Asal Usul Tindakan Agresif Terhadap Masyarakat Tionghoa Benteng.

BAB V Masyarakat Tionghoa Benteng dan Tragedi Kerusuhan

1998

V.1 Asal Usul Tindakan Agresif Terhadap Masyarakat Tionghoa Benteng.

Pada masa akhir orde baru, banyak sekali terjadi tragedi-tragedi yang mengiringi keruntuhan rezim orde baru yang telah menguasai Indonesia selama 32 tahun. Krisis moneter yang menimpa negara-negara Asia termasuk Indonesia pada tahun 1998, menjadi salah satunya sumber latar belakang jatuhnya rezim orde baru. Kiprah pemerintahan Suharto, mulai banyak mendapat kecaman dari aspek segala golongan, karena menganggap Suharto sudah tidak mampu lagi dalam memimpin bangsa ini. Kejatuhan Rupiah dalam kurs pertukaran uang menjadi penyebab, lonjaknya harga-harga di Indonesia termasuk harga kebutuhan pokok. Selain itu mulai bermunculan, gerakan-gerakan dan ormas yang menuntut turunnya Suharto, dan menggantikan sistem negara yang lebih demokrasi dan hak berbicara. Pada awal tahun 1998 mulai bermunculan, demonstrasi-demonstrasi yang menuntut Suharto untuk mundur dan menolak hasil pemilu 1997. Hal ini membawa lembar baru dalam sejarah Indonesia. Untuk pertama kalinya setelah 35 tahun, terjadi kembali demonstrasi besar-besaran menentang pemerintah. Demonstrasi kali ini lebih besar dari pada yang terjadi pada tahun 1966. Mahasiswa dan aktivis sosial bersatu dalam demonstrasi tersebut. Hampir dari Universitas Sumatera Utara seluruh Indonesia, mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran menyambut melambungnya harga-harga. Demonstrasi ini pun disikapi represif oleh aparat, sehingga bentrokan mahasiswa dengan beberapa aparat pun tidak dapat terelakan. Dalam kericuhan ini, terjadi juga kerusuhan dibeberapa kota di Indonesia, yang paling mempunyai konsentrasi kerusuhan dan penjarahan adalah Jakarta, Bandung, Makassar, Medan dan Solo. Penjarahan yang dilakukan masyarakat tidak hanya sebatas pasar swalayan, tapi juga toko-toko terutama toko yang dimiliki oleh Masyarakat keturunan Tionghoa. Selain menjarah, banyak juga yang melakukan penganiayaan, penculikan, bahkan pembunuhan terhadap kaum masyarakat keturunan Tionghoa tersebut. Para wanita keturunan Tionghoa pun banyak mengalami pelecehan seksual dan pemerkosaan. Keadaan ini menjadi suatu alarm tanda bahaya, bagi masyarakat keturunan Tionghoa yang lain. Sehingga eksodus besar-besaran mulai bermunculan bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia. Eksodus yang dilakukan oleh masyarakat keturunan Tonghoa, tidak hanya sebatas mengungsi keluar daerah, tapi sampai ke luar negeri. Banyak eksodus ke RRT, Amerika Serikat, dan Australia, dan beberapa negara lainnya. Eksodus ini banyak mengakibatkan terhentinya sistem perdagangan yang memang banyak dimiliki oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. Hal ini berdampak, banyaknya tutup toko atau usaha dagang bahkan pabrik karena ditinggal oleh pemiliknya yang eksodus. Tapi dalam hal eksodus ini, hanya masyarakat keturunan Tionghoa yang mampu secara ekonomi sajalah, yang bisa untuk melakukan eksodus ke luar negeri. Bagi masyarakat Tionghoa yang ekonominya tidak kuat, maka ini menjadi Universitas Sumatera Utara sebuah problema tersendiri bagi mereka. Hidup dalam ancaman penjarahan, penganiayaan, dan pemerkosaan menjadi sebuah teror dalam hidup mereka. Eksodus ke luar negeri merupakan sebuah solusi bagi masyarakat keturunan Tionghoa pada waktu itu. Tapi bagi masyarakat Tionghoa yang tidal memiliki ekonomi kuat, membela diri adalah salah satu alternatif lain yang dimiliki. Kebanyakan masyarakat Tionghoa Benteng, merupakan masyarakat etnis Tionghoa yang tidak memiliki ekonomi yang cukup kuat. Sehingga melarikan diri ke luar negeri, merupakan langkah yang cukup sulit bagi mayoritas masyarakat ini. Perasaan terancam akan kerusuhan yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, menjadi sebuah mimpi buruk bagi kebanyakan masyarakat Tionghoa Benteng. Daerah pinggiran Tangerang menjadi salah satu tempat yang paling banyak mengalami penyiksaan bagi masyarakat Tionghoa Benteng. Kesenjangan ekonomi masyarakat Tionghoa dengan pribumi, menjadi pemicu utama terjadinya pembunuhan dan penganiayaan terhadap masyarakat etnis Tionghoa pada masa itu. Masyarakat pribumi yang sebagian merasa iri melihat kemakmuran perekonomian masyarakat Tionghoa, melakukan banyak penjarahan. Selain itu sikap beberapa masyarakat Tionghoa