Persepsi masyarakat Cina benteng terhadap pendidikan: studi kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
DisusunOleh :
DARA RAHMITA DEWI NIM : 1110015000122
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
(2)
Nama Nim
1.
: Dara Rahmita Dervi :1110015000122
Tempat/Tgl.Lahir: Jakarta, 18 Agustus 1991
Jurusan Judul Skripsi
: Pendidikan IPS/ Sosiologi
: Persepsi lvlas1,3p3Lu1 Cina Bentenc l'erhadap Pendidikan
Dengan ini menyatakan bahrva:
J.
Skripsi ini merupakan hasil kan,a sendiri vans diajukan untuk nremenuhi salah satu persyaratan dalant memperoleh gelar Sarjana Strata
(Sl)
di Universitas Islarn Negeri Syarif I{idayatullah Jakarta.Semua sumber )rang sava gunakan dalan-r penulisan Skripsi ini telah sava
canlumkan sesuai dengart kelcntuan vang berlaku
di
Unii'ersitas Islan-i Negeri Sl,arif Llidayatullah .lakarta.Jika dikemudian hari terbukti bahri'a karl'a ini bukan hasil kary'a asli sal'a ataLr jiplakan dari karl'a orang lain. n-raka sava bersedia menerima sanksi
berdasarkan ketentuan yang berlaku di ulN Syarif Hidal,atullah Jakarta,
'r 2014
Dara Rahmita Deu'i NrM. 111001500012 2.
,.- ffi-EIE=RAI &,r'*4
"
TElVl.rP-lEL FEd:r
'E----'r"-,--- 'n -e-I 535D9ADF190015338(3)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
Di Susun Oleh:
DARA RAHMITA DEWI NIM. 111001s000122
Dibawah Birnbingan:
Dosen Penrtrirnbing II
Anissa \Yindarti. N(.Sc
NII'. 198208A2 201101 2 005
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERT SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 20ts
fta
ilt
Dosen Pembimbing I
(4)
Pendidikanyang disusun olelr Dara Rahrnita Dewi,
NIM
I 11001 500ar22,Jumsan Pendidikan Ips, Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan, universitas
Islam Negeri Syaril'llidayatullnh Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan
sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasarr
sesuai
ketentuan yang ditetal:kan oleh fakultas.
Jakarta, l7 Desember 2014
Yang nrengesahkan.
Do.serr Pernbirnbing i I
NIP. 19700 6a6 139"702 1 002
Anissa WLndarti. I\{.Sc
NIP. 198208A22A1I01 2 00s
Dosen Penrbirribing I
I
-).,:.[
(5)
Tarbiyah
dan
Keguruan(FITK)
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah dinyatakanlulus
dalamUjian
Munaqosah pada tanggal 15 Januari 2015dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta, l5 Januari 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Tanda TanganKetua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Dr. Iwan Purwanto.
M.Pd.
i NIP: 1 97304242008011012S ekretaris (Sekretaris Jurusan /Prodi)
Drs. Syaripulloh. M.Si.
NIP: I 96709092007 011033 Penguji I
Dr. Iwan Purwanto. M.Pd. NIP: 1 97304242008011012 Penguji II
Drs. H. Nurochirh. MM
NrP. 19590715 1984031003
tkl:
*!'
is-|
ls-./.t- .-...
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
NIP: 1 9591 0201 986032001
(6)
vi
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan, dan Peran Lembaga atau Istitusi Pendidikan. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukasari, kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dan snowball sampling. Istrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Pemerikasaan dan pengecekan data dalam menguji credibility and transferability. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi dokumentasi, teknik wawancara dan observasi.
Setelah melakukan penelitian, hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan adalah masyarakat Cina Benteng sudah mengerti arti pendidikan yang sesungguhnya bahwa pendidikan penting dan wajib bagi semua kalangan hal ini didukung oleh peran lembaga atau institusi pendidikan sudah baik dan berperan aktif.
Berdasarkan hasil penelitian, tinggi nya Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan memberikan dampak positif baik secara lapisan sosial dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Cina Benteng pada umunya dan taraf kehidupan masing-masing individu pada khususnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat Cina Benteng memiliki persepsi yang baik terhadap pendidikan.
Kata Kunci: Persepsi Masyarakat Cina Benteng, Pendidikan dan Peran Lembaga atau Istitusi Pendidikan
(7)
vii
Hidayatullah. 2014
This study aims to determine the perception of Cina Benteng Society about Education, and the Role of Institutions or Education Institution. This research was conducted in the village Sukasari, Tangerang. The research method is descriptive qualitative method. Sampling technique is Purposive sampling and snowball sampling. Instrument of research is interview and observation. Examination and checking of data in testing the credibility and transferability. Of this study using the technique of triangulation method, by adjusting the study documentation, interview and observation techniques.
After doing some research, the results in this study is the perception of the Cina Benteng Society about Education is Cina Benteng Society has understood the true meaning of important education and priority for all people this is supported by the role of Institute or education institutions are already well and play an active role about educational process.
Based on the results of the research, high perception of Cina Benteng society about education have a positive impact both social strata and improve Cina Benteng people's lives in general and standard living of each individual in particular. Therefore it can be concluded that the Cina Benteng Society has a good perception of education.
Keywords: Cina Benteng Public Perceptions, Education and the Role of Institutions or Education Institution
(8)
viii
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan”.
Dalam proses penyusunan Skripsi, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril dan materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang berlipat ganda dan tak terhingga.
2. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS. 4. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.
5. Dr.Muhammad Arif, M.Pd dan Anissa Windarti,M.Sc, selaku dosen pembimbing yang begitu sabar dalam membimbing saya, meluangkan banyak waktunya untuk memberikan ilmu, nasihat, pengarahan serta kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
7. Kedua orang tuaku tercinta, Drs.C.Rukmana Ibrahim, SH,.MH. dan Iyen Eliyeni yang memberikan curahan kasih sayang dan senantiasa
memberikan do’a serta dukungan baik secara moril maupun materil dan
kakaku Rizki Aji Pamungkas yang memberikan semangat tiada henti serta ketiga adikku yang memberikan warna kehidupan Wahyuni Khairita Dewi, M.Rizki Maulana, dan Agnia Kamila Dewi.
8. Kepala Desa Sukasari Muhammad Zen, S.Sos beserta staf kelurahan yang dengan ramah membantu dalam proses penelitian ini.
(9)
9. Oey Tjin Eng selaku Humas dan Perpustakaan Boen Tek Bio, Terima kasih atas informasi dan telah bersedia memberikan waktunya untuk kelengkapan dan penyempurnaan dalam skripsi ini.
10.Teman-teman HMJ Pendidikan IPS Periode 2013-2014. Dede Nurlatifah, Riska Nurazizah, Nurwakhidah, Fauziah, Lita Jamalia, Anisa Yuni Tetiyani, Ibnu mustaqim, Arif Putranto, Hambali, Fathur Rahman, Via Oktaviani, Inayati Ma’rifah, serta Rahmawati Wulandari. Terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini. Dan teman-teman Sosiologi-Antropologi 2010,terima kasih atas semua kenangan yang kita lalui bersama. ATK Family terima kasih untuk segala nya.
11.Sahabat seperti keluargaku sendiri, terima kasih atas motivasi nya, telah menemani penulis dalam penelitian suka duka kita bersama, Desstia Loveacna, Yustia Umamah, Farida Hasanah, Mohammad Fakih, Husnul Khotimah, Fauziah Acuy, Ahmad Naufal, Fadli Hakim, Sofa fatia, Mimi, Ayah dan Opek. Semoga kekeluargaan yang terjalin tak lekang oleh waktu.
12.Keluarga CRMC, Terima kasih telah memberikan banyak warna dalam kehidupan dan pelajaran hidup Siti Ngaisah, M. Faishal Ramdhan, Arif Rahman Hakim, Ahmad Nashrullah, Neneng Suwartini, Ardi Muhammad Arsyad, Deli Wani Utami, Misbahudin.
13.Sahabat Tercinta Pinang Siskawati, Durratul Qonitat, Sartika Indriyani, Putri Andiyanti, Ilmar Rasundha, Yogi Hangryawan, Rizal Nur M.Taufik terima kasih telah menjadi tempat keluh kesah penulis serta Komunitas
Pecinta Alam “Kutu Gunung Adventure”.
14.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas doa dan bantuannya. Semoga mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.
