SEJARAH BERDIRINYA PERGERAKAN MAHSISWA ISLAM INDONESIA
1. PMII dan Kebangkitan Orde Baru
PMII sebagai organisasi mahasiswa yang juga berdimensi kepemudaan, dalam berbagai aktivitasnya tidak dapat dilepaskan dari dua hal tersebut. Aktivitas PMII yang perlu dicatat adalah periode 1965-1968. Hal ini penting karena berkaitan dengan lahirnya angkatan baru dalam dunia kepemudaan Indonesia, yang kemudian dikenal dengan “Angkatan ‘66”.
Lahirnya Orde Baru (Orba) diawali dari lemahnya kondisi perekonomian yang terjadi pada negara Indonesia. Pada tanggal 19-26 Desember 1964 di Jakarta diselenggarakan musyawarah nasional genarasi Islam yang dikenal dengan GERMUIS. Musyawarah ini awalnya muncul dari gerakan pemuda Anshor, salah satu badan otonom dari Nahdlatul Ulama’. Tujuannya adalah untuk memperkuat ukhuwah islamiyah yang pada saat itu sedang mengalami gejolak akibat fitnah yang dilancarkan oleh PKI. Hasil dari musyawarah tersebut memutuskan untuk membentuk suatu organisasi yang bersifat konfederatif. PMII dalam wadah yang baru ini duduk sebagai sekretaris jenderal presidium pusat yang diwakili oleh sahabat Said Budairy.
commit to user
Kelahiran Orba adalah merupakan koreksi total terhadap kebijakan Orde Lama (Orla). Situasi selama Orla dengan politik Berdikari membuat diberhentikannya semua bantuan dari luar negeri. Akibatnya rakyat sangat menderita, karena laju inflasi membumbung tinggi sampai 600 persen. Selain itu pemangkasan uang juga dilakukan berkali-kali, tetapi hal ini tidak mampu merubah keadaan. Keadaan yang sudah kritis ini ditambah dengan tindakan rezim Orla yang melakukan politik konfrontasi dengan Malaysia, yang mengakibatkan separuh dari anggaran belanja negara tersedot untuk kepentingan tersebut.
Dalam situasi seperti itu, PKI memanfaatkan situasi dengan melemparkan isu bahwa Dewan Jenderal akan merebut kekuasaan dari Presiden Soekarno. Dalam keadaan seperti itu rezim Orla dihadapkan pada situasi yang dilematis. Di satu pihak, jika membubarkan PKI jelas akan berhadapan dengan Pemerintah Komunis Cina yang mendukung Soekarno dalam politik konfrontasinya. Di sisi lain, jika terus mempertahankan PKI maka akan berhadapan sendiri dengan rakyatnya.
Melihat situasi yang tidak menentu ini, para tokoh dan para aktivis mahasiswa ekstra kampus berinisiatif membentuk suatu wadah perjuangan untuk kembali menegakkan keadilan dan menyerukan aspirasi rakyat Indonesia yang tertindas. Mereka tampil dengan semboyan TRITURA (Tiga berisi antara lain, Bubarkan PKI berserta antek-anteknya, Retor menteri-menteri yang goblok, dan turunkan harga).
Gerakan tersebut dipimpin oleh tokoh-tokoh mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Organisasi perjuangan ini
commit to user commit to user
akar-akarnya. 15 Selain PMII, wadah KAMI didirikan dengan beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), SOMAL (Serikat Bersama Organisasi-Organisasi Lokal), PELMASI (Pelopor Mahasiswa Sosialis Indonesia), MAPANCAS (Mahasiswa Pancasila), IPMI (Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia). Hasil pertemuan inilah kemudian mendirikan organisasi mahasiswa yang anti komunis. Pembentukan KAMI ini kemudian juga diikuti dengan pembentukan organisasi serupa di perguruan tinggi
di daerah-daerah baik di Jawa maupun di luar Jawa. 16
Gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dengan cepat merebut kemenangan-kemenangan politik karena mendapatkan dukungan massa. Garis-garis yang ditentukan oleh PB PMII yaitu ikut dalam wadah KAMI mulai dari pusat sampai daerah. Bahkan sahabat Zamroni tampil memimpin KAMI sebagai ketua umum presidium pusat. Dengan posisi seperti itu menunjukkan bahwa PMII mempunyai andil yang besar dalam kegiatan dan mobilisasi KAMI dalam rangka kelahiran Orba.
15 Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), (Surabaya: Bina Ilmu, 1976), hlm. 74.
16 Yahya Muhaimin, Perkembangan Militer Dalam Politik Indonesia 1945- 1966, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1982), hlm. 203.
commit to user
KAMI bangkit menentang rezim Orla dengan turun ke jalan untuk berdemonstrasi karena jalan konstitusional sudah tidak mungkin dilalui. Karena KAMI inilah Orba dapat didorong mempercepat kelahirannya. Tetapi setelah Orba lahir dengan mapan, justru KAMI kehilangan vitalitasnya untuk eksis. Salah satu alasannya adalah karena organisasi ini lahir tidak berlandaskan pada konsepsi- konsepsi yang matang. Dalam bahasa mahasiswa pergerakan adalah organisasi yang
bersifat taktis. 17 Akhirnya pada rapat paripurna KAMI tahun 1969 para aktivis sudah tidak dapat dipertemukan lagi. Mulai saat itu KAMI dinyatakan bubar.
