PENGAWASAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DILARANG UNTUK PANGAN

1. PENGAWASAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DILARANG UNTUK PANGAN

i. Kegiatan

yang sering disalahgunakan dalam pangan adalah sebagai berikut :

a. Pendataan sarana distribusi (distributor dan pengecer) yang menyalurkan bahan berbahaya yang berada di wilayah kerja masing- masing Balai Besar/Balai POM.

b. Pemeriksaan ke sarana Distributor Terdaftar Bahan Berbahaya (DT-B2), Importir Terdaftar Bahan Berbahaya (IT-B2) dan/atau Pengecer Terdaftar Bahan Berbahaya (PT-B2).

c. Pembuktian acak terkait kebenaran informasi sumber pasokan dan/atau tujuan pendistribusian bahan berbahaya yang diperoleh dari DT-B2 atau IT-B2 atau PT-B2 yang diperiksa.

d. Penelusuran jaringan pasokan bahan berbahaya dari temuan penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan (baik temuan di industri pangan maupun temuan dari hasil sampling pangan) hingga ke pemasok bahan berbahaya pada lini terhulu.

ii. Jenis bahan berbahaya Bahan berbahaya yang diawasi peredarannya adalah bahan berbahaya yang

disalahgunakan untuk pangan, utamanya formalin, paraformaldehid serbuk/tablet, boraks, asam borat, rhodamin b, kuning metanil, auramin, amaranth

Beberapa dari bahan berbahaya tersebut, seperti boraks dan rhodamin b sangat mudah ditemukan di pasar tradisional. Bahan berbahaya tersebut Beberapa dari bahan berbahaya tersebut, seperti boraks dan rhodamin b sangat mudah ditemukan di pasar tradisional. Bahan berbahaya tersebut

iii. Teknis Pengawasan Pelaksanaan pengawasan bahan berbahaya dilakukan secara mandiri oleh

Balai Besar/Balai POM maupun secara bersama-sama dengan lintas sektor terkait di daerah dalam bentuk tim terpadu. Berikut adalah informasi penting yang perlu digali oleh inspektur dalam pelaksanaan pengawasan bahan berbahaya :

a. Perizinan Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya wajib dimiliki oleh sarana sesuai dengan status sarana, yaitu sebagai pengecer terdaftar (SIUP-B2 PT-B2) atau sebagai distributor terdaftar (SIUP-B2 DT-B2) atau surat pengakuan sebagai Importir Terdaftar Bahan Berbahaya (IT-B2). Untuk IT-B2, hingga saat ini hanya 1 sarana yang ditunjuk oleh pemerintah mengemban tugas tersebut, yaitu PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PT. PPI) yang memiliki cabang di berbagai wilayah di Indonesia. SIUP-B2 untuk DT-B2 dan PT-B2 berlaku selama

3 tahun, sedangkan Surat Pengakuan sebagai IT-B2 hanya berlaku selama 1 tahun. Instansi penerbit SIUP-B2 untuk PT-B2 adalah Pemda Provinsi cq. Kepala SKPD di tingkat Propinsi yang membidangi urusan perindustrian dan perdagangan sedangkan SIUP-B2 untuk DT-B2 dan Surat Pengakuan sebagai IT-B2 diterbitkan oleh Menteri Perdagangan.

b. Sumber pengadaan bahan berbahaya Hal-hal terkait pengadaan yang menjadi perhatian dalam pengawasan adalah sebagai berikut : i.

Pemasok memiliki izin yang sesuai untuk mendistribusikan bahan berbahaya

kewenangan untuk menyalurkan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan sesuai dengan

ii. Pemasok

RI No. 44/M- Dag/Per/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya. Pemasok yang berwenang untuk menyalurkan bahan berbahaya ke PT-B2 adalah DT-B2, IT-B2 dan Produsen Bahan Berbahaya (P-B2). Sedangkan pemasok yang berwenang untuk menyalurkan bahan berbahaya ke DT-B2 adalah IT-B2 dan P-B2. Pengadaan dari sesama DT-B2 atau PT-B2 tidak diizinkan berdasarkan ketentuan.

iii. Pengadaan bahan berbahaya sesuai dengan ukuran kemasan

minimal yang sesuai dengan ketentuan.

c. Tujuan pendistribusian bahan berbahaya Hal-hal terkait pendistribusian yang menjadi perhatian dalam pengawasan adalah sebagai berikut : i.