Jakarta, 29 November 2014
(10)
x
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB IPENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB IIKAJIAN TEORI A. Hakikat Persepsi ... 9
1. Pegertian Persepsi ... 9
2. Faktor-faktor persepsi ... 12
B. Masyarakat Cina Benteng ... 15
1. PegertianMasyarakat ... 15
2. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk ... 18
3. Sejarah Kedatangan dan Penyebutan Cina Benteng ... 19
4. Sistem Kekerabatan Masyarakat CinaBenteng ... 21
5. Mata PencaharianMasyarakat Cina ... 22
C. Hakikat Pendidikan ... 23
(11)
D. Penelitian yang Relevan ... 30
E. Kerangka Berfikir ... 33
BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel ... 35
C. Metode Penelitian ... 38
D. Sumber Pengumpulan Data ... 38
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 38
1. Observasi ... 39
2. Wawancara ... 40
3. Dokumentasi ... 43
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 43
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Penelitian ... 49
1. Sejarah Masyarakat Cina Benteng ... 49
2. Potensi Budaya Masyarakat Cina Benteng ... 56
3. Potensi Sarana dan Prsarana ... 57
B. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan ... 59
C. Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan Masyarakat Cina Benteng ... 63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
xii
Tabel 4.2 Jumlah Pendidikan Formal Milik Swasta di Desa Sukasari... 55
(13)
xiii
Lampiran 2 Hasil Wawancara
Lampiran 3 Hasil Observasi
Lampiran 4 Dokumentasi
(14)
(15)
1
Tiongkok atau Chung-Kuo dalam Mandarin artinya negara tengah. Dalam Ensiklopedia, “nama lain baru menjadi popular sekitar abad ke-19 dan awal ke-20 terutama setelah lahirnya Republik Tiongkok tahun 1912. Peranakan Tionghoa sejak itu menyebut negeri leluhurnya “Tiongkok”.1 Sejak saat itu peranakan Tionghoa yang beranggapan bahwa peranakan Tionghoa yang sejak saat itu menyebutnya bahwa leluhurnya Tiongkok dan mengganggap Cina kurang sesuai, melainkan etnis Hakka/Khek, Tio Ciu, Hok
Cia, Hokkien, dan Kanton. Etnis itulah yang meminta agar dirinya disebut
etnis Tionghoa.
Menurut tokoh adat setempat Oey Tjin Eng, “orang-orang Tionghoa mulai berdatangan ke nusantara pada abad ke sembilan, yaitu pada zaman dinasti Tang untuk berdagang dan mencari kehidupan baru. Pada tahun 399- 414 Fa Hian seorang pendeta dari Tiongkok mengunjungi pulau Jawa dalam perjalannya ke India”.2Migrasi orang Tionghoa ke Indonesia secara besar-besaran. Migrasi yang mencapai puncaknya pada abad kelima belas dan permulaan abad ke dua puluh. Merupakan bagian dari migrasi orang Tiongkok ke seluruh dunia. Dengan berbekal secarik kertas keterangan izin menetap dari pemerintahan Hindia Belanda.
Orang Tionghoa bertekad dan berani mencoba mengadu nasib ke negeri baru yang menjadi tumpuan harapannya. Keterangan izin tersebut harus dibayar dan keturunan orang Tionghoa inilah yang menjadi produk sejarah. Berjumlah puluhan juta orang telah menjadi kenyataan yang tidak dapat diabaikan dan dihapuskan dan barangkali harus diterima dengan lapang dada sebagai bagian dari bangsa di setiap negara yang dihuninya.
1
Ensiklopedia Indonesia, Jilid 6, Jakarta : PT.Ichtar Baru, Van Hoeve, h.3561. 2
Oey Tjin Eng, Hasil wawancara mengenai proses masuk nya cina benteng ke Indonesia
(16)
Minoritas Tionghoa yang sulit dimengerti sejak permulaan sejarahnya di Indonesia sampai sekarang. Mungkin persoalannya karena sejarah itu belum cukup diselidiki dan diteliti secara mendalam. Dengan pendekatan terbuka lebar pada realitas dan bebas dari prasangka pro dan kontra tidak mudah tentunya. Karena hampir di mana saja, minoritas agak mudah dipermasalahkan disebabkan karena eksistensinya sebagai minoritas.
Dalam Ensiklopedia Indonesia, “Tionghoa minoritas adalah peranakan
Tionghoa yang hidup di Indonesia, merupakan minoritas yang heterogen dan
kompleks”.3
Dan sulit sekali untuk minoritas untuk keluar dan membebaskan diri dari gambarannya, tentunya dipakai juga buat mayoritas, tetapi biasanya lebih manis, tergantung pada sumber nya yang berasal.
Soal “minoritas“ agama, ras, etnis, atau kotak-kotakan apa saja biasanya
diciptakan “mayoritas“ (dalam arti kekuasaan atau power bukan hanya jumlah orang) yang mencap menurut keperluan dan kepentingan yang menaruh klasifikasi itu, tapi sesegera definisi itu ke luar dan mulai beredar. Untuk mengerti evolusi minoritas, maka diperlukan mengerti sikap, tempat, dan kedudukan suatu minoritas. Tidak ada jalan lain terkecuali mendalami pengertian evolusi minoritas itu. Hal ini untuk membuat agar semakin jelas kompleksitas struktur, konflik dalam dan konflik luar. Hubungannya (dengan segala variasinya) dengan mayoritas (yang juga kompleks dan berbeda-beda), permulaan dan konsekuensi, serta perubahan definisinya sebagai minoritas.
Salah satu minoritas tersebut adalah masyarakat Cina Benteng yaitu masyarakat yang menghuni kawasan sekitar sungai Cisadane, kota Tangerang. Melihat hal ini merupakan pekerjaan yang berat tersebut, bagi minoritas (dan mayoritas juga) terus saja digambarkan secara simplisitis. Menurut dongeng-dongeng biasa dan kasar, yang sering penuh dengan kebencian, hinaan dan sebagainnya yang dimaksudkan untuk mengisolasikan minoritas dan menghilangkan kemanusiaannya. Suatu hal yang pada inti nya adalah untuk membekukan terus status kelompok tersebut sebagai minoritas.
3
(17)
Dilihat dari segi ekonomi masyarakat Cina Benteng menduduki kelas menengah. Kebanyakan dari Cina Benteng bekerja sebagai pedagang. Walaupun di bidang lain seperti pertanian, perikanan, atau pekerjaan yang professional. Dalam hal politik, pada umumnya mereka bersikap pasif. Kehidupan masyarakat cina perantauan menggambarkan fenomena ini.
Meskipun berusaha mengikuti arus masyarakat setempat, kehidupan masyarakat Cina Benteng senantiasa dilandasi upaya memelihara tradisi yang diperoleh dari negara asalnya serta tetap memegang teguh kepercayaan yang masyarakat Cina Benteng yakini.Dan seiring berjalan nya waktu masyarakat Cina Benteng mengalami banyak fase pola pikir mengenai pendidikan. Hal ini sangat jauh berbeda dengan gambaran cara berpikir terhadap pendidikan yang dahulu lebih tidak peduli terhadap pendidikan, namun itu semua pudar kian kemari. Masyarakat Cina benteng sadar akan arti penting pendidikan bagi kaum minoritas.
Berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dari beragam kebutuhan manusia tersebut semua memberikan dorongan dan motivasi tersendiri untuk berpikir, bertindak, dan berperilaku dan kebutuhan tersusun dari yang paling dasar hingga tingkat yang paling tinggi. Setiap kebutuhan yang paling bawah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Oleh karena itu manusia sebagai makhluk hidup yang tidak akan merasa puas dengan apa yang sudah didapat, kebutuhan tersebut berupa kebutuhan baik fisik, materi, dan psikis. Sebagai manusia yang berpikir, bertindak, dan bertingkah laku dan menjadikan pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar untuk didapatkan setiap manusia. Menjadikan suatu kewajiban yang harus dicapai oleh setiap manusia akan tetapi pandangan mengenai pendidikan jauh dari yang disoroti dari masyarakat Cina Benteng.
Keberadaan etnis Cina sebagai etnis minoritas yang berada di Indonesia sering disorot secara umum dan menjadi pokok pembicaraan. Masyarakat ini memiliki karakteristik masing-masing yang dimiliki oleh masyarakat Cina Benteng. Sebagai contoh Cina Tangerang berbeda dengan etnis Cina yang
(18)
Tersebar dikawasan Indonesia Lainnya. Memiliki karakteristik yang berbeda, hal ini terbukti bahwa masyarakat Cina Benteng yang sampai saat ini mempertahankan kebudayaan yang berasal dari leluhur.
Menurut Mumuh Muhsin, dalam buku Ziarah Budaya Kota Tangerang
yang ditulis oleh mantan walikota Tangerang, Wahidin Halim, disebutkan
“bahwa pada akhir tahun 1800 sejumlah orang Cina dipindahkan ke kawasan Pasar Baru, Tangerang dan sejak saat itu menyebar ke pedesaan pelosok
Tangerang”.4
Perbedaan ini biasa terjadi karena pengaruh kedatangan, seperti daerah asal, bahasa, pekerjaan, pendidikan, budaya, serta adat istiadat yang mereka huni di tempat yang baru.
Rendahnya pendidikan dipandang menjadi akar sebuah siklus kemiskinan. Karena rendahnya angka partisipasi masyarakat dalam pendidikan dan tingginya angka pengangguran yang terdapat dalam masyarakat Cina Benteng. Merupakan dua masalah yang saling keterkaitan yang harus bisa diatasi untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Dengan adanya tingkat pendidikan yang masih rendah, amat sangat sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak yang sesuai dengan meningkatkan taraf ekonomi yang sebanding dengan kebutuhan. Hubungan ini akan terus menjadi suatu siklus yang akan terbelenggu oleh kemiskinan.
Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup dalam konteks sosio budaya, oleh karena itu setiap masyarakat pluralistik di zaman modern senantiasa menyiapkan warganya yang terpilih sebagai pendidik bagi kepentingan kelanjutan (regenerasi) dari masing-masing masyarakat yang bersangkutan. Pada sisi itulah diperlukan pendidikan, Pendidikan yang melampaui aturan didalam tata aturan keluarga untuk meningkatkan harkat dan kepribadian individu agar menjadi manusia yang lebih cerdas.
4
Mumuh Muhsin, Bunga Rampai Rona-rona Sejarah dan Budaya, (Bandung: Izda
(19)
Anwar Arifin menambahkan dan memfokuskan definisi pendidikan yang terdapat dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional :
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara”.5
Karena teramat penting pendidikan bagi masyarakat terutama masyarakat Cina Benteng dalam hal ini. Pendidikan pun melakukan suatu perubahan di segala bidang. Hal ini juga disebabkan oleh kenyataan, bahwa lembaga pendidikan yang benar-benar berakar dalam masyarakat selalu turut serta karena terpengaruh oleh perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan ini bermula dari satu faktor kepentingan masyarakat untuk mengubah suatu kualitas kehidupannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam pendidikan. Menekankan dimana pendidikan dalam rangka mencerdaskan anak bangsa dan mengarah kepada kehidupan bangsa yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia seutuhnya, yakni manusia yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang seimbang dan sesuai dengan tuntutan kehidupan pembangunan tanpa terkecuali masyarakat Cina benteng yang ingin menjadi bagian tersebut.
Persepsi masyarakat Cina kini terhadap pendidikan digambarkan dengan masyarakat yang jauh lebih peduli terhadap pendidikan dan lebih mendominasi lebih mementingkan pendidikan dibandingkan dengan sektor lain jauh dari persepsi sebelumnya. Karena dengan jalur pendidikan masyarakat Cina Benteng berpaham akan mengangkat derajat dan martabat
5
Anwar Arifin, Paradigma baru pendidikan nasional: dalam Undang-undang Sisdiknas
(N0.20 Tahun 2003), (Jakarta : Balai pustaka, 2005)
(20)
melalui mobilitas sosial yang dialami dan mengangkat lapisan sosial di masyarakat pada umunya.
Tingkat pendidikan masyarakat di Tangerang sudah mengalami peningkatan secara bertahap hal ini terbukti sudah banyak sekolah-sekolah dan Instansi pendidikan di Tangerang. Hal ini membuktikan bahwa warga Tangerang sadar akan arti penting pendiidkan untuk masa kini dan masa yang akan datang. Sadar akan arti penting pendidikan akan membawa kearah positif dimana menuju kepada kesejahteraan masyarakat demi meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik. Hal ini diperlukan adanya peran lembaga dan institusi pendidikan agar lebih terarah sebagai jembatan demi kemajuan pendidikan pada masyarakat Cina Benteng.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memilih untuk meneliti pelaksanaan Masyarakat Cina dan persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan. Yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah penelitian dengan
berjudul “Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan(Studi
Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)“. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan Masyarakat Cina Benteng yang sadar akan arti penting pendidikan bagi kaum minoritas. Sehingga secara tidak langsung menjadi suatu acuan bagi masyarakat minoritas menjadi pendidikan suatu ladang bagi kesejahteraan kelangsungan hidup kaum minoritas.
2. Masyarakat Cina Benteng banyak mengalami kesenjangan hidup dan kesenjangan sosial disekitar lingkungannya menjadikan rendah nya motivasi akan arti penting pendidikan.
3. Adanya perbedaan persepsi pada masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan dari waktu ke waktu.
(21)
C. Pembatasan Masalah
Agar pembatasan masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Mengingat adanya keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan, dan keterbatasan dana, pembatasan masalah dalam penelitian ini agar lebih fokus dan terarah. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan dibatasi pada:
1. Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan.
2. Peran Lembaga dan Institusi Pendidikan Pada Masyarakat Cina Benteng
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan? 2. Bagaimana peran Lembaga dan Institusi Pendidikan pada masyarakat Cina
Benteng?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
2. Untuk mengetahui lebih jelas peran lembaga dan institusi Pendidikan Pada Masyarakat Cina Benteng
(22)
F. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini adapun manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah manfaat yang diambil untuk mendapatkan teori baru tentang persepsi masyarakat Cina Benteng terhadap pendidikan sehingga dapat menambah wawasan berfikir untuk dapat dijadikan dasar bertindak bagi lembaga pendidikan dan masyarakat pada umunya, baik oleh penulis ini dan penulis lainnya.
2. Manfaat Praktis
Yang dimaksud manfaat praktis pada penelitian ini adalah manfaat yang bisa secara langsung didapat oleh pihak terkait dalam penelitian ini yaitu masyarakat Cina benteng. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah studi yang turut mampu mengembangkan segala aspek kehidupan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan.
3. Bagi Lembaga, penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan dalam meningkatkan perkembangan pendidikan di wikayah Cina Benteng. 4. Bagi Penulis, penelitian ini dapat memberikan pengalaman, wawasan dan
(23)
9
BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan berbagai macam pandangan dan asumsi masyarakat yang semakin berkembang. Dalam dunia pendidikan dan cara pandangan masyarakat tersebut dan persepsi masyarakat. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokan, memfokuskan, dan sebagainya yang selanjutnya diinterpretasi, persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh
organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak”.1
Dalam hal proses pencarian informasi yang dipahami tersebut maka persepsi dilakukan harus dimengerti oleh panca indera dan semua panca indera harus memahami nya dengan sangat baik agar terjadi berpikir tentang orang lain dengan baik dan seimbang sebagaimana kecenderungan memahami pengetahuan tentang orang lain dengan baik dan sejalan dengan mengetahui kehidupan sosial orang lain dengan lebih baik.
Fattah Hanurawan menambahkan dan memfokuskan definisi persepsi adalah :
Persepsi adalah sejenis aktivitas pengelolaan informal yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya, persepsi sosial individu merupakan proses pencapaian pengetahuan dan proses berpikir tentang orang lain, misal berdasarkan pada ciri fisik, kualitas, bahkan pada kepribadiannya. Individu membangun gambaran tentang orang lain dalam upaya menetapkan, memungkinkan, meramalkan, dan mampu mengelola dunia sosialnya. Dalam konteks ini, apabila seseorang memiliki pengetahuan tentang kecenderungan orang lain ia akan mudah
1
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum , ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.86.
(24)
memahami perilaku orang lain itu di masa lalu, masa sekarang, serta di masa yang akan datang.2
Melihat masyarakat dengan lingkungannya jelas bahwa dalam proses berpikir tentang orang lain dapat ditangkap dengan panca indera dan ciri fisik yang tampak dari luar yang dilihat secara langsung baik indera pendengaran, penglihatan, maupun peraba. sedemikian rupa langsung ditangkap oleh otak manusia dengan memhami perilaku baik dari segi perilaku yang bersifat dilakukan terus-menerus dengan dilakukan sewaktu-waktu bahkan hanya beberapa waktu diukur berdasarkan perputaran waktu.
Menurut Abdul Rahman Saleh, “persepsi dianggap sebagai sebuah
pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan pengindraan”.3 Bahwa persepsi kemampuan membedakan, mengelompokan, dan lebih memspesifikan perhatian terhadap satu objek rangsangan dan diterima dengan baik apa yang sudah dirangsang. Dalam proses pengelompokan persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek yang diterima.penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, dalam konteks ini disebut sebagai dunia persepsi agar menghasilkan suatu penginderaan yang bermakna.
Banyak ahli Psikologi yang memaparkan pengertian tentang Persepsi, salah satunya adalah Rita L.Atkinson dan Richard C.Atkinson,
“persepsi adalah proses di mana kita mengorganisasikan dan menafsirkan
pola stimulus ini dalam lingkungan”.4
persepsi adalah proses penggabungan sensasi, fenomena persepsi dianggap tergantung pada
2
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1,
2010), h.34. 3
Abdul Rahman Saleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, ( Jakarta: Kencana, 2009), Ed.1.Cet.4, h.110.
4
Rita L.Atkinson dan Richard C.Atkinson, Pengatar Psikologi I, (Bandung: PT.Gelora Aksara Pratam, 1983), h.204.
(25)
proses yang lebih tinggi peringkatnya, jadi studi tentang persepsi sangat berkaitan dengan tentang proses kognitif, seperti ingatan dan berpikir.
Irwanto menambahkan bahwa, “persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa)
sampai rangsang itu disadari dan dimengerti”.5
Karena persepsi terjadi setelah suatu penginderaan, karena rasa manis dapat diinterpretasikan secara amat berbeda tergantung apa yang menjadi penyebabnya, dan dari konteks yang lebih luas (kebiasaan , selera, dan keinginan yang dimiliki). Akan tetapi proses yang diterima oleh rangsangan sangat penting artinya. Penginderaan ini lah yang membuat kita sadar akan adanya rangsangan.
