Berdirinya PMII Cabang Kota Surakarta
B. Berdirinya PMII Cabang Kota Surakarta
1. Munculnya Pendidikan di Kota Surakarta
Model pendidikan gaya Barat di Surakarta, sebagai realisasi Politik Etis 16
sudah terlihat pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1895 di Surakarta sudah tercatat 15 sekolah dasar Bumiputra, tahun 1905 sebesar 19 sekolah, tahun 1901 sebanyak 41, dan tahun 1915 sebanyak 61 sekolah, atau hampir 5 persen dari jumlah sekolah dasar
bumiputra yang berada di Jawa dan Madura. 17
Pendidikan juga berkembang di wilayah vorstenlanden. Misalnya di Mangkunegeran. Pada tahun 1912 didirikan sekolah pendidikan formal yaitu Sekolah Siswo. Pembangunan sarana dalam bidang pendidikan dilakukan Mangkunegara VII dengan melanjutkan pengelolaan Sekolah Siswo dan Studiefonds, serta memprakasai berdirinya Sekolah Siswarini dan Sekolah Van Deventer tahun 1927. Selain itu, juga diperkenalkan pendidikan non formal berupa kursus bahasa asing, khususnya bahasa Belanda dan kursus keterampilan seperti menjahit, melukis, membuat patung, dan
mengukir. 18 Pendidikan juga berkembang di lingkungan Kasunanan Surakarta. Sebagai panatagama, Pada tahun 1905 PB X mendirikan sebuah sekolah Islam dengan nama Mamba’ul Ulum. Selanjutnya pada 1 September 1910 didirikan sekolah Kasatriyan
16 Salah satu tokoh Politik Etis adalah Mr. Conrad Theodeore van Deventer.
Dalam pelaksanaannya, politik ini tidak jauh beda dengan politik sebelumnya yaitu dari kelompok konservatif. Selengkapnya baca, Nasaruddin Anshoriy, Bangsa Gagal, Mencari Identitas Kebangsaa, (Yogyakarta: LkiS, 2008).
17 Takashi Sirashi, Zaman Bergerak, Radikalisme Rakyat di Jawa1912-1926, (Jakarta: Pustaka Grafiti, 1990), hlm. 37.
18 Sri Wahyuni, “Sekolah Siswo Mangkunegaran 1912-1959,” (Surakarta: FSSR UNS, Skripsi, 2005), hlm. 12.
commit to user commit to user
Pendidikan tinggi di Surakarta terus mengalami perkembangan pada masa- masa setelah kemerdekaan. Sekitar tahun 1948 di Surakarta sudah ditempati tiga fakultas dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian, dan Fakulltas Hukum. Hadirnya cabang lembaga pendidikan perguruan tinggi tersebut memunculkan keinginan dari masyarakat Surakarta untuk memiliki perguruan tinggi negeri sendiri. Gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi negeri sempat diwacanakan tahun 1953 oleh Walikota Surakarta, Muhammad Saleh. Namun rencana tersebut belum dapat terwujud dikarenakan beebrapa hal, antara lain, tiadanya sumber keuangan baik dari pusat maupun pemerintah daerah, merebaknya keinginan golongan atau partai politik untuk mendirikan universitas swasta sendiri,
dan kurangnya dukungan dari beberapa kelompok dari UGM. 20
Meskipun demikian, berbagai perguruan tinggi swasta sudah banyak didirikan di Surakarta, baik yang berbentuk akademi, institut, sekolah tinggi maupun universitas. Beberapa perguruan tinggi swasta yang berada di Surakarta waktu itu antara lain, Universitas Islam Indonesia, Universitas 17 Agustus, Universitas
Cokroaminoto, Universitas Nasional Saraswati, Universitas Nahdlatul Ulama 21 ,
19 Ibid.
20 M. Mulyadi, dkk, op.cit., hlm. 141.
21 Universitas Nahdlatul Ulama’ (UNNU) Kota Surakarta ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 2 Oktober 1958.
commit to user
Akademi Uang dan Bank Pancasila Surakarta, Akademi Pariwisata dan Bahasa Asing Saraswati Surakarta, dan Universitas Kotapraja Surakarta. 22
Pada masa Orde Baru (Orba) keinginan masyarakat Surakarta untuk memiliki perguruan tinggi negeri dapat terwujud. Di bawah pemerintahan Walikota Soemantri pada tanggal 11 Maret 1976 melalui Keputusan Presiden Nomor 10 tahun 1976 terwujudlah cita-cita masyarakat Kota Surakarta memiliki universitas negeri sendiri yang diberi nama Universitas Negeri Surakarta Sebalas Maret. Nama ini melalui Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1982 diubah menjadi Universitas
Sebelas Maret yang kemudian disingkat menjadi UNS. 23 Universitas ini merupakan
penyatuan dari lima unsur perguruan tinggi yang ada di Surakarta pada waktu itu, antara lain, IKIP Negeri Surakarta, STO Negeri Surakarta, AAN Negeri Surakarta,
UGS, dan PTPN Surakarta. 24
Kehadiran UNS kemudian diikuti pula oleh berdirinya beberapa perguruan tinggi lain. Pada tahun 1981 berdiri Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sebagai pengembangan dari IKIP Muhammadiyah yang telah ada sebelumnya. UMS ini kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menjadikannya sebagai perguruan tinggi swasta terbesar di Kota Surakarta.
