demikian, terdapat juga 9,62 dari responden yang bekerja sebagai TNIPolri dan 1,92 bekerja di pekerjaan lainnya.
Tabel di atas juga menunjukan demografi frekuensi belanja yang dilakukan konsumen Swalayan Bina Medan. Mayoritas dari konsumen melakukan
belanja 1 kali dalam sebulan yakni 44,23 dari responden. Ini sesuai dengan demografi karna kecenderungan konsumen untukmemiliki persediaan per satu
bulan daripada pergi ke swalayan beberapa kali. Selain itu, ada 28,85 dari responden melakukan belanja 2 kali dalam sebulan. 19,23 dari responden
melakukan belanja 3-5 kali dalam sebulan dan 7,69 dari responden melakukan belanja lebih dari 5 kali sebulan. Kemungkinan besar konsumen yang kerap
melakukan belanja di Swalayan Bina adalah penduduk yang tinggal di sekitar Swalayan, sehingga hal ini sesuai dengan profil responden penelitian ini.
Informasi terakhir yang dapat diperoleh dari profil responden di atas adalah frekuensi mengkonsumsi mie instan produk Indofood. Perlu diketahui,
pemerintah saat ini sedang menggalakan hidup sehat dengan makanan yang sehat. Dilihat dari profil responden penelitian ini, hal ini sesuai dengan kampanye
penelitian pemerintah tersebut. Misalnya saja, mayoritas dari responden hanya mengonsumsi mie instan 1 kali dalam sebulan yakni 40,38 dari responden.
Setelah itu, ada 32,69 dari responden yang mengkonsumsi mi instan produk
Universitas Sumatera Utara
Indofood 2 kali dalam sebulan. Meskipun demikian tetap terdapat juga sebanyak 19,23 dari responden yang mengonsumsi 3 hingga 5 kali mie instan produk
Indofood dalam sebulan, dan bahkan ada 7,69 dari responden yang mengonsumsi lebih dari 5
kali dalam sebulan.