2. Independensi PMII
Awal berdirinya PMII adalah sebagai organisasi kepemudaan yang mendukung Partai NU. Namun dalam perkembangan selanjutnya, sikap dependensi itu menjadi sikap independensi, di mana PMII menjadi organisasi yang tidak terikat dari organisasi manapun, termasuk Partai NU. Sikap independen tersebut dideklarasikan pada tanggal 14 Juli 1972 di Murnajati, Lawang, Malang Jawa Timur. Deklarasi tersebut dikenal dengan “Deklarasi Murnajati.”
Keterlibatan PMII dalam dunia politik praktis yang terlalu jauh pada Pemilu 1971 itu akhirnya merugikan PMII sebagai organisasi kepemudaan. Akibatnya PMII banyak mengalami kemunduran gerakannya. Gerakan mahasiswa sebenarnya jauh dari nilai-nilai status. Ini sangat berbeda dengan tujuan partai politik yang memang
17 Organ taktis hanya untuk sesaat atau jangka pendek. Biasanya wadah didirikan hanya bersifat reaktif saja untuk menyikapi isu yang sedang hangat.
Sedangkan organ strategis adalah sebuah wadah untuk jangka panjang.
commit to user commit to user
Dengan Deklarasi Munarjati tersebut secara formal PMII berpisah secara struktural dengan NU. Ada dua hal yang penting, yaitu, pertama, komitmen independensi merupakan kesadaran PMII yang meyakini sepenuhnya terhadap tuntutan keterbukaan sikap, kebebasan berfikir, dan pembangunan kreatifitas yang dijiwai nilai-nilai Islam. Kedua, sikap independensi merupakan sikap manifestasi kesadaran organisasi dari tuntutan kemandirian, kepeloporan, kebebasan berfikir dan
berkreasi serta tanggung jawab sebagai kader umat dan negara. 18
DEKLARASI MURNAJATI
Bismillahirrahmanirrahim
“kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang dititahkan kepada manusia untuk memerintahkan kebaikan dan mencegah perbuatan yang mungkar” (Al- Qur’an).
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) insyaf dan yakin serta tanggung jawab terhadap masa depan kehidupan bangsa yang sejahtera selaku penerus perjuangan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia dengan pembangunan material dan spiritual. Bertekad untuk mempersiapkan dan mengembangkan dengan sebaik-baiknya:
• Bahwa pembangunan dan pembaharuan mutlak memerlukan insane-insan Indonesia yang memiliki pribadi luhur, taqwa kepada Allah, berilmu dan cakap serta bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya.
18 Fauzan Alfas., op.cit., hlm. 57.
commit to user
• Bahwa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia selaku genarasi muda Indonesia sadar akan perannya untuk ikut serta bertanngung jawab bagi berhasilnya pembangunan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat.
• Bahwa perjuangan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang menjungjung tinggi nilai-nilai moral dan idealism sesuai dengan Deklarasi Tawangmangu
menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, keterbukaan dalam sikap dan pembinaan rasa tanggung jawab.
• Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia serta dengan memohon rahmat Allah SWT, dengan ini menyatakan diri sebagai “Organisasi Independen” yang tidak terikat dalam sikap dan tindakannya kepada siapapun dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi dan cita-cita perjuangan Nasioanl yang berlandaskan Pancasila.
Musyawarah Besar II Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Di Murnajati Lawang Malang Jawa Timur 14 Juli 1972
TIM PERUMUS DEKLARASI MURNAJATI
1. Umar Basalim
2. Madjidi Syah
3. Slamet Efendy Yusuf
4. Man Muhammad Iskandar
5. Choirunnisa Yafizham
6. Tatik Farikhah
7. Rahmadn Idrus
8. Muis Kabri
Sejak dikumandangkannya Deklarasi Murnajati, PMII menjadi organisasi yang bebas menentukan kehendak dan idealismenya, tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi manapun, termasuk Partai NU. Akan tetapi keterpisahan secara struktural ini tidak membatasi ikatan emosional antara kedua organisasi ini. Antara keduanya masih mempunyai benang merah pemehaman ideologis, yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Keputusan Musyawarah Besar II PMII tentang Independensi
commit to user
PMII ini kemudian dipertegas dalam Kongres V PMII di Ciloto, Bandung, Jawa Barat tahun 1973.
3. Interdepedensi PMII
Sadar bahwa dalam melakukan perjuangan diperlukan untuk saling tolong- menolong, ukhuwah islamiyah, serta harus mencerminkan prinsip-prinsip umat yang baik. Oleh karena itulah sebuah keniscayaan bahwa hubungan antara PMII dan NU harus dijalin kembali. Kerangka berfikir, perwatakan dan sikap social antara PMII dan NU mempunyai persamaan karena dikemas dalam pemahaman Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja).
