Kondisi Sosial Politik Tahun 1960-an
A. Kondisi Sosial Politik Tahun 1960-an
1. Kondisi Sosial
Kota Surakarta mempunyai penduduk yang multietnis. Etnis yang ada di kota ini antara lain, Jawa, Tionghoa, Arab, Belanda, dan etnis beberapa etnis minoritas lainnya. Mayoritas jumlah penduduk Kota Surakarta adalah suku Jawa sebanyak 330.650 jiwa atau 90 persen. Sedangkan untuk etnis lainnya seperti Tionghoa sebesar 27.846 jiwa atau 7 persen. Etnis Arab sebanyak 4.062 penduduk, Belanda sebanyak 199 penduduk atau 0,05 persen dan lain-lain sebanyak 1000
penduduk. 1 Sebagai wilayah multietnis, Surakarta memiliki interaksi yang unik antara masing-masing etnis. Interaksi etnis Jawa dengan Arab tidak memiliki banyak masalah. Etnis Jawa memiliki keterbukaan dan bisa menerima etnis Arab dalam segala aktivitasnya. Tetapi berbeda dengan interaksi antara Jawa dan Tionghoa. Interaksi keduanya saling menimbulkan berbagai masalah dan tidak jarang berupa bentrok fisik. Sedikitnya telah terjadi 14 kali terjadi gesekan dimulai dari Geger Pacinan di Kartasura tahun 1742 hingga peristiwa Mei 1998, yang didasari baik itu
faktor politik hingga faktor sosial. 2
1 Daulat Rakyat, 11 Agustus 1955.
2 Riyadi, ”Mewujudkan Solo Kota Ramah Multikultural,” artikel dalam Joglosemar, edisi 2 April 2011.
commit to user
Menurut data statistik tahun 1961, jumlah penduduk Kota Surakarta berjumlah 363.472 jiwa dengan perincian penduduk perempuan sebanyak 189.694 jiwa atau 52 persen dan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 173.781 jiwa atau 48
persen. 3 Secara keseluruhan jumlah penduduk Kota Surakarta tersebut tersebar dalam lima kecamatan, yaitu Serengan, Laweyan, Banjarsari, Pasar Kliwon, dan Jebres. Lima kecamatan tersebut masih terbagi dalam 52 kelurahan. Jumlah kelurahan untuk masing-masing kecamatan antara lain, Laweyan terdiri dari 11 kelurahan, Serengan 7 kelurahan, Pasar Kliwon 9 kelurahan, Jebres 11 kelurahan, dan Banjarsari 13 kelurahan. Sebagian besar lahan digunakan sebagai permukiman penduduk sebesar
61 persen. Sedangkan lahan untuk kegiatan ekonomi menggunakan tempat yang
cukup besar yakni sekitar 20 persen dari luas lahan yang ada. 4
Table 1 Jumlah Penduduk di tiap Kecamatan Kota Surakarta tahun 1961
No Kelurahan
4 Pasar Kliwon
363.472 Sumber : Sensus Penduduk 1961 Penduduk Desa Jawa, (Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Gajah Mada, 1980), hlm. 164-165.
Secara geografis Kota Surakarta yang juga akrab disebut Kota Solo cukup strategis dan mudah dijangkau. Kota ini berada di antara dua pusat pertumbuhan kota
3 Sensus Penduduk 1961 Penduduk Desa Jawa, (Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Gadjah Mada, 1980), hlm. 164-165.
