Pandangan Umum Pengkaderan

1. Pandangan Umum Pengkaderan

Sebagai organisasi kader, proses pengkaderan atau kaderisasi menjadi hal yang sangat penting. Dalam bagian pertama buku Pendidikan Kritis Transformatif, dikutip dari pernyataan Fazlu Rahman berbunyi, any Islamic reform must begin with education. Terjemahannya kurang lebih adalah “upaya perbaikan apapun harus

33 Khamami Zada (Ed), Neraca Gus Dur di Penggung Kekuasaan, (Jakarta: Lakpesdam, 2002), hlm. 130.

commit to user commit to user

Melalui pendidikan, pengkaderan bukan semata-mata hendak menjadikan orang terdidik secara intelektual, berwawasan, dan terampil secara teknis, melainkan juga membekali individu-individu dengan tugasnya baik sebagai wakil di Tuhan di muka bumi (khalifah) maupun sebagai hamba tuhan (abdullah). Selain itu pengkaderan juga dimaksudkan untuk membangun keberpihakan individu terhadap masyarakat besar dari mana kader berasal. Sehingga pengetahuan dan keterampilan individu apapun yang diperoleh dari kaderisasi PMII diharapkan akan mengabdikan pengetahuan dan keterampilan itu bagi kolektivitas, bukan diabadikan bagi kebesaran dan kejayaan individu.

Melalui pengkaderan, PMII bukan sekadar merekrut anggota sebanyak- banyaknya melainkan juga membentuk untuk menciptakan kader. PMII mencita- citakan untuk membentuk seorang individu menjadi pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab

mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 35 Ada tiga titik berat tujuan pengkaderan di PMII. Pertama, membangun individu yang percaya dengan kapasitas individualitasnya sekaligus memiliki ketertarikan terhadap kolektivitas. Yakni individu yang menemukan kesadaran primordial. Kedua, membebaskan individu dari belenggu-belenggu yang tercipta

34 M. Hasanuddin, Dkk, Multi Level Strategi Gerakan PMII, (Jakarta: PB PMII, 2006), hlm. 30.

35 Materi Kongres XVII PMII. Dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 9-14 Maret 2011, hlm, 86.

commit to user commit to user

lain: 36

a. Pewarisan nilai-nilai (argumentasi idealis) Pengkaderan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai luhur yang dipahami, dihayati, dan diacu oleh PMII. Nilai-nilai tersebut harus diwariskan karena menjadi salah satu sumber elan-gerak PMII adalah nilai-nilai, seperti penghormatan terhadap sesama, perjuangan, kasih sayang. Selain disampaikan melalui materi-materi pengkaderan, nilai-nilai tersebut juga ditularkan dalam pergaulan sehari-hari.

b. Pemberdayaan anggota (argumentasi strategis) Pengkaderan merupakan media bagi anggota dan kader untuk menemukan dan mengasah potensi-potensi individu yang masih terpendam. Secara lebih luas, pengkaderan merupakan upaya pembebasan individu dari berbagai belenggu yang menyekap kebebasannya. Sehingga individu menjadi lebih terbuka untuk menyatakan diri dan mengarahkan potensinya bagi tujuan perjuangan.

36 M. Hasanuddin, dkk, op.cit., hlm. 31.

commit to user commit to user

d. Persaingan antar-kelompok (argumentasi pragmatis) Hukum alam yang berlaku di tengah masyarakat adalah kompetisi. Dalam persaingan di tingkat praktek, cara yang sehat dan tidak sehat bercampur aduk dan sulit diperkirakan berlakunya. Melalui pengkaderan, PMII menempa kadernya untuk menjadi lebih baik dan ahli daripada organisasi yang lain. Dengan harapan utama, apabila kader PMII memenangkan persaingan akan membawa kebaikan bersama.

e. Mandat organisasi (argumentasi administratif) Regenerasi merupakan bagian mutlak dari sebuah organisasi. Regenerasi hanya mungkin terjadi melalui pengkaderan. Tujuan PMII yang termaktub dalam AD/ART pasal 4 mengharuskan adanya pengkaderan. Melalui pengkaderan penggemblengan dan produksi kader dapat sinambung. Oleh karena menjadi mandat organisasi, maka pengkaderan harus diselenggarakan.

Untuk mencapai sebuah tujuan organisasi, maka orientasi tersebut harus mengusahakannya melalui penguatan internal dan eksternal. Penguatan internal lebih mengarah pada kaderisasi sebagai sebuah sarana untuk penguatan eksternal.

commit to user

Sedangkan penguatan eksternal lebih mengerucut pada permasalahan jaringan (networking). Hal ini sudah sangat wajar dilakukan, apalagi oleh organisasi PMII yang mengklaim sebagai organisasi kader. Penguatan sistematika pengkaderan sebagai sebuah jawaban atas problematika yang terjadi di lapangan adalah upaya

untuk menunjukkan jati diri atau kader sesungguhnya. 37