Selama 12 tahun lamanya PMII sebagai undebow Partai NU berkhidmat di dalam politik praktis, sampai pada akhirnya menyatakan sebagai organisasi yang independen adalah merupakan manifestasi kesadaran PMII yang meyakini sepenuhnya terhadap tuntutan keterbukaan sikap, kebebasan berfikir, dan pembangunan kreativitas yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam. Antara PMII dan NU mempunyai persamaan-persamaan dalam persepsi keagamaan dan perjuangan, visi sosial dan kemasyarakatan, ikatan historis, maka untuk menghilangkan keraguan serta saling curiga, maka hubungan itu harus dijalin kembali. PMII siap meningkatkan kualitas hubungan dengan NU atas dasar prinsip berkedaulatan organisasi penuh, interdependensi, dan tidak ada intervensi secara struktural dan kelembagaan, serta prinsip mengembangkan masa depan Islam Aswaja Indonesia.
commit to user
Deklarasi Interdependensi antara PMII dan NU dicetuskan dalam Kongres X PMII
pada tanggal 27 Oktober 1991 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. 19 Untuk mempertegas Deklarasi Interdependensi PMII-NU, melalui Musyawarah Kerja Nasional (Muskernas) PB PMII tanggal 24 Desember 1991, di Cimacan, Jawa Barat menghasilkan keputusan tentang “Impelementasi Interdependensi PMII-NU.” Penegasan hubungan itu didasarkan kepada pemikira- pemikiran antara lain:
Pertama , bahwa dalam pandangan PMII ulama sebagai pewaris para nabi merupakan panutan karena kedalamannya dalam bidang keagamaan. Oleh karena itu, interdependensi PMII-NU ditempatkan pada konteks keteladanan ulama dalam kehidupan keagamaan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kedua, adanya ikatan kesejarahan yang mempertemukan antara PMII dan NU. Fakta sejarah bahwa PMII lahir dari dan dibesarkan oleh NU, demikian juga latar belakang mayoritas warga PMIIyang berasal dari NU, secara langsung maupun tidak, akan mempengaruhi perwatakan PMII. Adapun kemudian menyatakan sebagai organisasi yang independen hendaknya tidak dipahami sebagai upaya mengurangi, apalagi menghapus arti ikatan kesejarahan tersebut.
Ketiga, adanya persamaan faham keagamaan antara PMII dan NU. Keduanya sama-sama mengembangkan suatu faham wawasan keislaman dengan paradigma faham Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Implikasi dari wawasan
19 Dokumen Historis PMII-Keputusan Kongres X PMII di Jakarta dalam Fauzan., op.cit., hlm., 137.
commit to user commit to user
Keempat, adanya persamaan kebangsaan. Bagi PMII keutuhan komitmen keislaman dan keindonesiaan merupakan perwujudan kesadaran beragama dan berbangsa bagi setiap orang muslim Indonesia. Atas dasar tersebut, maka menjadi keharusan untuk mempertahankan bangsa dan negara Indonesia dengan segala tekad dan kemampuan, baik secara individu maupun kelompok.
Kelima , adanya persamaan kelompok sasaran. PMII dan NU memiliki mayoritas anggota dari kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah. Kesamaan
lahan perjuangan ini kemudian melahirkan format perjuangan yang relatif sama pula.
C. Struktur Organisasi PMII
Sebagai organisasi yang besar, PMII mempunyai struktur kepengurusan yang sistematis mulai dari pusat sampai tingkat paling bawah. Adapun struktur organisasi PMII adalah sebagai berikut:
commit to user
Bagan 1 Sturktur organisasi PMII
Sumber: Anggaran Dasar PMII Pasa VI bab III. Kekuasaan tertinggi PMII berada di Pengurus Besar (PB) yang berpusat di Jakarta. Pengurus Kordinator Cabang (PKC) menguasai tingkat provinsi yang membawahi cabang-cabang. Pengurus Cabang (PC) berada di setiap kota atau kabupaten. PC ini membawahi Komisariat yang berada di setiap universitas atau perguruan tinggi. Pengurus Komisariat (PK) membawahi pengurus Rayon (PR) yang berada di masing-masing fakultas.
Pengurus Besar (PB)
Pengurus Rayon (PR)
Pengurus Komisariat (PK)
Pengurus Cabang (PC)
Pengurus Koordinator Cabang (PKC)
Pengurus Koordinator Cabang (PKC)
Pengurus Koordinator Cabang (PKC)
Pengurus Cabang (PC)
Pengurus Cabang (PC)
Pengurus Komisariat (PK)
Pengurus Komisariat (PK)
Pengurus Rayon (PR)
Pengurus Rayon (PR)
commit to user
Adapun forum permusyawaratan dalam organisasi PMII adalah sebagai berikut 20 :
1. Kongres merupakan forum musyawarah tertinggi dalam organisasi. Kongres ini dilaksanakan dua tahun sekali dan dihadiri utusan cabang, sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah cabang. Forum kongres ini memiliki kewenangan, antara lain, menetapkan atau merubah AD/ART PMII, menetapkan dan merubah NDP PMII, menetapkan paradigm gerakan PMII, menetapkan strategi pengembangan PMII, menetapkan kebijakan umum dan GBHO, menetapkan sistem pengkaderan PMII, dan menetapkan ketua umum dan Tim Formatur.
2. Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas). Forum ini tertinggi setelah Kongres. Muspimnas ini dihadiri oleh seluruh Pengurus PB PMII, Ketua Umum PKC, dan Pengurs Cabang. Musyawarah ini sedikitnya diadakan satu kali selama satu kepengurusan.
3. Musyawarah Kerja Nasional (Muskernas). Forum ini dilaksanakan oleh pengurus PB PMII. Muskernas ini membuat dan menetapkan action planning berdasarkan progam kerja yang diputuskan di Kongres.
4. Konferensi Korcab. Forum ini dihadiri oleh utusan cabang yang dilakukan satu tahun sekali. Konferkoorcab memiliki wewenang antara lain, menyusun progam kerja koorcab dalam rangka pelaksanaan progam dan kebijakan PMII, menilai laporan pertanggungjawaban (LPj) PKC, dan memilih ketua umum koorcab dan tim formatur.
20 Hasil-hasil Kongres XIV PMII di Kutai Kartanegara, 16-22 April 2003, hlm, 77-82.
commit to user
5. Musyawarah Pimpinan daerah (Muspimda). Forum ini adalah yang tertinggi setelah Konferkoorcab. Muspimda ini semua pengurus PKC dan ketua umum PC yang berada dalam wilayah kordinasinya. Muspimda diadakan paling sedikit enam bulan sekali, sebelum pelaksanaan Muspimnas. Muspimda ini mempunyai wewenang menetapkan dan merubah peraturan organisasi yang mengikat kondisi lokal sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, mengevaluasi progam selama satu semester baik bidang internal maupun eksternal, dan mengesahkan laporan organisasi dari berbagai wilayah kordinasi.
6. Musyawarah Kerja (Muker) Koorcab. Muker Koorcab dilaksanakan oleh PKC minimal satu kali dalam satu kepengurusan. Forum ini berwenang memutuskan action planning berdasarkan progam kerja yang diputuskan di Konferkorcab.
7. Konferensi Cabang (Konfercab). Forum ini adalah yang tertinggi di tingkatan cabang. Konfercab ini dihadiri oleh utusan komisariat dan rayon. Selain menyusun progam kerja dan menilai laporan pertanggungjawaban PC, juga memilih ketua umum dan tim formatur.
8. Musyawarah Pimpinan Cabang (Muspimcab). Forum ini tertinggi setelah Konfercab. Muspimcab ini dihadiri oleh seluruh Pengurus Cabang dan ketua umum komisariat dan ketua umum rayon. Forum ini diadakan sedikitnya empat bulan sekali, sebelum pelaksanaan Muspimda.
commit to user
Muspimcab ini memiliki wewenang menetapkan dan merubah peraturan organisasi yang mengikat kondisi lokal, sepanjang yang tidak bertentangan dengan dengan peraturan yang lebih tinggi, mengevaluasi progam selama satu semester, dan mengesahkan laporan organisasi dari pengurus komisariat dan pengurus rayon.
9. Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab). Forum ini berwenang untuk menyusun dan menetapkan actin plan selama satu periode berdasarkan hasil dari Konfercab. Peserta Muskercab ini adalah pengurus harian dan badan-badan di lingkungan PC.
10. Rapat Tahunan Komisariat (RTK). Ini adalah forum tertinggi di tingkat komisariat yang dihadiri oleh utusan rayon. RTK ini dilaksanakan satu tahun sekali dengan wewenang antara lain, menyusun progam kerja komisariat dan kebijakan PMII, menilai laporan pertanggungjawaban (LPj) pengurus komisariat, dan memilih ketua komisariat dan tim formatur.
11. Kongres Luar Biasa (KLB). KLB merupakan forum setingkat dengan kongres. Forum ini dilaksanakan apabila terdapat pelanggaran terhadap konstitusi (AD/ART dan/ atau peraturan organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus Besar PMII.
12. Konferensi Kordinator Luar Biasa (Konkoorcab-LB). Forum ini setingkat dnegan Konkoorcab. Forum ini dilaksanakan apabila terdapat pelanggaran terhadap konstitusi (AD/ART dan/ atau peraturan organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus Koordinator Cabang PMII.
commit to user
13. Konferensi Cabang Luar Biasa (Konfercab-LB). Forum ini setingkat dengan Konfercab. Forum ini dilaksanakan apabila terdapat pelanggaran terhadap konstitusi (AD/ART dan/ atau peraturan organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus Cabang PMII.
14. Rapat Tahunan Komisariat Luar Biasa (RTK-LB). Forum ini setingkat dengan RTK. Forum ini dilaksanakan apabila terdapat pelanggaran terhadap konstitusi (AD/ART dan/ atau peraturan organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus Komisariat PMII.
15. Rapat Tahunan Anggota Rayon Luar Biasa (RTAR-LB). Forum ini setingkat dengan RTAR. Forum ini dilaksanakan apabila terdapat pelanggaran terhadap konstitusi (AD/ART dan/ atau peraturan organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus Rayon PMII.
