Sistem dan Bentuk Pengkaderan PMII Surakarta
2. Sistem dan Bentuk Pengkaderan PMII Surakarta
Pengkaderan PMII Cabang Kota Surakarta dibina oleh Bidang Pengkaderan. Bidang ini secara makro bertanggung jawab kepada organisasi untuk melaksanakan
pengkaderan, baik secara konsep maupun teknis. 38 Pengertian sistem pengkaderan di
PMII adalah totalitas upaya pembelajaran yang dilakukan secara terarah, terencana, sistematik, terpadu, berjenjang, dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter, mempertinggi harkat dan martabat, memperluas wawasan, dan meningkatkan kecakapan insan-insan pergeakan agar menjadi manusia yang bertaqwa (muttaqin), beradab, berani, santun, cendekia- cendikia, berkarakter, terampil, loyal, peka, mampu dan gigih menjalankan roda
organisasi dalam segala upaya pencapaian cita-cita dan tujuan perjuangannya. 39 Sistem pengkaderan di PMII Cabang Kota Surakarta mengenal tiga bentuk pengkaderan saling menunjang satu sama lainnya. Ketiga model pengkaderan itu antara lain pengkaderan formal, non-formal, dan informal. Upaya pengkaderan PMII
37 “Hasil-Hasil Musyawarah.,” op.cit., hlm, 15.
38 Laporan Pertangungjawaban (LPj) Pengurus PMII Kota Surakarta Konfercab XXVIII Masa Khidmad 2000-2001, hlm. 11.
39 M. Hasanuddin, dkk., op.cit, hlm. 36
commit to user
selalu bersumber pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang digali serta dikembangkan dari pemahaman atas kenyataan, keberadaan, potensi, dimensi-dimensi lingkungan strategis yang melingkupi dirinya secara utuh dan autentik. Oleh karena itu seluruh gerak kader pergerakan selalu merupakan perwujudan dari kesatuan yang utuh dari ketiga pilar, yakni, pertama, semangat gerakan, keterampilan dan daya intelektualitas sebagai mahasiswa; kedua, keyakinan, pemahaman, pelaksanaan, dan penghayatan atas nilai-nilai Islam; serta ketiga, pengetahuan, wawasan, komitmen dan pembelaan atas kelangsungan negara-bangsa Indonesia. Wacana, nilai-nilai, dan model gerakan apapun yang diperjuangkan oleh PMII selalu merujuk sekaligus bermuara pada penegsan ketiga pilar di atas, yakni kemahasiswaan, keislaman, dan keindonesiaan.
a. Pengkaderan Formal
(1) Mapaba Masa penerimaan anggota baru atau Mapaba adalah fase orientasi dan pengenalan awal PMII kepada mahasiswa dalam rangka rekruitmen untuk menjadi angota PMII. Mapaba merupakan tahap pertama dalam jenjang pengkaderan formal di PMII. Secara umum tujuan dilaksanakan Mapaba diharapkan menjadi anggota yang berkualitas mu’takid, yakni anggota yang memiliki loyalitas atau kesetiaan terhadap organisasi. Maksud anggota yang mu’takid adalah meyakini bahwa PMII sebagai wadah pergerakan yang tepat untuk memperjuangkan kebenaran sesuai akidah Islam Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) dan menegakkan martabat bangsa sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI).
commit to user
Secara khusus, setelah mengikuti Mapaba anggota diharapkan, pertama, memiliki keyakinan bahwa PMII adalah organisasi kemahasiswaan yang paling tepat untuk mengembangkan diri mahasiswa Islam. Kedua, memiliki keyakinan bahwa PMII adalah organisasi mahasiswa Islam yang paling tepat untuk memperjuangkan idealisme. Ketiga, mengikuti Aswaja sebagai prinsip pemahaman, pengalaman, dan
penghayatan Islam di Indoensia. 40
Mapaba diselenggarakan oleh Pengurus Rayon atau Pengurus Komisariat. Penyelenggaraan Mapaba dilaksanakan melalui Bidang Pengkaderan. Bidang ini bertanggung jawab sejak awal mulai pendampingan peserta, pelaksanaan dan pasca Mapaba. Pelaksanaan kaderisasi formal ini biasanya dilaksanakan tidak lama setelah perguruan tinggi melakukan penerimaan mahasiswa baru. Pelaksanaan Mapaba dalam satu periode kepengurusan dilaksanakan tidak hanya ketika awal tahun ajaran baru, tetapi juga diselenggarakan jika ada calon anggota yang mengajukan diri ingin menjadi anggota PMII.