22 Universitas ini didirikan oleh Walikota Oetomo Ramelan pada tahun 1963. Keberadaan perguruan tinggi ini tidak lepas dari peran PKI di Surakarta.
23 Pemkot Surakarta, Mozaik Otonomi Daerah Menuju Kota Surakarta yang Mandiri dan Berbudaya, (Surakarta: Pemkot Surakarta, 2001), hlm. 66.
24 Buku Pedoman Pendidikan Universitas Sebelas Maret, (Surakarta: UNS Press, 2007), hlm.1.
commit to user
2. Kelahiran PMII Cabang Kota Surakarta
Pada bab II sudah dijelaskan bahwa kelahiran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tidak dapat dipisahkan dengan kelahiran dan keberadaan organisasi sebelumnya yaitu, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ – Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (IPNU-IPPNU). Secara historis, PMII merupakan mata rantai dari Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang dibentuk dalam Muktamar III IPNU di Cirebon pada tanggal 27-31 Desember 1959.
Sebagai tindak lanjut dari keinginan mahasiswa nahdliyin, diputuskan terbentuknya suatu organisasi mahasiswa nahdliyin yang terpisah secara fungsional maupun struktural dari IPNU. Kemudian untuk mempersiapkan itu, dibentuklah panitia sponsor pendiri organisasi mahasiswa yang terdiri dari 13 orang dengan tugas melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdliyin seluruh Indonesia, bertempat di
Surabaya. 25 Setelah diproklamirkan di Surabaya, pada tanggal 8 Juni 1960, Pengurus Pusat (PP) PMII mengirimkan surat kepada NU untuk mengesahkan kepengurusan PMII. Hal ini tidak lain karena PMII adalah organisasi yang dependen dengan Partai NU. Selanjutnya, pada tanggal 14 Juni 1960 Partai NU menyatakan bahwa organisasi PMII diterima sebagai keluarga besar partai dan diberi mandat untuk membentuk cabang-cabang di seluruh Indonesia. Yang menandatangani SK tersebut adalah DR.
KH. Idham Chalid sebagai ketua Partai NU dan H. Aminuddin Aziz, Sekjend partai. 26
25 Fauzan Alfas, PMII Dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan, (Jakarta: PB PMII, 2006), hlm. 1.
26 Ibid., hlm. 13
commit to user
Selanjutnya pada pertengahan November 1960 PMII deklarasikan di Kota Surakarta. 27 PMII Cabang Kota Surakarta diproklamirkan di Loji Wetan dengan
dihadiri banyak tamu undangan. Sebagian besar tamu adalah dari underbow Partai NU antara lain ketua Gerakan Pemuda Anshor Jakarta, Khalid Mawardi, perwakilan Partai NU Kota Surakarta, dan puluhan santri pondok pesantren Almuayyad
Mangkuyudan, Jenengan, dan Seraten. 28
Latar belakang kelahiran PMII Cabang Kota Surakarta adalah adanya keinginan kuat dari para mahasiswa nahdliyin memiliki suatu wadah khusus bagi mahasiswa. Kehadiran organisasi baru ini disambut baik oleh kalangan IPNU maupun kelompok sesepuh NU. Meskipun IPNU lahir lebih dulu, namun tidak ada kesenjangan antara keduanya. Bahkan hubungannya semakin baik dikarenakan kesamaan ideologi Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja) dan tradisi. Ditambah pula dengan minoritas warga NU di Kota Surakarta. Sebagian besar kader NU di Surakarta adalah pendatang dari berbagai daerah. Hal inilah yang menjadikan kader
NU mudah disatukan. 29
Hasil wawancara dengan Sutadi, salah seorang peserta deklarasi PMII Cabang Kota Surakarta, sekaligus Lurah Pondok Pesantren Jenengan
28 Saat itu Pondok Pesantren Al-Muayyad diasuh oleh KH. Umar Showafi. Ponpes Jenengan diasuh oleh KH. Ma’ruf, dan Ponpes Seraten diasuh oleh KH.
Suryani. Dua Ponpes yang terakhir sekarang sudah tidak ada. Hasil wawancara dengan Sutadi.
29 Hasil wawancara dengan Sutadi, Ketua IPNU Kota Surakarta tahun 1963- 1964. Wawancara dilakukan pada Selasa, 13 September 2011.
commit to user
Mayoritas anggota maupun pengurus PMII Cabang Kota Surakarta pada waktu itu berasal dari kampus UNNU, 30 Universitas Cokroaminoto, dan Universitas Islam Indonesia. 31 Dari tiga perguruan tinggi tersebut PMII mendapatkan anggota
maupun kader. Nuril Huda merupakan salah satu dari 13 sponsor pendiri awal PMII adalah mahasiswa UNNU Surakarta dan pondok pesantren Jenengan dijadikan pusat pergerakan PMII Kota Surakarta.