1. Pengurus Besar
Pengurus Besar (PB) adalah pimpinan tertinggi PMII pengemban amanat kongres dan badan eksekutif yang dibentuk di tingkat nasional yang berada di Jakarta. Masa kepengurusan PB PMII adalah dua tahun. PB PMII terdiri dari ketua umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara, Wakil Bendahara,Pengurus Lembaga-Lembaga, PB PMII memiliki tugas dan wewenang antara lain:
a. Ketua umum memilih sekretaris jenderal dan menyusun perangkat kepengurusan secara lengkap dibantu 6 orang formatur yang dipilih kongres selambat-lambatnya 3x24 jam setelah formatur terbentuk.
commit to user commit to user
c. PB berkewajiban mengesahkan susunan pengurus Koordinator Cabang (Koorcab) dan Pengurus Cabang (PC).
2. Pengurus Koordinator Cabang (PKC)
Pengurus Kordinator Cabang (PKC) PMII merupakan perwakilan PB di bawah kordinasinya. Wilayah kordinasi PKC minimal terdiri dari satu provinsi dengan batas minimal terdapat dua cabang atau lebih. PMII Cabang Kota Surakarta menginduk PKC PMII Jawa Tengah yang berpusat di Semarang. Hal ini tidak lain karena secara geografis dan administratif Kota Surakarta berada di wilayah Jawa Tengah. Masa jabatan PKC adalah dua tahun. PKC memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. PKC melaksanakan dan mengembangkan kebijakan tentang berbagai masalah organisasi di lingkungan kordinasinya.
b. PKC berkewajiban melaksanakan AD/ART, keputusa kongres, keputusan konferensi Koorcab, peraturan-peraturan organisasi dan memperhatikan nasehat serta saran Mabinas/ Mabinda.
c. PKC berkewajiban menyampaikan laporan kepada PB yang meliputi, perkembangan jumlah anggota, aktivitas internal dan eksternal.
commit to user commit to user
1. Pengurus Cabang (PC)
Cabang dapat dibentuk di kabupaten atau kotamadya di daerah yang ada perguruan tinggi dengan persetujuan dan rekomendasi dari PKC dan atau cabang terdekat. Untuk dapat berdiri sebuah cabang minimal ada dua komisariat. Apabila tidak terpenuhi, cabang dapat dibentuk apabila telah mencapai 50 anggota dan kecuali pada daerah yang mayoritas non muslim. Pengurus Cabang memiliki tugas dan wewenang antara lain,
a. Berkewajiban menjalankan AD/ART, keputusan kongres, peraturan organisasi, keputusan Konfercab dan memperhatikan nasehat pertimbangan dan saran Mabincab.
b. PC berkewajiban menyampaikan laporan kepengurusan kepada PKC serta kepada PB secara periodic empat bulan sekali.
c. PC berkewajiban menyampaikan laporan kepada PB yang meliputi, perkembangan jumlah anggota, aktivitas internal dan eksternal.
d. Mekanisme palaporan lebih lanjut akan ditentukan dalam peraturan organisasi.
PMII Cabang Kota Surakarta membawahi empat komisariat, yaitu Komisariat Kentingan (UNS/UNSA/STSI/ASMI), Komisariat Pabelan (UMS), Komisariat DR. Wahidin (UNU Surakarta), dan Komisariat RM. Said (STAIN
commit to user
Surakarta). Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 2003, Komisariat RM. Said dengan basis kampus STAIN Surakarta menjadi cabang tersendiri, yaitu PMII Cabang Sukoharjo.
Masing-masing periode kepengurusan memiliki struktur kepengurusan yang berbeda. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang berkembang saat itu. Penambahan atau pengurangan departemen maupun berbagai permasalahan dalam organisasi dimusyawarahkan dalam konferensi cabang (Konfercab) sekaligus sebagai forum untuk memilih ketua yang baru.
2. Pengurus Komisariat (PK)
Komisariat dapat dibentuk di setiap perguruan tinggi. Minimal ada dua rayon untuk membentuk komisariat. Atau jika tidak terpenuhi, minimal ada 25 anggota. Pengurus Komisariat (PK) memiliki tugas dan wewenang antara lain:
a. Berkewajiban menjalankan AD/ART, keputusan kongres, peraturan organisasi, dan RTK.
b. PK berkewajiban menyampaikan laporan kepengurusan kepada PC serta kepada PB secara periodic empat bulan sekali.
c. Pelaporan yang dilaporkan PK meliputi, perkembangan jumlah anggota, aktivitas internal dan eksternal.
d. Mekanisme palaporan lebih lanjut akan ditentukan dalam peraturan organisasi.
commit to user
3. Pengurus Rayon (PR)
Rayon dapat di bentuk di setiap fakultas atau setingkatnya, apabila telah memiliki sekurang-kurangnya sepuluh orang. Masa jabatannya adalah satu tahun. Pengurus Komisariat (PR) memiliki tugas dan wewenang antara lain,
a. PR Berkewajiban menjalankan AD/ART, keputusan kongres, peraturan organisasi, dan RTAR.
b. PR berkewajiban menyampaikan laporan kepengurusan kepada PK dengan tembusan kepada PC secara periodic..
c. Pelaporan yang dilaporkan PR meliputi, perkembangan jumlah anggota, aktivitas internal dan eksternal.