Sarana atau lembaga yang menjadi tujuan distribusi bahan berbahaya harus memiliki izin yang sesuai untuk mendistribusikan atau menggunakan bahan berbahaya.

ii. Pendistribusian bahan berbahaya harus dilakukan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh sarana berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 44/M-Dag/Per/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya. IT-B2 ii. Pendistribusian bahan berbahaya harus dilakukan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh sarana berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 44/M-Dag/Per/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya. IT-B2

berwenang untuk mendistribusikan bahan berbahaya ke Pengguna Akhir Bahan Berbahaya.

untuk melakukan pendistribusian bahan berbahaya pada lini distribusi yang sama, kecuali pendistribusian yang dilakukan dari perusahaan pusat ke perusahaan cabang. Misal : DT-B2 mendistribusikan bahan berbahaya ke sesama DT-B2 atau PT-B2 ke sesama PT-B2.Ukuran kemasan bahan berbahaya yang didistribusikan sesuai dengan ketentuan.

iii. Pengadaan bahan berbahaya sesuai dengan ukuran kemasan minimal yang sesuai dengan ketentuan. iv. Kegiatan pengemasan ulang hanya diperbolehkan dilakukan oleh DT-B2, namun tetap memperhatikan ketentuan ukuran kemasan sesuai ketentuan.

v. Kegiatan pendistribusian bahan berbahaya yang dilakukan oleh P- B2, IT-B2 dan DT-B2 wajib disertai dengan Lembar Data Keamanan Bahan (LDKB).

d. Ukuran kemasan bahan berbahaya Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 44/M-Dag/Per/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya menetapan ukuran

pengadaan dan pendistribusian bahan berbahaya. Ukuran kemasan minimal tersebut terbagi atas ukuran untuk laboratorium/penelitian dan ukuran kemasan minimal untuk keperluan lain tidak untuk pangan. Sebagai contoh, ukuran kemasan minimal untuk boraks adalah 25 kg dan 5 kg, 25 mL dan 10 L untuk formalin, 2,5 g dan 1 kg untuk kuning metanil, dan 1 g dan 1 kg untuk rhodamin b.

e. Kesesuaian jumlah pemasukan dan pengeluaran bahan berbahaya dengan sisa stok di sarana Pemeriksaan dilakukan untuk mengecek kesesuaian lalu lintas bahan berbahaya yang dilakukan oleh sarana yang diperiksa dan kesesuaian fisik stok bahan berbahaya yang tersisa.

f. Kelengkapan administrasi pengadaan dan pendistribusian bahan berbahaya i.

Ada administrasi jelas terkait pengadaan bahan berbahaya dan jumlah yang dibeli (mis. surat pesanan, tanda terima barang, dan dokumen sejenis lainnya)

ii. Ada administrasi jelas terkait tujuan pendistribusian bahan berbahaya dan jumlah yang didistribusikan (mis. surat pesanan, surat jalan, atau dokumen sejenis lainnya).

g. Pelaporan Pelaporan pengadaan dan pendistribusian bahan berbahaya dilaporkan oleh sarana distribusi bahan berbahaya secara berkala setiap 3 bulan dan ditujukan kepada Dirjen PDN, Kementerian Perdagangan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan POM, Dirjen Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian, dan Kepala Dinas Provinsi setempat atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat sesuai status sarana.

iv. Tindak Lanjut Pengawasan Jika dalam pelaksanaan pemeriksaan di sarana distribusi bahan berbahaya

ditemukan pelanggaran/temuan, petugas Balai Besar/Balai POM dapat melakukan pengamanan setempat terhadap produk yang tidak memenuhi ditemukan pelanggaran/temuan, petugas Balai Besar/Balai POM dapat melakukan pengamanan setempat terhadap produk yang tidak memenuhi