yang cenderung eksklusif, dinilai sangat sombong dan tidak mau bersosialisasi bagi sebagian masyarakat pribumi menjadi salah satu acuan untuk menyerang masyarakat etnis Tionghoa. Yang lebih parah lagi adalah, sebagian masyarakat awam memukul rata kesalahan pemahaman ini terhadap semua masyarakat Tionghoa. Banyak masyarakat etnis Tionghoa yang tidak tahu menahu asal muasal permasalahan, Universitas Sumatera Utara menjadi kambing hitam warga. Bahkan masyarakat Tionghoa Benteng yang baru mengalami angin segar dengan dicabutnya SBKRI, juga menjadi korban. Daerah Karawaci menjadi tempat yang paling parah dalam penjarahan dan penyiksaannya. Titik puncak kerusuhan yang berada di Karawaci, adalah dengan terbakarnya Megamall Lippo Karawaci sekarang bernama Supermall Lippo Karawaci dan merenggut banyak korban jiwa. Kerugian yang diderita masyarakat Tionghoa Benteng sangat banyak, bahkan sampai sekarang banyak yang masih mengalami trauma. Di pasar baru Tangerang, toko Sabar Subur yang dimiliki seorang etnis Tionghoa menjadi sasaran penjarahan dan pembakaran dari masyarakat. Tapi di pasar lama tempat klenteng Boen Tek Bio berdiri, sama sekali tidak diganggu oleh warga. Karena masyarakat Tionghoa Benteng yang ada di daerah tersebut, telah mempersiapkan dan mempersenjatai diri. Apabila masyarakat lari ke arah tempat mereka dan melakukan penjarahan juga penyiksaan. Maka masyarakat Tionghoa Benteng yang ada di pasar lama akan melakukan perlawanan. Hal ini membuat oknum atau masyarakat yang ikut membuat kerusuhan mengurungkan niatnya untuk menjarah di daerah tersebut. Selain itu, daerah tersebut merupakan wilayah pusat kota sehingga banyak polisi yang berjaga untuk mengantisipasi kerusuhan yang makin meluas nantinya. Keadaan yang mencekam di Jakarta dan Tangerang, menjadi sebuah dilema bagi banyak masyarakat Tionghoa. Kerusuhan yang mengakibatkan banyaknya masyarakat Tionghoa yang menjadi sasaran, termasuk masyarakat Tionghoa Benteng. Kerusuhan yang sasaranya masyarakat etnis Tionghoa, menjadi siaran yang cukup menarik Universitas Sumatera Utara perhatian Internasional. Banyak terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di Dunia terhadap kedutaan dan perwakilan di negara- negara lain. Seperti kedutaan Indonesia di Australia, Amerika Serikat, Kanada, bahkan RRT. Terjadinya pemerkosaan massal terhadap perempuan-perempuan etnis Tionghoa mulai terungkap setelah muncul investigasi yang dilakukan tim relawan kemanusiaan di bawah pimpinan Romo Sandyawan. Keadaan yang mencekam pada kerusuhan pada 13-15 Mei 1998 tersebut, menjadi suatu mimpi buruk bagi masyarakat etnis Tionghoa. Kejadian ini benar-benar membangunkan reaksi masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia, dan membentuk banyak organisasi etnis Tonghoa setelah reformasi. Penjarahan dan penganiayaan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab, telah membuat citra kelam dalam sejarah Indonesia. Aksi kerusuhan itu juga didalangi provokator-provokator, yang mengubah jalannya aksi yang menentang pemerintahan rezim orde baru menjadi sebuah kerusuhan rasialis anti-Tionghoa. Masyarakat Tionghoa Benteng sendiri, mengalami imbas yang cukup terasa dalam kasus. Anggapan 32 32 Anggapan yang banyak dipakai oleh masyarakat awam pada kerusuhan tahun 1998 untuk menganggap seluruh masyarakat Tionghoa itu sama dan merupakan sumber dari kemerosotan ekonomi Indonesia. Anggapan ini sebenarnya hanyalah sebuah alasan untuk menutupi alasan tentang keiri hatian dengan kesenjangan sosial. pukul rata yang sering dilayangkan para oknum perusuh, juga membuat masyarakat Tionghoa Benteng diserang. Walau pun hanya di beberapa daerah saja, seperti Karawaci dan Cipondoh, tapi selebihnya ditempat yang lain yang banyak berpenghuni masyarakat Tionghoa sudah langsung dibarikade polisi dan masyarakat sekitar yang berjaga-jaga. Selain itu, komunikasi Universitas Sumatera Utara yang bagus juga terjalin antara masyarakat Tionghoa Benteng dengan warga sekitar. Masyarakat Tionghoa Benteng merupakan masyarakat Tionghoa yang sudah sangat lama mendiami daerah Tangerang, sehingga kerusuhan dan penganiayaan yang menimpa mereka tidak sekejam dengan apa yang terjadi terhadap warga etnis Tionghoa yang di Jakarta. Akan tetapi kerusuhan tersebut, tetap membawa trauma yang cukup dalam bagi masyarakat Tionghoa Benteng.

V.2 Tindakan Pengamanan Polisi Terhadap Masyarakat Tionghoa Benteng.