E. Keanggotaan
Sesuai dengan Anggaran Dasar (AD), PMII adalah sebuah organisasi yang berasaskan Pancasila yang bersifat keagamaan, kemahasiswaan, kebangsaan, kemasyarakatan, independen, dan professional.
Keanggotaan PMII dibagi menjadi anggota biasa dan anggota luar biasa. Anggota biasa adalah mahasiswa Islam yang tercatat sebagai mahasiswa pada suatu perguruan tinggi dan atau yang sederajat. Selain itu juga keanggotaan juga terbuka bagi mahasiswa Islam yang telah menyelesaikan progam studi pada perguruan tinggi dan atau yang sederajat atau telah mencapai gelar kesarjanaan S1,S2, atau S3 tetapi belum melampaui jangka waktu 3 tahun serta belum melampaui usia 35 tahun.
commit to user
Anggota luar biasa adalah angota yang dianggap telah berjasa kepada PMII yang ditetapkan oleh PB PMII atau kongres berdasarkan kriteria-kriteria yang diatur kemudian dalam ketentuan tersendiri. Untuk menjadi anggota PMII, calon anggota mengajukan permintaan secara tertulis atau mengisi formulir untuk menjadi anggota kepada pengurus cabang. Anggota akan sah menjadi keluarga PMII setelah mengikuti Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) dan mengucapkan bai’at persetujuan dalam suatu upacara pelantikan yang diadakan oleh pengurus cabang.
Anggota dapat berakhir masa keanggotaannya apabila, meninggal dunia, atas permintaan sendiri secara tertulis yang disampaikan kepada pengurus cabang, diberhentikan sebagai anggota biasa, baik secara terhormat maupun secara tidak hormat. Anggota biasa yang telah habis masa keanggotaannya disebut alumni. Hubungan PMII dengan alumni adalah hubungan historis, kekeluargaan, dan kesetaraan.
Anggota PMII berhak atas pendidikan, kebebasan berpendapat, dan pembelaan serta pengampunan (rehabilitas). Selain itu anggota juga berkewajiban membayar uang pangkal dan iuran setiap bulan yang besarnya ditentukan oleh pengurus cabang. Anggota juga berkewajiban mena’ati AD/ART, peraturan lainnya serta mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PMII. Anggota berkewajiban menjungjung tinggi dan mempertahankan nama baik agama Islam, bangsa dan organisasi.
commit to user
F. Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) adalah tali pengikat (kalimatun sawa) yang mempertemukan semua warga pergerakan dalam ranah dan semangat perjuangan yang sama. Seluruh warga PMII harus memahami dan menginternalisasikan nilai dasar PMII itu, baik secara personal atau secara bersama-sama dalam medan perjuangan sosial yang lebih luas dengan melakukan keberpihakan nyata melawan ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kekerasan, dan tindakan-tindakan negatif lainnya. NDP ini, dengan demikian senantiasa memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Penyusunan NDP ini dilaksanakan di Bandung dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas III) pada tanggal 1-5 Mei 1976. Sebagai organisasi Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja), maka dalam setiap gerak langkahnya harus didasari oleh nilai-nilai tersebut. Tetapi nilai-nilai itu bagi warga pergerakan masih banyak berada di dalam kitab-kitab kuning maupun tersimpan di dalam benak para ulama yang menjadi panutan PMII. Tentu saja hal ini akan menyulitkan warga pergerakan yang masih awam terhadap nilai-nilai Aswaja, di samping menyulitkan
rujukan penyusunan langkah kerjanya. 21
Adanya permasalahan ini, apalagi setelah menyatakan sebagai organisasi yang independen, maka rekruitmen anggota tidak lagi menggunakan pendekatan ideologi maupun kultural historis, akan tetapi menggunakan pendekatan progam. Konsekuensi dari pendekatan ini adalah terjaringnya anggota PMII yang sama sekali
21 Fauzan Alfas, op.cit., hlm. 73.
commit to user commit to user
1. Rumusan-Rumusan Nilai Dasar Pergerakan
a. Tauhid Mengesakan Allah SWT. Merupakan nilai paling asasi dalam agama samawi, didalamnya telah terkandung sejak awal tentang keberadaan manusia. Hal ini seperti yang termaktub dalam Qur’an surat Al-Ikhlas, al-Mu’minun, dan surat al- Baqarah. Inti dari tauhid ini adalah, pertama, Allah adalah Esa dalam segala totalitas, dzat, sifat dan perbuatan-perbuatanNya. Allah adalah dzat yang fungsional. Kedua, Keyakinan seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang lebih tinggi dari alam semesta, serta merupakan manifestasi kesadaran dan keyakinan kepada gaib. Dan ketiga, oleh karena itu tauhid merupakan titik puncak, melandasi, memandu dan menjadi sasaran keimanan yang mencakup keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan dan perwujudan lewat perbuatan.