4 BPS, Surakarta Dalam Angka Tahun 2000.
commit to user commit to user
Luas lahan Kota Surakarta seluruhnya seluas 44.04 kilometer yang terbagi dalam dua jenis tanah, yaitu tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah seluas 181.6428 hektar (Ha) yang terdiri dari sawah pengairan seluas 142.5958 Ha dan sawah tadah hujan seluas 39.0470 Ha. Sedangkan tanah kering seluas 4.222.4165 Ha yang terdiri dari tanah pekarangan seluas 3.372.4849 Ha, kebun atau ladang seluas 192.730 Ha, tanah untuk kolom seluas 1.0900 Ha, dan lain-lain seluas 656.1116 Ha. Selain itu, Kota Surakarta juga berbatasan dengan tiga gunung yaitu gunung Merapi, gunung Merbabu, dan gunung Lawu. Kondisi semacam ini memberikan pengaruh terhadap dinamika sosial, ekonomi maupun politik di Kota Surakarta, sehingga sifat
dari masyarakat menjadi cukup terbuka. 5
Iklim tropis di Kota Surakarta mengalami dua kali pergantian musim dalam satu tahun. Pada musim kemarau,di tempat-tempat yang terbasah masih menunjukkan curah hujan di atas minimum musim hujan. Pada musim hujan sering lebih tinggi dari perkiraan sehingga sering dilanda banjir akibat Sungai Bengawan Sala yang tidak mampu menampung air dari aliran sungai-sungai di sekitarnya. Dalam sepanjang
5 Pemerintah Kotamadya Surakarta, Kenangan Emas Surakarta 50 Tahun, (Surakarta: Pemerintah kotamadya Tingkat II Surakarta, 1997), hlm. 21.
commit to user commit to user
2. Kodisi Politik
Dinamika kehidupan politik di Kota Surakarta dapat dilihat dari munculnya berbagai gerakan radikal, baik yang bernuansa lokal maupun nasional. Dari catatan sejarah, gerakan radikal di Surakarta telah dimulai sejak awal mula berdirinya parta- partai politik awal abad ke-20. Misalnya adalah Sarekat Islam yang mulai tumbuh dan
menguat tahun 1920. 7
Selanjutnya, situasi politik di Surakarta juga diwarnai rasa kejenuhan yang kuat oleh sebagian masyarakat terhadap kesewenang-wenangan pihak penguasa keraton, penguasa Pemerintah Hindia Belanda, serta perusahaan-berusahaan swasta Belanda. Kejenuhan maasyarakat tersebut telah melahirkan munculnya gerakan radikalisme antara tahun 1918 hingga 1922. Gerakan tersebut pada masa-masa berikutnya secara langsung telah memunculkan gerakan komunis di Surakarta tahun
1922-1927. 8 Dari latar belakang historis seperti inilah Kota Surakarta menjadi salah satu basis Partai Komunis Indonesia (PKI) yang cukup kuat tahun 1965 dengan dukungan
6 Suhartono, Apanage dan Bekel; Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1980), hlm. 27.
7 Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Sarekat Islam di Surakarta, silahkan baca buku karya Kuntowioyo, Raja, Priyayi, dan Kawula; Surakarta, 1900-
1915, (Yogyakarta: Ombak, 2004), hlm. 99-107.
8 M. Hari Mulyadi, Dkk, Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit; Studi
Radikalisasi Wong Sala dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta (Surakarta: LPTP, 1999), hlm. 21.
commit to user commit to user
dengan istilah Merapi Merbabu Compleks (MMC). 9
Surakarta tidak hanya dijadikan basis politik oleh PKI tetapi juga oleh beberapa organisasi politik dan kepartaian. Hal ini dikarenakan dinamika politik masyarakat Surakarta yang dikenal cukup tinggi sehingga dimanfaatkan oleh organisasi politik maupun kepartaian di Indonesia. Sejarah pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia pada awalnya dimulai pada masa revolusi. Rencana mengadakan Pemilu secara nasional sudah diumumkan pada bulan Oktober 1945. Pada tahun 1946 sudah
diadakan Pemilu di Surakarta dan Kediri. 10
Hasil Pemilu di Surakarta tahun 1946 menghasilkan anggota dewan perwakilan rakyat di Surakarta berdasarkan hukum peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 8 tahun 1946 periode 7 Agustus 1946 sampai 5 Juni 1947 yang terdiri dari berbagai elemen, yaitu partai, organisasi, dan ditunjuk yang semuanya berjumlah 50 orang anggota. Adapun anggota Badan Perwakilan Rakyat
9 Kelik Ismunandar, “Konfigurasi Model Atomis Sistem Gerakan Oposan Mahasiswa Era 1998; Studi Kasus Gerakan Mahasiswa di Surakarta Tahun 1989-
1998,”(Surakarta: Koleksi Perpustakaan FSSR UNS, Skripsi, 2000), hlm. 64.