Menurut Brian Fellow yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ”persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis
informasi”.6
Makna pesan yang ditangkap oleh organisme baik dalam diri ataupun dalam otak harus dipelajari dengan baik, seseorang tidak lahir makna dari rasa gula itu manis melainkan harus membedakan dari rasa tersebut kemudian panca indra mempunyai andil dan berperan dalam mengartikan hal tersebut. Pendengaran juga mempunyai fungsi untuk meneruskan ke otak begitu pun dengan indra visual ataupun peraba. Dan memperolah kesadaran apa yang terjadi di sekeliling kita.
Berdasarkan beberapa pengertian persepsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah kemampuan untuk menbedakan, mengelompokan, dan memfokuskan yang dijabarkan berdasarkan saat seseorang menerima stimulus dari orang lain dan dunia luar yang dirangkap berdasarkan organ-organ bantunya masuk kedalam otak. Persepsi merupakan merupakan keadaan dimana terhadap stimulus yang
5
Irwanto, Psikologi Umum, ( Jakarta : PT.Gramedia, 1989), h.71. 6
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,
(26)
diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.
Sebuah pengaruh dan kemampuan membedakan, mengelompokan serta memfokuskan lebih spesifik terhadap satu objek. Dan dengan diterima nya dengan baik oleh respon maka rangsangan itu telah baik pula. Proses penggabungan sensasi, fenomena persepsi dianggap tergantung pada proses yang lebih tinggi peningkatannya. Persepsi terjadi setelah suatu penginderaan, karena rasa manis dapat diinterpretasikan secara amat berbeda tergantung apa yang menjadi penyebabnya, dan dari konteks yang lebih luas (kebiasaan, selera, dan keinginan yang dimiliki).
2. Faktor – faktor Persepsi
Banyak faktor yang berperan dalam persepsi menurut Fattah Hanurawan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial, menjelaskan
bahwa “objek yang dipersepsi adalah Objek menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian besar stimulus datang dari luar individu”.7Alat Indra, syaraf dan pusat susunan syaraf yaitu untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respon syaraf motoris.
Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah peristiwa sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
7
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1, 2010), h.37.
(27)
a. Faktor Fungsional Yang Menentukan Persepsi
Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal–hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai factor personal. Faktor- faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi latin disebut sebagai kerangka rujukan (frame of reference) yang mempengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya. Menurut Mc.David dan Hariri yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi menjelaskan bahwa, “para Psikologi menganggap konsep kerangka rujukan ini sangat berguna untuk menganalisis interpretasi spiritual dari peristiwa yang dialami”.8
b. Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor- faktor Struktural berasal dari sifat stimuli dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Menurut teori Gestalt yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat menjelaskan bahwa “bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsi sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya”.9 Persepsi dilakukan secara keseluruhan tanpa terbagi-bagi dan bukan pula dilakukan hanya sebagian sebagaimana ketika dilakukan rangsangan maka yang lain merespon dan bagaimana dapat menafsirkan dari hasil respon tersebut ketika sistem yang dileburkan oleh rangsangan maka setiap sistem syaraf seluruhnya akan menerimanya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial
Faktor Penerima yaitu Apabila seseorang mengamati orang lain yang menjadi objek sasaran persepsi dan mencoba untuk memahaminya, tidak dapat disangkal bahwa pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantara karakteristik kepribadian
8
Jalaludin Rahmat,Psikologi Komunikasi, ( Bandung: PT.Remaja Rosadakarya, 2005 ), h.90.
9
(28)
utama itu adalah konsep diri, nilai, sikap, pengalaman di masa lampau, dan harapan-harapan yang terdapat dalam dirinya. Fattah Hanurawan, lebih jauh menyatakan bahwa :
Seseorang yang memiliki konsep diri (self concept) tinggi dan selalu merasa diri secara mental dalam keadaan sehat, cenderung melihat orang lain secara memberi semacam kerangka dalam diri seseorang untuk melakukan dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistik, dibandingkan dengan seseorang yang memiliki konsep diri rendah, nilai dan sikap seseorang tidak lagi memberi sumbangan bagi pendapat seseorang tentang orang lain. Orang yang memegang nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi sosial yang berbeda dengan orang yang memegang nilai dan sikap liberal. Pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga menentukan pembentukan persepsi seseorang. Harapan-harapan sering kali penilaian terhadap orang lain ke arah tertentu.10
Dari berbagai pengertian diatas baik menurut para ahli maka, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pencarian informasi dengan menggunakan alat indera baik indera peraba, penglihatan, pendengaran dan sebagainya serta berfikir tentang orang lain dimana manusia dengan lingkungannya dan bagaimana individu menggambarkan terhadap orang lain baik dalam meramalkan mengamati dan mencirikan bagaimana gambaran orang lain tersebut dalam dunia sosial nya serta proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan dengan apa yang diterima stimulus oleh alat indra, kemudian ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan kemudian individu baru menyadari tentang seuatu yang dinamakan persepsi.
Dengan persepsi individu dapat menyadari dapat mengerti tentang lingkungan yang ada di sekitarnya tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Sebagai proses yang diterimanya rangsangan melalui panca indra didahului oleh perhatian sehingga indivu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun yang terdapat dalam diri individu.
10
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1,
(29)
B. Masyarakat Cina Benteng 1. Pengertian Masyarakat
Konsep mengenai masyarakat sudah sering kita dengar dan tidak asing lagi. Meskipun demikian secara mudah dapat diartikan bahwa masyarakat itu berarti sekumpulan warga namun banyak konsep masyarakat itu sendiri dan sangat sulit dipahami. Menurut Munandar
Soelaeman, “dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal
katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul, adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh
manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur kekuatan lain”.11
Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia terkait dengan orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi oleh orang lain. Melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respon positif dari orang lain.
Menurut Koentjaraningrat, “masyarakat adalah memang sekumpulan
manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling
berinteraksi”.12
Setiap kesatuan manusia yang berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus dan dan adanya saling berinteraksi memang penyebab bahwa dari suatu kolektif manusia itu akan saling berinteraksi.
Kemudian memungkinkan para warganya yang secara intensif dan aktif untuk berinteraksi dengan siklus yang terus berulang-ulang yang menjadikan potensi cara berinteraksi dengan potensi yang lebih tinggi. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi merupakan masyarakat, akan tetapi karena suatu
11
Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, ( Bandung: Penerbit Eresco, 1993), Cet ke- 6, h.63.
12
Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002), h.144.
(30)
masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat jika memiliki ikatan lain yang khusus contohnya, sekumpulan orang yang berkerumun di loket antrian konser biasanya kita anggap sebagai masyarakat, karena meskipun kadang-kadang berinteraksi tetapi hanya terbatas karena tidak mempunyai suatu ikatan yang khusus melainkan perhatian kepada tiket konser tersebut.
Menurut S.Nasution, “masyarakat adalah sangat luas dan dapat
meliputi seluruh umat manusia, masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang sangat besar maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya. Dua orang atau lebih dapat merupakan kelompok, tiap orang menjadi anggota keluarga yang terdiri atas ibu-ayah dan anak, dan
sebagainya”.13
Dengan demikian masyarakat digambarkan terdiri atas kelompok dan meliputi seluruh umat manusia.
Abu Ahmadi menuliskan pernyataan M.M. Djojodiguno di dalam bukunya mengenai definisi masyarakat, bahwa ”masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama anatara
manusia dengan manusia”.14
Dengan demikian, masyarakat digambarkan yaitu sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan, tradisi, dan sikap perasaan yang sama dan khusus dalam kehidupan bersama yang selarasa dan seimbang.
Sudah dipastikan bahwa setiap masyarakat memiliki kebudayaan, dengan nilai-nilai kebudayaan anggota masyarakat mengetahui apakah layak atau tidak, pantas atau tidak, baik atau seharusnya. Nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat tersebut dapat bersifat positif dan negatif, apabila positif yakni apa yang diinginkan dan negatif yakni apa yang tidak diinginkan, semisal soal kebersihan, kesopanan, atau penipuan dan kekerasan.kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial.
13
S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2010), h.60.
14
(31)
Koentjaraningrat, “menjabarkan kebudayaan berasal dari kata latin colore yang berarti “mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai “segala daya upaya sserta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah
alam.”15
Menurut Soerjono Soekanto, “kebudayaan mempunyai fungsi yang
sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak
selalu baik baginya”.16
Kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaan masyarakat juga terbatas didalam memenuhi segala kebutuhan masyarakat, disamping adat istiadat, ada kaidah-kaidah yang dinamakan peraturan (hukum) yang biasanya sengaja dibuat untuk mnegatur dan mempunyai sanksi tegas peraturan yang mewujudkan agar suatu keserasian dan meperhatikan hal-hal yang bersangkut-paut dengan keadaan dalam masyarakat tersebut.