Maka, konsekuensinya adalah PMII harus mampu melarutkan dan meneteskan nilai-nilai tauhid dalam berbagai kehidupan serta tersosialisasikan sehingga merambah sekelilingnya. Hal ini dibuktikan dengan pemisahan yang tegas antara hal-hal yang bersifat profan dan sakral.
commit to user
b. Hubungan Manusia dengan Allah Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta manusia sebaik-baik kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia dihadapan ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan pemberian daya pikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsinya baik sebagai khalifah dan hamba Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia memberanikan diri untuk mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuan- ketentuannya. Untuk itu manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat, manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.
c. Hubungan Manusia dengan Manusia Tidak ada yang lebih antara yang satu dengan lainnya, kecuali ketaqwaannya. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, ada yang menonjol pada diri seseorang tentang potensi kebaikannya, tetapi ada pula yang terlalu menonjol potensi kelemahannya. Karena kesadaran ini, manusia harus saling menolong, saling menghormati, bekerja sama, menasehati dan saling mengajak kepada kebenaran demi kebaikan bersama.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup dalam persaudaraan antar insan pergerakan, persaudaraan sesama umat Islam, persaudaran sesama warga negara dan persaudaraan sesama umat manusia. Perilaku persaudaraan ini harus menempatkan insan pergerakan pada posisi yang dapat memberikan manfaat maksimal untuk diri dan lingkungannya.
commit to user
d. Hubungan Manusia dengan Alam Alam semesta adalah ciptaan Allah. Dia menentukan ukuran dan hukum- hukumnya. Alam juga menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga nilai tauhid melingkupi nilai hubungan manusia dengan manusia. Namun Allah menundukkan alam bagi manusia dan bukan sebaliknya. Jika sebaliknya yang terjadi, maka manusia akan terjebak dalam penghambaan terhadap alam, bukan penghambaan kepada Allah. Allah mendudukkan manusia sebagai khalifah, sudah sepantasnya manusia menjadikan bumi maupun alam sebagai wahana dalam bertauhid dan menegaskan keberadaan dirinya, bukan menjadikannya sebagai obyek eksploitasi.
Salah satu dari hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia menciptakan itu untuk memudahkan dalam rangka memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi atau memudahkan hubungan antar manusia. Dalam memanfaatkan alam diperlukan iptek, karena alam memiliki ukuran, aturan dan hukum tersendiri. Alam didayagunakan dengan tidak mengesampingkan aspek pelestariannya.
2. Arti, Fungsi, dan Kedudukan
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) adalah rumusan nilai-nilai yang diturunkan secara langsung dari ajaran Islam serta kenyataan masyarakat Indonesia dengan kerangka pendekatan Ahlussunah wal Jama’ah. NDP harus senantiasa menjiwai seluruh aturan organisasi, memebri arah dan mendorong gerak organisasi, serta
commit to user commit to user
(aspek aqidah), Islam (aspek syari’ah), dan ihsan (aspek etika, akhlak, dan tasawuf). 22 NDP PMII memiliki fungsi antara lain:
a. Kerangka Refleksi (landasan berpikir). Sebagai kerangka refleksi, NDP bergerak dalam pertarungan ide-ide, paradigma, nilai-nilai yang akan memperkuat nilai-nilai yang akan memperkuat tingkat kebenaran-kebenaran ideal. Ideal-ideal itu menjadi sesuatu yang mengikat, absolut, total, universal berlaku menembus ke berbagai ruang dan waktu (muhkamat, qoth’i). Karenanya, kerangka refleksi ini menjadi moralitas sekaligus tujuan absolut dalam mendulang capaian-capaian nilai seperti kebenaran, keadilan, kemerdekaan, kemanusiaan.
b. Kerangka Aksi (landasan berpijak). Sebagai kerangka aksi, NDP bergerak dalam pertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi diri, pembelajaran sosial yang akan memperkuat tingkat kebenaran-kebenaran faktual. Kebenaran faktual itu senantiasa bersentuhan dengan pengalaman historis, ruang dan waktu yang berbeda-beda dan berubah-ubah, kerangka ini memungkinkan warga pergerakan menguli, memperkuat atau bahkan memperbaharui
22 Santoso Kristeva, Manifesto Wacana Kiri, Membentuk Solidaritas Organik, (Ditebitkan Tim Fasilitator PMII Cilacap, 2007), hlm. 50.
commit to user commit to user
c. Kerangka Ideologis (sumber motivasi). Menjadi satu rumusan yang mampu memberikan proses ideologisasi di setiap kader secara bersama-sama, sekaligus memberikan dialektika antara konsep dan realita yang mendorong proses kreatif di internal kader secara menyeluruh dalam proses perubahan sosial yang diangankan secara bersama-sama secara terorganisir. NDP PMII memiliki kedudukan yang sangat kuat, antara lain, menjadi
rujukan setiap produk hukum dan kegiatan organisasi, menjadi sumber kekuatan ideal setiap kegiatan organisasi, dan menjadi pijakan organisasi dan pengikat kebebasan berfikir, berbicara, dan bertindak. Internalisasi dari nilai-nilai teologis tersebut menumbuhkan filosofi gerak PMII yang disandarkan pada dua nilai yang sangat fundamental, yakni liberasi dan independensi.