10 Feith, Herbert, Pemilu 1955 di Indonesia, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 1999), hlm. 2.
commit to user
Daerah (BPRD) Surakarta yang berasal dari partai sejumlah 28 orang dengan perincian, Masyumi 6 orang, PNI 5 orang, Parkindo 2 orang, PKRI 2 orang, PSI 5 orang, Partai Rakyat 2 orang, PKI 3 orang, dan Partai Sosialis 3 orang. Dari unsur organisasi terdapat enam orang dengan perincian, 2 orang dari organisasi wanita Kowani 2 orang dari GLPS, 2 orang dari Kongres Pemuda. Sedangkan untuk 15 orang adalah yang ditunjuk dan lowong 1. Kepala BPRD Daerah Kota Surakarta
adalah Mr. Ishak Tjokroadisoenoerjo dari Partai Masyumi. 11
Kabinet Burhanudin Harahap berhasil menjalankan Pemilu yang direncanakan tahun 1945. Pemilu kedua berlangsung bulan September dan Desember tahun 1955. Pemilu ini merupakan konsensus tertinggi pertama kali dicapai pada masa setelah revolusi. Hasil Pemilu 1955 secara nasional menghasilkan empat partai politik, yaitu PNI, Masyumi, NU dan PKI. Sedangkan perolehan suara menghasilkan 37.785.299 suara dan 257 kursi. Dari jumlah pemilih 43.104.464 penduduk sekitar 87,65 persen menggunakan haknya dalam pemilihan.
11 Pemerintah Kotamadya Surakarta, op.cit., hlm. 119.
commit to user
Tabel 2 Hasil Pemilu 1955
No Daerah
PNI
PKI
NU Masyumi Jawa Timur
3.370.554 2.299.602 Jawa Tengah
1.172.306 2.326.108 Jawa Barat
Total Resmi
673.466 755.693 Jakarta Raya
1 Jakarta Raya
Total Resmi 152.031
Sumber : Herbert Feith, Pemilu 1955 di Indonesia, Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia, 1999, hlm. 123.
Dalam Pemilu selanjutnya, tahun 1957 digunakan untuk memilih anggota DPRD tingkat provinsi dan tingkat kota atau kabupaten. Hasil Pemilu di Jawa Tengah memunculkan empat partai besar berdasarkan ranking, yaitu PKI, PNI, Masyumi, dan NU. Masing-masing partai memiliki daerah pengaruh atau bais. PKI memiliki
commit to user commit to user
memperoleh suara yang cukup signifikan. 12
Di Surakarta, Pemilu 1957 menghasilkan anggota DPRD yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari berbagai partai, yaitu PKI 17 orang, PNI 5 orang, Katholik 1
orang, Masyumi 3 orang, Parkindo 1 orang, Partai Buruh 1 orang, Baperki 1 orang. 13 Sedangkan ketua DPRD Kotapraja adalah Sahali dari PKI. 14 Tetapi dalam perkembangannya ada beberapa nama yang diganti. Misalnya Oetomo Ramelan 15 dari
PKI menjadi Kepala Daerah Kota Surakarta yang digantikan Sarto Karno. Suparto Ronopuspito menjadi anggota DPD digantikan oleh F. Wignyo Sumarsono.
12 Eni Purwanti, “Aksi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) Cabang
Surakarta Pada Tahun 1954-1965,” (Surakarta: FSSR UNS, Skripsi, 2005), hlm. 48.
13 Pemerintah Kotamadya., op.cit., hlm. 119.
14 Arsip Anggota DPRD Kotapraja Surakarta berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 1956 Pemilu. Arsip tersimpan di Perpustakaan Daerah Kota
Surakarta.
15 Oetomo Ramelan adalah satu-satunya Walikota dari Partai Politik. Sebagai Anggota DPRD yang dicalonkan PKI yang berhasil menjadi Walikota Surakarta
perioden 1958-1965. Karena keterlibatannya dalam Gerakan 30 September, pada tanggal 22 Oktober 1965 diberhentikan sementara dari jabatan walikota. Sebulan kebudian akhirnya diberhentikan secara tidak hormat. Selengkapnya baca buku Pemerintah Kotamadya Surakarta, op.cit., hlm. 48.
commit to user