Menurut T.O. Ihromi, “kebudayaan merupakan hasil proses belajar,
kebudayan merupakan cara berlaku yang dipelajari, kebudayaan tidak tergantung dari transmisi biologis atau pewaris melalui unsur genetis. Perlu ditegaskan hal itu agar dapat dibedakan perilaku budaya dari manusia dan primat lain tingkah laku yang hampir selalu digerakan oleh
naluri”.17
Setiap manusia dipengaruhi oleh insting dan naluri yang walaupun bukan termasuk bagian dari kebudayan, namun mempengaruhi kebudayaan.
15
Koentjaraningrat, Op.Cit., h.182
16
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.155. 17
T.O. Ihromi, Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006),
(32)
2. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk
Kota Tangerang terletak di bagian utara provinsi Jawa Barat, tepatnya di sebelah Barat Kota Jakarta. Wilayah ini sekarang bukan lagi bagian Jawa barat melainkan Banten karena sejak tahun 1999 ketika Banten memisahkan diri dari Jawa Barat dan menjadi Provinsi Banten, Tangerang menjadi menjadi salah satu bagian wilayahnya.’
Menurut Mumuh Muhsin, “kota Tangerang terbagi atas 13 Kecamatan, yaitu Kecamatan Batu Ceper, Kecamatan Benda, Jatiuwung, Karang tengah, Cipondoh, Cibodas, Ciledug, Karawaci, Neglasari, periuk, Pinang, dan kecamatan Tangerang. Secara geografis Tangerang memiliki letak yang Strategis, karena berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota Tangerang Selatan”.18
Sebagai daerah yang sedang berkembang, kota Tangerang mempunyai Visi dan Misi. Untuk mewujudkan visi pengembangan Kota Tangerang sebagai kota Industri dan perdagangan yang modern, sebagai tuntutan zaman pemerintah kota Tangerang harus menggerakkan dan mengarahkan Kota Tangerang yang mandiri baik dari sektor apapun. Visi kota
Tangerang yaitu “menuju kota industri, perdagangan dan pemukiman yang
ramah lingkungan dalam masyarakat yang ber-akhlaqulkarimah “.
Misi adalah suatu kemauan yang kuat dengan memperhatikan kewenangan dan tanggung jawab atas kepentingan umum untuk mewujudkan kondisi dan situasi yang diinginkan pada akhir dan kurun waktu tertentu yang menyiratkan tujuan-tujuan yang harus dicapai sebagai prasyarat terwujudnya visi. dari rumusan visi diatas, dapat diuraikan misi Kota Tangerang adalah :
1. Memulihkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publi
3. Peningkatan tata kepemerintahan yang baik dan mewujudkan pemerintahan yang ramah lingkungan .
18
Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima),
(33)
Di kota Tangerang Inilah, terdapat tempat ibadah tertua Cina yang disebut Klenteng Boen Tek Bio.Terletak di Jalan Bakti No.4 Sukasari, Kecamatan Tangerang. Di sekitar kawasan itu juga terdapat tempat tinggal, pasar dan masyarakat Cina Benteng mendiami kawasan tersebut. keberadaan klenteng Boen Tek Bio, yang didirikan sekitar tahun 1684, ini sangat erat kaitannya dengan sejarah Kota Tangerang.
Melihat sisi keagamaan yang dianut oleh masyarakat Tangerang, Khususnya masyarakat Cina Benteng, sangat variatif. Sama seperti keagamaan yang tersebar di daerah-daerah lainnya di Indonesia, agama islam menduduki jumlah penduduk yang mayoritas pemeluknya, sebanyak 10.948 jiwa. Dan penduduk agama Budha berada di peringkat kedua, sebanyak 5.949, termasuk khonghucu dan Tao di dalamnya.
3.Penyebutan Cina Benteng
Masuknya orang Cina ke Indonesia sudah terjadi sejak abad ke 3 masehi dengan melalui jalur perdagangan. Kedatangan orang Cina secara besar-besaran terjadi pada abad ke 18 untuk mencari penghidupan yang lebih baik di luar Tiongkok. Mereka yang datang ke Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu Hokkian, Tio Chiu, Hakka, Hainan, dan
Henghua.19
Menurut Mumuh Muhsin, “mendaratnya rombongan Halung di muara
Cisadane sedikitnya membawa tujuh kepala keluarga dan membawa sekitar 100 orang berada di kapal karam itu. Rombongn ini kemudian
menghadap Sanghyang Anggalarang untuk memohon pertolongan”.20
Gelombang kedua, kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang dalam
buku “Nusa Jawa Silang Budaya“. pada tahun 1740 di bawah
pimpinan Gubernur Jendral Andrian Valkenier telah terjadi pembantaian massal terhadap masyarakat Cina, lebih dari 10.000
19
M.Iksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
Cet. Ke-1, h.vii. 20
Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima),
(34)
orang Cina di benteng Belanda dibantai oleh Belanda, mereka adalah korban berbagai peraturan yang ruang geraknya dibatasi Belanda, mereka dituduh merencanakan pemberontakan dan ingin menghancurkan VOC(venenigde Oostindische Compagnie). Belanda berhasil memadamkan pemberontakan tersebut mengirimkan orang-orang cina ke daerah Tangerang untuk bertani. Menurut Oey Tjin Eng,
“Belanda mendirikan pemukiman bagi orang Cina pondok -pondok yang dikenal dengan nama: Pondok Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren, Pondok Kacang dan sebagainnya. di sekitar tegal Pasir atau Kali Pasir, Belanda mendirikan perkampungan Tionghoa yang dikenal dengan nama petak Sembilan”.21
Perkampungan ini kemudian dengan bertambahnya waktu berkembang menjadi pusat perdangan dan telah menjadi bagian dari Kota Tangerang. Dan rencananya kawasan ini akan dijadikan sebagai Kota Wisata Tangerang oleh pemerintah Kota Tangerang. daerah ini terletak di sebelah Timur Sungai Cisadane, daerah pasar lama. berbicara mengenai sejarah Cina Benteng sulit dipisahkan dari kawasan Pasar lama karena sebagai suatu pemukiman pertama bagi masyarakat Cina Benteng di Tangerang. Persaingan perdangangan yang keras terjadi antara Banten dan Batavia (Jakarta saat ini). Di suatu pihak, kompeni Belanda mendesakkan keinginannya untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah kesultanan Banten. akan tetapi di pihak lain, sultan Banten sendiri mempertahankan sistem perdagangan bebas dan kedaulatan negara. Karena kerasnya persaingan itu, terjadilah konflik politik dan akhirnya terjadi konflik senjata.
Dalam suasana konflik itulah, kawasan Tangerang terjadi daerah pertahanan dan merangkap sebagai medan pertempuran serta daerah rebutan antara Batavia dengan Banten. Kemudian Banten membangun benteng pertahanan di sebelah barat Sungai Cisadane dan pihak kompeni Belanda membangun benteng pertahan di sebelah timur Sungai Cisadane untuk menahan serbuan Banten yang hendak merebut kembali Batavia dari tangan Belanda. Benteng itu sekarang sudah rata dengan tanah. Akan
21
Pemaparan Oey Tjin Eng, yang merupakan keturunan Cina Benteng yang merupakan Humas sekaligus kepala Klenteng Boen Tek Bio.
(35)
tetapi sangat disayangkan tidak ada keterangan tahun berapa benteng tersebut didirikan. Itulah sebabnya m dahulu daerah Tangerang dikenal
dengan nama “Benteng“ dan saat ini masih segelintir orang yang
menyebutnya demikian. Jadi, Cina Benteng merupakan Masyarakat Cina yang tinggal di Benteng (Tangerang).
Cina Benteng berbeda dengan Cina peranakan pada umunya yang berkulit putih. Cina Benteng memang sering diidentifikasikan dengan orang Cina yang berkulit Hitam atau gelap. Sehingga sulit dibedakan
dengan “orang kampung“ Pribumi atau masyarakat lokal.
4. Sistem Kekerabatan Masyarakat Cina Benteng
Menurut William A.Haviland, “para ahli Antropologi banyak
memberi perhatian pada cara orang memberikan nama kepada sanak
keluarga mereka dalam berbagai masyarakat”.22
Apa yang terungkap dalam peristilahan kekerabatan itusudah pasti dapat peroleh gambaran yang baik tentang struktur keluarga, hubungan-hubungan mana yang dianggap dekat atau jauh, dan kadang terlihat sikap terhadap hubungan yang mana yang dianggap penting.23
Koentjaraningrat menambahkan bahwa, kedudukan perempuan dahulu bagi orang Cina sangat rendah. pada masa waktu kecil, saudara laki- laki mereka memperlakukan mereka dengan sangat baik, tetapi pada waktu meningkat dewasa mereka dipingit dirumah. Setelah menikah, seorang perempuan harus tunduk kepada suaminya. mereka tidak mendapat bagian dalam kehidupan diluar rumah. Keadaan seperti itu sudah lama ditinggalkan. Seorang perempuan dapat mengikuti perkumpulan perkumpulan, sekolah dan dalam kehidupan ekonomi peranan pembantu suaminya dalam perdagangan memegang peranan penting dalam kehidupan mereka. Pada masa sekarang ini, wanita berhak mendapat harta yang sama dengan laki- laki dalam hal
22
William A.Haviland, Antropologi edisi keempat jilid 1, Jakarta : Erlangga , h.378 . 23
(36)
warisan. bahkan, kadang mendapat tugas untuk mengurus abu leluhurnya sehingga suami yang harus ikut tinggal dirumah orang tuanya. dengan naiknya kedudukan wanita, tidak ada lagi kecenderungan untuk memiliki anak laki- laki. Dalam sistem kekerabatan, masyarakat Cina Benteng menganut sistem patrilinear. Karena itu hubungan dengan kerabat pihak ayah lebih erat, tetapi perkembangan sekarang menunjukan hubungan antara keluarga pihak ibu sama eratnya dengan pihak ayah.24 Kedudukan perempuan dalam orang Cina sangat rendah pada zaman dahulu dan pada dasarnya lebih bangga jika memiliki anak laki-laki.