Liberasi merupakan kepercayaan dan komitmen untuk mencapai kebebasan setiap individu. Praktek dan pemikiran liberasi mempunyai dua tema pokok. Pertama, tidak menyetujui adanya otoritas penuh yang melingkupi otoritas masyarakat. kedua, menentang segala bentuk ekspansi dan hegemoni Negara terhadap keinginan- keinginan bebas individu dan masyarakat dalam berkreasi, berekspresi, mengeluarkan
pendapat, berserikat, dan lain sebagainya 23 Liberasi didasarkan oleh adanya
kemampuan (syakilah) dan kekuatan (wus’a) yang ada di dalam individu. Dengan bahasa lain, setiap individu mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk
23 Ibid., hlm. 54.
commit to user commit to user
Kebebasan dalam arti yang umum mempunyai dua makna, yakni kebebasan dari (freedom from) dan kebebasan untuk (freedom for). Kebebasan dari merupakan kebebasan untuk bermakna bebas untuk berbuat sesuat yang pada dasarnya sebagai fungsi untuk mencapai tingkat kesejahteraan seluruh manusia di muka bumi.
G. Ahlussunah wal-Jama’ah Sebagai Manhaj Al-Fikr
Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) merupakan bagian integral dari sistem keorganisasian PMII. Dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP) disebutkan bahwa Aswaja merupakan metode pemahaman dan pengamalan tauhid. Lebih dari itu, disadari atau tidak Aswaja merupakan bagian kehidupan sehari-hari setiap anggota atau kader. Akarnya tertanam dalam pada pemahaman dan perilaku penghayatan masing-masing dalam menjalankan Islam.
Tahun 1994, dimotori oleh KH Said Agil Siraj muncul gugatan terhadap Aswaja yang telah diperlakukan sebagai madzhab. Padahal di dalam Aswaja terdapat berbagai madzhab, khususnya dalam bidang fiqih. Selain itu, gugatan muncul melihat perkembangan zaman yang sangat cepat dan membutuhkan respon yang kontekstual dan cepat pula. Dari latar belakang dan penelusuran terhadap bangunan isi Aswaja
commit to user commit to user
PMII melihat bahwa gagasan tersebut sangat relevan dengan perkembangan zaman, karena muatan doktrin Aswaja selama ini yang mengikat. Sebagai manhaj, Aswaja menjadi lebih fleksibel dan memungkinkan bagi pengalannya untuk menciptakan ruang kreativitas dan menelurkan ihtiar-ihtiar baru untuk menjawab perkembangan zaman. Bagi PMII, Aswaja juga menjadi ruang untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang sempurna bagi setiap zaman dan tempat. Islam tidak diturunkan untuk sebuah masa dan tempat tertentu. Kehadirannya dibutuhkan sepanjang masa dan akan selalu relevan. Namun relevansi dan maknanya tersebut sangat bergantung kepada penganutnya. Aswaja adalah pilihan paling tepat di tengah
kenyataan masyarakat kepulauan Indonesia yang beragam etnis, budaya dan agama. 25 PMII memandang bahwa Aswaja adalah orang-orang yang memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan dengan berlandaskan atas dasar moderasi, menjaga keseimbangan dan toleran. Aswaja bukan sebuah madzhab melainkan sebuah metode dan prinsip berfikir dalam menghadapi persoalan- persoalan agama sekaligus urusan sosial kemasyarakatan. Sebagai manhaj, PMII berpegang teguh pada prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tawazun (netral), ta’adul (keseimbangan), dan tasamuh (toleran).
Moderat tercernin dalam pengambilan hukum (istinbath) yaitu memperhatikan posisi akal di samping memperhatikan nash. Aswaja memberikan
24 PWNU Jawa Timur, Aswaja An-Nahdliyah, (Surabaya: Kalista, 2007).
25 Materi Kongres., op.cit., hlm, 33.
commit to user commit to user
Sikap tawazun (netral) berkaitan denga sikap politik. Aswaja memandang kehidupan sosial-politik atau pemerintahan dari kriteria dan pra-syarat yang dapat dipenuhi oleh sebah rezim. Oleh sebab itu, dalam sikap tawazun, pandangan Aswaja tidak terkotak dalam pandangan mendukung atau menolak sebuah rezim. Dengan Aswaja, PMII tidak membenarkan kelompok ekstrim yang hendak merongrong kewibawaan sebuah pemerintahan yang disepakatai bersama, namun tidak juga berarti mendukung sebuah pemerintahan. Apa yang terkandung dalam sikap tawazun ini adalah memperhatikan bagaimana keterpenuhan kaidah dalam perjalanan sistem kehidupan sosial-politik.
Ta’adul (keseimbangan) dan tasamuh (toleran) tereleksikan dalam kehidupan sosial, cara bergaul dalam kondisi sosial budaya. Keseimbangan dan toleransi mengacu cara bergaul PMII sebagai muslim dengan golongan muslim atau pemeluk agama lain. Realitas masyarakat Indonesia yang plural, dalam budaya, etnis, ideologi politik dan agama, PMII memandanganya bukan semata-mata realitas
sosiologis, melainkan juga realitas terologis. Artinya bahwa Tuhan memang dengan sengaja menciptakan manusia berbeda-beda dalam berbagai sisinya. Oleh karena itu tidak ada pilihan sikap yang lebih tepat kecuali ta’adul dan tasamuh.
commit to user