Pelaksanaan Mapaba tidak selalu diselenggarakan oleh masing-masing komisariat. Tidak jarang dilaksanakan Mapaba gabungan antara komisariat satu dengan lainnya. Misalnya pada tanggal 13-17 april 2001, pada masa kepemimpinan ketua Cabang sahabat Kuat Hermawan dilaksanakan Mapaba bersama yang diikuti oleh 27 orang. Materi yang disampaikan antara lain, Keislaman dan Aswaja, Pergerakan dan Ke-PMII-an. Pasca Mapaba melalui Bidang I (Bidang Pengkaderan
40 PKC PMII Jawa Tengah, Menjadi Anggota Mu’takid; Percaya Diri Menghadapi Tantangan Zaman, (Semarang: Bidang Kaderisasi PKC PMII Jawa
Tengah, 2010), hlm. 3.
commit to user commit to user
sekaligus juga sebagai follow up dari Mapaba. 41
Sejak tahun 1997 sampai tahun 2004, PMII Cabang Kota Surakarta mempunyai empat komisariat, yaitu Komisariat Kentingan (UNS, STSI, UNSA, ASMI), Komisariat Pabelan (UMS), Komisariat DR. Wahidin (UNU), dan Komisariat Raden Mas Said (STAIN). Dalam perkembangannya, pada tahun 2002,
Komisariat RM. Said berdiri menjadi cabang tersendiri. 42
(2) Pelatihan Kader Dasar (PKD) Pelatihan Kader Dasar atau PKD adalah jenjang kedua pengkaderan formal di PMII. Pelatihan ini adalah fase penanaman nilai-nilai dan misi pergerakan serta pembentukan militansi kepada anggota untuk menjadi kader PMII. Dengan mengikuti PKD, seorang anggota secara resmi telah menjadi kader PMII.
Secara umum PKD bertujuan membentuk kader mujahid. Yakni kader militan dan memiliki komitmen terhadap nilai-nilai pergerakan. Secara khusus, setelah mengikuti PKD kader diharapkan siap untuk memberikan diri bagi kepentingan pergerakan, memiliki pengetahuan teoritik dan pengetahuan lapangan yang mumpuni, dan memiliki kemampun dan keterampilan berorganisasi.
Di PMII sebutan “kader” disandang oleh anggota yang telah mengikuti PKD. Sementara “anggota” adalah disandang oleh mereka yang telah mengikuti Mapaba namun belum mengikuti PKD. Secara utuh dan lebih luas, kader adalah mereka yang
41 Laporan Pertanggungjawaban (LPj) PC PMII Kota Surakarta masa Khidmad 2000-2001, hlm, 22.
42 Wawancara dengan Sholahuddin Aly, aktivis PMII 1998.
commit to user commit to user
Pada tanggal 31 Agustus sampai 3 September tahun 2000 PMII Cabang Kota Surakarta mengadakan PKD di Boyolali. Pelatihan ini diikuti oleh 25 peserta. Secara keseluruhan PKD ini memberikan materi antara lain, Islam vis a vis Negara, Perencanaan Strategis, Paradigma Kritis Transformatif, Analisis Sosial Dasar, dan materi-materi pergerakan yang meliputi Pengorganisiran Massa, Teknik Propaganda,
Pelatihan Penulisan Pers Realese dan Term of Reference. 43 Selain itu pada tanggal
16-19 Mei 2002 juga terlaksana kegiatan PKD di Selo, Boyolali. Jumlah peserta yang ikut dalam pelatihan tersebut sejumlah 18 peserta dari dua komisariat di Kota Surakarta. Adapun materi yang dijadikan sebagai tindak lanjut adalah antara lain,
Masyarakat Surakarta, Ekonomi Politik, dan Paradigma Kritis Transformatif. 44 (3) Pelatihan Kader Lanjut (PKL) Pelatihan Kader Lanjut atau PKL adalah fase pengkaderan untuk membangun dan memperkuat basis pengetahuan dan keterampilan yang akan menopang pilihan gerak kader PMII untuk masa sekarang dan masa mendatang. PKL merupakan fase ketiga dalam jenjang pengkaderan formal PMII.
43 Ibid.
44 Laporan Pertanggungjawaban PMII Kota Surakarta Bidang Kaderisasi masa khidmat 2001-2002.
commit to user
Secara umum PKL bertujuan membentuk kader mujtahid yakni kategori kader pelopor, pembaharu atau kreator. Secara khusus tujuan PKL adalah untuk mengembangkan kualitas kepemimpinan pergerakan, mampu merancang strategi gerakan jangka pendek dan jangka panjang bagi misi PMII, memiliki kematangan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku organisasi, mampu mengidentifikasi ruang gerak diri kader saat ini dan masa mendatang, dan mampu berkembang sebagai subyek yang percaya kepada kapasitas individualitasnya sekaligus terikat pada pertaruhan kolektif.