5. Mata Pencaharian Masyarakat Cina Benteng
Sebagian besar masyarakat Cina di Indonesia sekarang memang hidup dari perdagangan dan hal ini suatu fakta terutama di Jawa. Dan diantaranya kebanyakan dari mereka adalah orang hokkian. Orang Hakka di Jawa dan Madura banyak yang menjadi pedagang, tetapi banyak juga menjadi pengusaha industri kecil. Di Sumatera orang Hokka bekerja di Pertambangan, sedangkan di Kalimantan Barat banyak yang menjadi petani.
Keberadaan Cina Benteng menegaskan bahwa tidak semua orang Cina mempunyai posisi kuat dalam bidang ekonomi. Dengan keluguannya, mereka bahkan tidak punya akses politik yang mendukung posisinya di bidang ekonomi. Realitas Cina Benteng yang tinggal di pusat kekuasaan politik dan ekonomi menunjukan, masyarakat etnis cina sesungguhnya sama dengan etnis lainnya. Ada yang punya banyak uang, tetapi ada pula yang hidup dibawah garis kemiskinan, jika melihat di belakang bangunan kelenteng Boen Tek Bio, masih ada masyarakat Cina Benteng yang berprofesi menjadi nelayan tepatnya di sungai Cisadane, atau tukang becak yang penghasilannya tidak menentu tiap harinya sehingga sulit untuk menutupi semua kebutuhan.
24
Koentjaraningrat, manusia dan kebudayaan di Indonesia , cet ke – 22 , Jakarta : Djambatan, 2007 . h.364.
(37)
Jika ditambah lagi kalau melihat masyarakat Cina Benteng yang tinggal di daerah pesisir pantai khusus nya kawasan Tanjung Pasir dan Tanjung Kait masih terdapat masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan bahkan masih terdapat rumah mereka yang terbuat dari bilik bambu. Hal itu sangat berbeda dengan kehidupan di perkotaan, yang umunya berprofesi sebagai pedagang dan dapat dikategorikan sebagai kelas menengah.
C. Hakikat Pendidikan 1.Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu sarana sebagai usaha manusia dalam membina atau membimbing diri menuju kepribadian dan pengetahuan yang lebih baik. Banyak para ahli memaparkan pandangannya mengenai pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah mengajarkan peserta didik dalam menuju kedewasaan yang lebih baik. Pendidikan bersifat sarat nilai, karena masyarakat menentukan apa-apa yang akan dan tidak akan diteladani. Pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk mmenumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Menurut Yudi Latif, “selain itu, dalam pengertian yang umum,
pendidikan juga diartikan dengan proses bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh manusia kepada manusia lain dalam rangka pencapaian kedewasaan”.25 Pengertian sederhana dan umum tersebut tentu saja tidak berarti menyederhanakan persoalan pendidikan, karena sesungguhnya jika dilihat secara mendalam maka pendidikan adalah merupakan suatu proses yang sistematis, hierarkis, dan berkesinambungan dalam konteks pencapaian hasil yang diharapkan.
25
Yudi Latif, Menyemai karakter bangsa , budaya , kebangkitan berbasis kesasteraan. (Jakarta : Kompas Media Nusantara , 2009 ), h. 83.
(38)
Selain itu pendidikan dalam penegertian yang sempit ini juga berimplikasi pada lingkungan pendidikan dimana lingkungan pendidikan tidak berlangsung dimanapun dalam lingkugan hidup, tetapi di tempat tertentu yang telah ditentukan dan direkayasa secara sekolah, biasanya berbentuk kelas tempat belajar sebagai hasil rekayasa manusia, dan pendidikan merupakan rekayasa pengembangan kemampuan sebagai persiapan menjalankan tugas-tugas hidup dalam masyarakat. dalam pengertian sempit, bentuk pendidikan adalah terstruktur.
Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan merupakan lembaga formal yang diciptakan khusus untuk menyelenggrakan kegiatan pendidikan tertentu yang harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, yang secara teknis dikendalikan oleh guru. Peran guru dalam penyelenggaraan bentuk-bentuk kegiatan pendidikan adalah sentral. Guru mengendalikan penyelenggaraan bentuk-bentuk kegiatan pendidikan sejaka perencanaan samapai dengan penilaian pendidikan, sejak dari awal sampai akhir proses pendidikan.
Dalam Pengertian yang luas menurut Muhibbin Syah, “pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.26
Berikut adalah pendapat para ahli mengenai pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Langeveld
Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pendewasaan itu, atau lebih tepat membantu cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. pengaruh ini datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditunjukan kepada orang yang belum dewasa.27
26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT.Rosdakarya, 2009), h.10.
27
(39)
b. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan – kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesame manusia. ia juga menyatakan bahwa “ Education is the
process without end“, atau pendidikan itu adalah suatu proses tanpa
akhir.
c. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu, tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak- anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.28
d. Hoogveld
Mendidik ialah membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawab nya sendiri. e. S.A.Branata, dkk
pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.
f. Rosseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
Berdasarkan pendidikan pengertian diatas, secara substansial memiliki kesamaan pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses yang melibatkan orang dewasa dan peserta didik dalam rangka pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka pelestarian nilai-nilai dan budaya dan norma yang berkembang di masyarakat.
Dari beberapa pendapatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses bimbingan, tuntunan dan pimpinan yang didalamnnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainnya. Tugas pendidikan adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari tahap ke tahap kehidupan anak didik sampai mencapai titik kemampuan yang optimal, dari tidak mengerti sampai dengan mengerti
28
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Pengantar Ilmu Pendidikan & Dasar – dasar pelaksanaan
(40)
2. Fungsi Pendidikan
Menurut Payne fungsi pendidikan itu ada 3 macam:
a. Asimilasi dari tradisi-tradisi. Di sini mengakui bahwa asimilasi adalah merupakan hal yang penting. Payne menggambarkan proses asimilasi dari tradisi sebagai imitasi dan tekanan sosial.
b. Pengembangan dari pola-pola sosial yang baru. Kalau ada masalah-masalah yang baru, maka perlu dopecahkan misalnya: masalah-masalah perkembangan penduduk, masalah urbanisasi, masalah pekerjaan, masalah penempatan wanita di dalam pekerjaan.
c. Kreatifitas atau peranan yang bersifat membangun di dalam pendidikan. Kreatif adalah kemampuan pemikiran yang bersifat asli. Jadi ide-ide yang asli itu bersifat kreatif, ada kenyataan kemudian timbul ide yang asli.29
Fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan bersifat struktural dan institusional. Arti dan tujuan struktural menuntut terwujudnya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses kependidikan baik dilihat dari segi vertikal maupun dilihat dari segi horizontal di mana faktor pendidikan dapat berfungsi secara interaksional (saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain).
Arti dan tujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang terjadi di dalam struktur organisasi itu di lembagakan untuk lebih menjadi proses pendidikan berjalan secara konsisten dan berkesinambungan mengikuti kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang cenderug ke arah tingkat kemampuan yang optimal dan lebih baik.
29
(41)
3. Lembaga dan Institusi Pendidikan
a. Pengertian Lembaga dan Institusi Pendidikan
Menurut kamus Bahasa Indonesia, “lembaga adalah badan
(Organisasi) yang tujuannya melakukan suatu peneyelidikan keilmuan
atau melakukan suatu usaha.” Sedangkan institusi didalam kamus ini
diartikan sebagai “sebagai lembaga; badan yang dilembagakan oleh undang-undang, adat atau kebiasaan (seperti perkumpulan, paguyuban, organisasi sosial, dsb); gedung tempat diselenggarakannya kegiatan perkumpulan atau organisasi”.30Jika kedua nya disatukan dan diartikan pada dasarnya kata institusi mengacu pada lembaga atau organisasi disini yang menjadi fokus utama adalah manusia yang ada didalamnya diikat oleh kegiatan tertentu.
