Hambatan – hambatan dalam Sosialisasi Program KIA

F. Hambatan – hambatan dalam Sosialisasi Program KIA

Berdasarkan pembahasan mengenai Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam Mensosialisasikan program KIA di atas dapat dikatakan bahwa upaya Sosialisasi Program KIA masih belum maksimal. Hal tersebut bisa dilihat dari masih banyaknya orang tua terutama yang anaknya belum memiliki KIA yang belum paham mengenai adanya program tersebut, Selain itu orang tua juga masih kesulitan dalam memahami dan mendapatkan informasi program KIA. Dari segi dampak, Kartu Insentif Anak masih dirasa kurang penting untuk dimiliki anak-anak di kota Surakarta karena diskon yang diberikan dirasa masih kurang berpengaruh terhadap anak-anak. Dengan adanya permasalahan tersebut menunjukkan bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil masih menemui hambatan-hambatan dalam Sosialisasi Program KIA.

Sipil memiliki beberapa hambatan di antaranya :

1. Keterbatasan Dana Sehingga Sosialisasi Tidak Bisa Dilakukan Secara Terus-menerus

Sumber dana yang digunakan dalam Program KIA yang terbanyak berasal dari UNICEF selaku lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang khusus menangani masalah anak-anak. UNICEF mengeluarkan dana sebesar Rp 133.050.000,00. Sementara itu dana KIA yang berasal dari Anggaran yang berasal dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil hanya berkisar Rp 670.000,00. Total dana yang dikeluarkan untuk Program KIA sebesar Rp 133.720.000,00. Berikut adalah rincian penggunaan dana program KIA :

Tabel 4.24

Rincian Penggunaan Dana Program KIA No

Rincian Penggunaan Dana

Jumlah

1 Penyusunan Peraturan Walikota, MOU, dan MOA

Rp 64.425.000

2 Lokakarya KIA

(Pertemuan

dengan stakeholder)

Rp 26.300.000

3 Workshop KIA pertama (sosialisasi secara

spanduk dan leaflet)

Rp 9.375.000

4 Workshop KIA kedua (sosialisasi secara

langsung

termasuk

Rp 33.620.000 Rp 33.620.000

Jumlah

Rp 133.720.000

Sumber : Dispendukcapil 2011 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penggunaan dana program KIA terbesar adalah pada penyusunan peraturan walikota serta pembuatan MoU (Memorandum of Understanding), serta MoA (Memorandum of Agreement) kepada stakeholder (mitra kerja) KIA sebesar Rp 64.425.000,00. Sementara itu sosialisasi secara langsung berupa workshop KIA yang sekiranya mengundang tokoh-tokoh masyarakat, PKK, Disdikpora, dan tokoh kecamatan/kelurahan serta penyebaran leaflet kepada masyarakat baru dilakukan sebanyak 2 kali. Terbatasnya dana yang dikeluarkan oleh Dispendukcapil membuat sosialisasi secara langsung kepada masyarakat hanya dilakukan sebanyak 2 kali. Padahal sosialisasi sebaiknya dilakukan secara terus-menerus kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa memahami mengenai program KIA secara keseluruhan. Hambatan sosialisasi berupa terbatasnya dana juga diungkapkan oleh Ketua TIM KIA, Bapak Said Romadlon

“Salah satu hambatan sosialisasi KIA memang dananya yang terbatas. Dana yang disediakan untuk sosialisasi memang bukan merupakan monopoli dari dispendukcapil sendiri. Jadi dana-dana tersebut memang harus dianggarkan juga di Bappermas, Bappeda, dan Dispora juga karena mereka juga berperan dalam sosialisasi KIA.” (Wawancara 18 Juli 2011)

2. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Menangani Program KIA

Kurangnya Sumber Daya Manusia merupakan salah satu hambatan

Padahal seharusnya dibutuhkan jumlah tenaga ahli lebih banyak yang khusus menangani tentang sosialisasi suatu program. Hal ini dikarenakan suatu sosialisasi harus dilakukan secara intens atau terus menerus. Sementara petugas yang termasuk dalam tim KIA tidak hanya menangani masalah sosialisasi KIA saja tetapi juga menangani tugas pokok dan program-program lain di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Tungga Dewi selaku anggota Tim KIA

“Salah satu hambatannya ya orangnya itu-itu saja mbak. Yang ngurusi KIA ya paling anggota TIM KIA saja yang cuma 6 orang. Apalagi sekarang ada tugas sosialisasi yang baru lagi seperti sosialisasi e-KTP (elektronik KTP) yang memang sedang gencar- gencarnya dan juga ada tugas-tugas dinas lainnya yang mesti dikerjakan” (Wawancara 16 Juli 2011).

Masalah keterbatasan sumber daya manusia juga diutarakan oleh Bapak Said Romadlon selaku Ketua Tim KIA dalam wawancara berikut ini :

“SDM yang tersedia disini memang masih kurang dalam sosialisasi program KIA begitu juga dalam pelayanan yang diberikan juga terbatas sekali. Idealnya kan kalau pelayanan setiap orang mendaftar, maka KIA langsung bisa dimanfaatkan dan langsung dikerjakan. Namun pelayanan dalam program KIA sendiri bisa membutuhkan waktu 3 hari, 4 hari atau bahkan seminggu.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sosialisasi program maupun pelayanan program KIA sendiri, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang menangani juga merupakan kendala terbesar bagi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Stakeholder

Stakeholder (Mitra Kerja) KIA yang memberikan insentif (diskon) kepada anak-anak pemegang KIA dinilai belum bisa memberikan diskon yang menarik dan bermanfaat bagi anak-anak pemegang KIA. Rata-rata diskon yang mereka berikan hanya berkisar antara 5 - 50 persen saja. Orang tua masih menganggap bahwa diskon yang diberikan oleh stakeholder (mitra kerja) masih kurang sesuai terhadap kebutuhan anak. Stakeholder (mitra kerja) yang memberikan diskon juga dirasa masih belum berperan penting dalam mensosialisasikan mengenai diskon yang mereka berikan kepada anak-anak pemegang KIA. Hal-hal seperti itulah yang membuat orang tua masih belum tertarik untuk membuatkan KIA untuk anaknya. Orang tua yang anaknya sudah memiliki KIA juga masih belum maksimal dalam memanfaatkan insentif (diskon) yang disediakan karena diskon yang diberikan dianggap masih kurang bermanfaat bagi anak-anak mereka.