Jenjang pengkaderan formal ini adalah tingkatan yang terakhir di PMII. Tidak jarang pengurus cabang mampu menyelenggarakan pelatihan ini dikarenakan materi dan pembicara yang dihadirkan juga harus berbobot. Sejak tahun 1997 sampai 2004 belum pernah sekalipun PMII Cabang Kota Surakarta menyelenggarakan PKL. Biasanya PKL diselengggarakan oleh Pengurus Kordinator Cabang (PKC) dengan peserta dari masing-masing cabang di seluruh daerah kordinasinya. Misalnya pada PKL di Kebumen yang diselenggarakan pada tanggal 2 sampai 12 Agustus 2002. PMII Cabang Kota Surakarta diminta untuk mendelegasikan peserta oleh PKC PMII
Jawa Tengah. 45
b. Pengkaderan Informal
Pengkaderan informal dilaksanakan setelah pelaksanaan pengkaderan formal. Tujuannya adalah untuk menguji dan membiasakan anggota atau kader
45 Ibid.
commit to user commit to user
Pengkaderan informal merupakan proses yang diarahkan untuk mensenyawakan kader dengan berbagai segi dinamika PMII. Melalui proses tersebut kader mulai dibiasakan dengan PMII dan memahami dalam makna yang positif. Karena pada masa pengkaderan informal ini, secara diam-diam atau terbuka, anggota atau kader akan mulai membandingkan serta menilai antara PMII dalam forum formal dengan realitas yang ada di lapangan. Sehingga apabila fase ini tidak diantisipasi dengan baik, pengalaman banyaknya anggota atau kader yang tidak aktif bahkan keluar dari PMII akan terus terjadi.
Kegiatan dalam rangka pengkaderan informal dilaksanakan dalam kegiatan yang lebih luas dan fleksibel. Di antara kegiatan yang dilakukan oleh PMII Cabang Kota Surakarta adalah dengan mengadakan berbagai diskusi atau kegiatan santai lainnya. Misalnya diskusi tentang paradigma kritis transformatif yang dilaksanakan di Komisariat Raden Mas Said pada 4 Maret 2002. Diskusi ini diikuti oleh 21 peserta. Selain itu, diadakan kegiatan dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan. PMII Cabang Kota Surakarta mengadakan kegiatan “Ramadhan di Kampung Laweyan” (Radikal). Kegiatan ini dilaksanakan pertengahan pada tanggal 5 dan 12
commit to user
Desember 2000. Pada tahun berikutnya, progam yang sama juga dilakukan pada
bulan November sampai awal Desember 2002 yang rata-rata diikuti 27 peserta. 46
Table 1 Ragam Kegiatan Pengkaderan Informal
No Ragam Kegiatan
1 Selalu mengundang dan mengajak anggota/kader dalam diskusi yang diadakan PMII
2 Melibatkan anggota/ kader dalam kepanitiaan yang diselenggarakan PMII.
3 Selalu mengundang dan mengajak anggota/kader dalam agenda-agenda PMIIdalam agenda-agenda PMII di publik. Misalnya demonstrasi, baksi social, studi banding, dan lain sebagainya.
4 Membentuk kelompok diskusi, minat dan bakat sesuai dengan kebutuhan anggota/kader.
5 Mendatangi anggota/kader baik ke kos atau ke kampus, mengajak ngobrol atau diskusi ringan.
6 Mengajak anggota/ kader mengunjungi cabang atau komisariat lain baik dalam suatu acara tertentu atau silaturrahmi.
7 Mendorong dan memantau anggota/ kader untuk terlibat dalam kepanitiaan acara-acara yang diselenggarakan oleh kampus.
8 Mendorong dan memantau anggota/ kader untuk terlibat di organisasi intra kampus.
9 Mendelegasikan anggota/ kader dengan tetap didampingi dalam diskusi atau kegiatan yang diadakan di organisasi lain. Sumber: Multi Level Strategi Gerakan PMII, (Jakarta: PB PMII, 2006), hlm. 67.
Dari beragam kegiatan informal yang diselenggarakan oleh PMII Cabang Kota Surakarta tersebut diharapkan anggota atau kader menjadi lebih terbiasa dengan kegiatan yang ada di organisasi. Dengan demikian militansi dan sikap loyal terhadap organisasi akan terbentuk dengan sendirinya.
46 Selengkapnya ragam kegiatan dalam rangka pengkaderan informal dapat dilihat dalam lampiran LPJ Konfercab ke-29 periode 2001-2002.
commit to user commit to user
Pengkaderan non Formal diselenggarakan dalam masa yang sama dengan pengkaderan Informal. Tujuannya untuk membekali kader atau anggota dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan spesifik yang dibutuhkan dalam aktivitas keorganisasian, kehidupan kampus, atau yang dinilai strategis bagi pergerakan dan pengembangan diri kader di masa mendatang. Fungsi dari model pengkaderan ini adalah untuk menopang dua pengkaderan formal lainnya, yaitu PKD dan PKL.
Bekal pengetahuan dan keterampilan spesifik kader secara ideal juga berfungsi untuk memudahkan distribusi kader di ruang-ruang strategis di luar PMII. Diharapkan dalam jangka panjang penumpukan kader di PMII dapat dikurangi.
Tabel 2
Ragam Kegiatan Pengkaderan Non Formal
Jenis Pengkaderan Formal Ragam Kegiatan