Dalam hal ini suatu lembaga merupakan perwujudan konkret dalam suatu ide atau perwujudan sistem atau pranata dalam masyarakat. Maka hal ini Lembaga tak dapat dipisahkan dari sebuah sistem yang konkret yang dapat terwujud jika didalamnya mau menjalankan roda atau sistem yang ada.memang hal ini benar adanya bahwa lembaga dan pranata menjadi kesatuan yang saling mendukung satu sama lain.
b. Lembaga dan Institusi Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan Jembatan Seseorang untuk mewujudkan impiannya bilamana pendidikan sebagai aset seseorang untuk mengemban dan mewujudkan hidup kearah yang lebih baik dan pada hakikat nya sebagai wadah sosialisasi nilai-nilai yang murni di masyarakat. Maka hal ini pranata pendidikan merupakan pranata yang penting dalam masyarakat.
Manusia yang terdapat dalam institusi pendidikan tersebut diantaranya Tenaga Pengajar seperti: Guru, Dosen. Dan Tenaga Pendukung seperti Adminsitrasi, Pegawai, dsb. Yang paling penting adalah anak didik.anak didik menjadi komponen utama dalam pendidikan
30
Tim Penyusun (Deddy Sugono, dkk), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
(42)
sebab sebagai penggerak dan sebagai subjek maupun objek dalam pendidikan.
Menurut Nasution, “belajar dari sejarah perkembangannya, lembaga pendidikan yang ada di Indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya yang sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan gereja.”31
Dalam Pendidikan Nasional, pendidikan dikelola oleh keluarga atas tanggung jawab sekolah dan masyarakat. Sehingga kemudian di masyarakat berkembang dengan baik dan signifikan dan memiliki peran yang berbdea-beda. Lembaga pendidikan yang pertama informal atau keluarga, dalam hal ini pembentukan karakter pertama adalah keluarga, kemudian formal atau sekolah yang lebih banyak pada penalaran murid, dan kemudian pendidikan nonformal atau masyarakat yang lebih menenakan pada karakter sosial yang terjadi di masyarakat.
1). Lembaga Pendidikan Formal
Menurut Anwar Arifin, “Pendidikan Formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.32
Pendidikan berjenjang disini adalah pendidikan dasar untuk sekolah dasar, pendidikan menengah untuk tingkat sekolah mengengah pertama, dan pendidikan tinggi untuk sekolah menengah atas. Pendidikan yang diselenggrakan oleh sekolah atau perguruan tinggi yang pada fase pendidikan ini dengan cara sistematis dan bertingkat. Dengan ketentuan dan syarat yang jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dari berkembang secara efektif dan efisisen dari dan teruntuk masyarakat. Merupakan wadah yang berkewajiban kepada generasi muda untuk mendidik warga negara.
31
Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara) Cet.2, h.152. 32
Anwar Arifin, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.176.
(43)
Lembaga pendidikan merupakan hasil dari karya yang riil berkat pranata atau institusi pendidikan dalam masyarakat. Menurut
Koentjaraningrat, “pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi
keperluan penerangan dalam hal ini pendidikan manusia bertujuan untuk menjadikan anggota masyarakat yang berguna adalah educational
institutions”.33 Dalam hal ini, berarti institusi pendidikan merupakan
sebuah lembaga atau organisasi yang fokus pada pengembangan pendidikan manusia yang ada didalamnya.
Manusia yang terdapat dalam Institusi pendidikan diantaranya adalah tenaga pengajar (guru, dosen), tenaga pendukung seperti tenaga administrasi, tenaga kebersihan, tenaga kesehatan , tenaga keamanan, dan lainnya. Dan yang paling utama adalah anak didik ( siswa atau mahasiswa) karena komponen ini mempunyai fungsi sebagai penggerak suatu Institusi pendidikan, obyek dan sekaligus subyek.
Menurut Nasution, “salah satu alasan pada zaman penjajahan
adalah bahwa urusan penduduk selama ini diserahkan kepada raja masing-masing karena Belanda tidak ingin mengganggu adat istiadat
setempat”.34
Lembaga pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang jalur pendidikan yang mempunyai jalur yang jelas, yang sesuai dan sistematis. Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi dalam ruang lingkup masyarakat. Sebagai jembatan generasi muda untuk mencapai pendidikan yang lebih baik.
2). Lembaga Pendidikan NonFormal
Untuk mengahsilkan pendidikan yang lebih bermutu tidak hanya diraih di sekolah formal saja melainkan di lembaga nonformal. Menurut Anwar Arifin Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pendidikan nonformal diselenggrakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
33
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi revisi 2009 (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h.136.
34
(44)
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka ,mendukung pendidikan
sepanjang hayat”.35
Dalam masyarakat pada umunya pendidikan nonformal berfungsi sebagai mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan dan keterampilan peserta didik. Dalam pendidikan nonformal diselenggrakan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan pengetahuan, kecakapan hidup, mengembangkan potensi, mengembangkan profesi, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
3). Lembaga Pendidikan Informal
Dalam Pendidikan Informal tempat belajar dapat dimana saja dan kapan saja. Tidak ada persyaratan, tidak ada program yang berjenjang, dan tidak ada program yang direncanakan. Menurut Anwar Arifin Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 27 ayat (1) “kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh
keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri”.36 Pendidikan informal ini terutama berlangsung ditengah keluarga dan adapula di lingkungan sekitar. Kegiatan pendidikan tanpa adanya organisasi yang ketat, tanpa adanya program yang berjenjang, dan tanpa adanya evaluasi. Pendidikan informal memberikan pengaruh kuat kepada kepribadian seseorang.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang Persepsi Masyarakat ini, sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian terkait hal tersebut, diantaranya adalah:
1. Penelitian milik Tendi (2012) yang berjudul “Analisis Tingkat
Kesadaran Masyarakat Tentang Pendidikan Di Desa Andamui, Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat (Tinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan Abraham Maslow). Menyimpulkan bahwa mengetahui tingkat
35
Arifin, op. Cit., h. 189. 36
(45)
kesadaran masyarakat tentang pendidikan, seberapa jauh peran lembaga/institusi pendidikan, dan hirarki kebutuhan Abraham Maslow. Penelitian ini dilakukan di Desa Andamui, Ciwaru, Kuningan.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling.Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji credibility dan transferabilitypenelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi dokumentasi, teknik wawancara, dan observasi. Tingkat kesadaran masyarakat tentang pendidikan masih rendah, peran lembaga/institusi pendidikan lainnya, dan persepsi masyarakat tentang pendidikan dari segi teori Maslow menunjukan bahwa pendidikan bukanlah bagian dari kebutuhan dasar.37
2. Penelitian milik Caerih Nurlinda Sari yang berjudul “Persepsi
Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu terhadap pendidikan formal (penelitian deskriptif kualitatif di Desa Krimun, Losarang Kab.Indramayu). Menyimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi komunitas suku Dayak Hindu-Budha dengan menggunakan metode penelitian yang digunakan adalah pengambilan data adalah wawancara, angket dan observasi. Hasil penelitian menunjukan Persepsi Komunitas Hindu-Budha Segandu terhadap pendidikan formal adalah ditemukan konsep bahwa sikap kelompok aliran kepercayaaan yang dipimpin oleh Takimad Diningrat yang tidak mengharuskan komunitas dan anajnya bersekolah dengan alasan banyak orang pintar tapi tidak benar. Hasil perhitungan angket menunjukan prosentase 39.17%
37
Tendi, Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Tentang Pendidikan Di Desa Andamui,
Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat (Tinjauan Dari Segi Teori Kebutuhan Abraham Maslow), (Jakarta:
(46)
persepsi Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Segandu Pendidikan Formal ini termasuk kategori persepsi tidak baik.38
3. Penelitian milik Zainudin (2012) yang berjudul “Pemberdayaan
Pendidikan Keluarga dalam membentuk kepribadian melalui komunikasi Islami (Studi Kasus di Semanggi I RT.003/03 Kel.Cempaka Putih, Ciputat Timur). Menyimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan studi eksploratori, mencoba menggali berbagai informasi mengenai keluarga sebagai institusi sosial pertama bagi individu dan konseptualisasi komunikasi islami dalam membentuk kepribadian anak dalam lingkungan keluarga. Ditinjau dari tempat karya ilmiah ini memakai metode penelitian lapangan/field research sehingga yang menajadi objek penelitiannya keluarga Semanggi I RT.003/03 Kelurahan Cempaka Putih-Ciputat Timur. Penelitian ini menggunakan data kualitatif pengamatan, wawancara, dan penelaahan sumber pustaka.dari hasil penelitian ditemukan beberapa metode komunikasi dalam lingkungan keluarga komunikasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.adapun dalam implementasinya dapat menggunakan metode qaulan sadidan, nasehat, cerita, dan diskusi sebagai bentuk komunikasi verbal. Adapun komunikasi nonverbal dapat dilakukan dengan metode teladan. Terdapat pengaruh pada kepribadian anak yang mana orang tua yang cakap dalam berkomunikasi memiliki anak-anak yang penurut, berani dan mudah bergaul. Sedangkan orang tua dengan komunikasi dalam pola asuh menguasai memiliki anak-anak yang penakut, kurang bergaul dan berprikebadian lemah.39
38
Chaerih Nurlinda Sari, Persepsi Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu
terhadap pendidikan formal (penelitian deskriptif kualitatif di Desa Krimun, Losarang
Kab.Indramayu), (Jakarta: 2012)., h.vi.
39
Zainudin, Pemberdayaan Pendidikan Keluarga dalam membentuk kepribadian melalui
komunikasi Islami (Studi Kasus di Semanggi I RT.003/03 Kel.Cempaka Putih, Ciputat Timur),
(47)
E. Kerangka Berfikir
Pendidikan pada masyarakat minoritas merupakan hak kaum minorotas untuk mengenyam pendidikan sebagai hak warga negara untuk mendapatkan pengajaran, namun tidak lah mudah bagi masyarakat Cina Benteng dalam mempelajarinya dan masyarakat Cina Benteng butuh dorongan atau motivasi serta peran aktif seorang yang tanggap terhadap pendidikan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Cina Benteng hidup pada garis kemiskinan, selain alasannya kurang tanggap nya mereka terhadap pendidikan dan masih rendah nya mereka yang sadar akan arti penting nya pendidikan.
Motivasi merupakan syarat yang mutlak demi terciptanya agar mendorong Masyarakat Cina Benteng untuk lebih tergerak dalam pendidikan khusus nya meningkatkan ekonomi mereka dengan adanya peningkatan Pendidikan. Untuk itu sebagai seorang yang sadar akan pendidikan baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat diharuskan mampu menjadi pendorong sekaligus pendobrak dan motivator yang ulung bagi peningkatan motivasi Masyarakat Cina Benteng.
Gambar 2.1 KerangkaBerpikir
Persepsi Masyarakat Cina
Benteng Terhadap Pendidikan
Peran Lembaga dan
Institusi Pendidikan
Arti Penting Pendidikan Melihatbagaimanapartisipasidanpe
rilaku masyarakat Cina Benteng menjalankan dan menanggapi sebuah pendidikan pada masa kini.
Meliputikegiatan pendidikan Formal, NonFormal, dan Informal pada masyarakat Cina Benteng.
(48)
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diDesa Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kabupaten Tangerang. Karena desa ini dihuni oleh masyarakat Cina Benteng dan masyarakat yang memiliki perkapita rendah namun secara fisik terlihat sejahtera. Pendidikan masyarakat pun tidak terlalu tinggi, sehingga desa ini dianngap cocok untuk melakukan penelitian. Adapun tempat yang menjadi objek penelitian ini adalah Kelenteng Boen Tek Bio, yang beralamat di Jalan Bhakti No.14 Pasar Lama, Tangerang dan masyarakat Cina Benteng, yang beralamat di Jalan Kisamaun pasar lama, Tangerang.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut yaitu, alasan yang paling mendasar adalah bahwa kedua tempat tersebut cukup menarik perhatian bagi peneliti, sehingga lebih tertarik dalam meneliti dan Ingin mengetahui sejauh mana pandangan masyarakat cina benteng terhadap pendidikan.
2.Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai dari kegiatan pendahuluan, pelaksanaan, sampai kegiatan akhir penelitian. Peneliti datang langsung kelapangan dengan maksud untuk observasi, wawancara serta studi dokumentasi terhadap objek yang diteliti. Waktu yang dibutuhkan dalam proses penelitian adalah empat bulan mulai akhir Juni 2014 sampai dengan Oktober 2014, penelitian ini akan berakhir jika semua data telah cukup lengkap untuk diolah oleh penulis. Tetapi batas waktu tersebut masih bersifat tentatif, sehingga jika sewaktu-waktu masih memerlukan data, penulis dapat mengunjungi lokasi penelitian.
(49)
Adapun jadwal penelitian yang penulis buat agar penelitian ini dapat berlangsung lebih terarah.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Kegiatan Juni Juli Agustus September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Izin di lokasi
penelitian Observasi
lokasi penelitian
Penyusunan
Bab 1-3 Pengumpulan
data Pengolahan
data dan Bab 4
Penarikan
kesimpulan dan Bab 5
Penulisan
Laporan
B.Populasi dan Sampel penelitian
Menurut Sugiyono, “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.1
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Cina Benteng yang berada di kawasan klenteng Boen Tek Bio, yang beralamat di Jalan Bhakti No.14 pasar lama, Tangerang.
1
(1)
JLBhakti No.l 4. Tansera l51 18
SURAT KETERANGAN
NO:
i
iPemYang bertanda tangan di bawah ini : Nqms ' Oew Tiin trno
.
Jabatan
: Humas & Perpustakaan Boen Tek BioDengan ini menerangkan bahwa:
q.
b
PERKT MPUL{N KEAGAT}IAA}{ DAN SOSL{L
* BOEN TEK BIO
"
KECAMATAN KOTA TANGERANG
DESA SUK,I.SARI
: Dara Rahmita Dewi
: Perempuan
r r-i----:t-- r-t-- \r^----i /t fnr\ o-.^-i4rriJ^---r-t1^l- r-l-^-J^
tjluYvrrt.l} t$lalrr r\(,B{;rr \(Jrl\,, lJyi1rrr nruayaturrarr Jahar ra :1110015000122
Nama lengkap Jenis Kelarnin
NIIv{
Tempat tanggal Iahir : JalartA 18 Agusns 1991
Aiarnat lengkap : Jl.Dewi sartika Gg.KH.TB.ismail Noer No.i9 Ciputat Status
Pendidikan
: Mahasiswi di Fahtltas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanTelah melaksanakan kegiatan peneiitian di wilayah Masyaralrat Cina Benteng dengan judul peneiitian "Persepsi Masyarakai Cina tsenieng Terhadap Fendidikair".
Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan seperlunya.
Tangerang 28 November 2414
Lf.'*^^ -g D^*"^+^l'^^€ D^^- .l^1. I};^ rrgura B r wrPqDt{scs Dvwu lvh Drv
LU
(2)
o-, tr^r. r..,^7n,.,^ t
I AUrA tnrtuEMtru l
PEMERINTAH KOTA
TAT{GERANG
KECAMATAN TANGERANG
NE,LUrll
Le
el I lEr
LI
t-I
,t
A
23 Telp/Fax: (021) 5526505 Sukasari Tangerang
A
tt
A
tt
No.
l.t
II
c,
6
It
TJ
),
1\
c,
6
FTFI
ATD
Jt. M.T. Haryono
SURAT KETERANGAN
Nomcr. A70 I 231 - SekrU XU I 2014
Berdasarkan surat permohonan Kementerian Agama
UtN
JakartaFITK
Nomor.Un.O1iF.1,KM.01.3/....12014 perihal Permohonan lzin Penelitian di Kelurahan Sukasari Kecarnatan Tangerang oleh :
Nama
NIMJurusan
.
DATIA RAHMI'I'A DEWT:
1 1 100015000122:
Pendidikan IPS/Sosiologi-AntropologtMaka dengan ini Lurah Sukasari Kecamalan Tangerang menyatakan bahrva mahasisrvi dengan nama tersebut diatas telah melaksanakan Survey dan Penelitian
di
Kelurahan Sukasari Kecamalan Tangerang.Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tangerang 23 Desemb€r 2014
ttlt20a2n
KelN
Qr"/
f;t
-g
(3)
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA
FITK
Jl. lr. H. Juada No 95 Ciputat 15412 lodonesk
FORM (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-081 Tgl.Terbit :
1 Maret 2010 No. Revisi: : O2Hal 111
SURAT PERMOHONAN
IZIN
PENELITIANNomor : Un.01lF.1lKM.0l.3l. ....DA14 Larnp. : Outline/Proposal
Hal
: Permohonan Izin PenelitianNama NiM
Jurusan
Semester
Judul Skripsi
Tembusan:
l.
Dekan FITK2.
Pembantu Dekan Bidang Akademik3.
Mahasiswa yang bersangkutanJakarta, November 20i,{
Kepada Yth.
Kepala Desa Sukasari, Kota Tangerang
di
Tempat
A s s al am u' al a ikum v, r.w b..
Dengan hormat kami sampaikan trahrva,
Dara Rahmita Dewi
1110015000122
Pendidikan IPS / Sosiologi * Antropologi IX (Sembilan)
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
adalah benar mahasisrva/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menlusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah
yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasisrva tersebut melaksanakan
penelitian dimaksud.
A +^^ ---L^rl^- J^- l.^-:^ ^^*^ C^..i^-^
J rra y!rrrdlrdr Uqrr
^erJu J4rro \)d.u(raO. Wass alamu' alaikum y, r.wb.
(4)
KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
Jt. lr. H Juanda ito 95 Ciputat 15412 tndorcsia
FORM (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-081 Tgl.Terbit :
1 Maret 2010 No.Revisi: :
02Hal 1t1
SURAT
PERMOHONANIZIN
PENELITIANNomor : Un.01/F.1/l(M.01.
Lu*p.'. Outline/Proposal
Hal
: Permohonan Izin3l .. ...t2014
Penelitian
Nama
NIM Jurusan
Semester
Judul Skripsi
Tembusan:
l.
Dekan FITK2.
Pembantu Dekan Bidang Akademik3.
Mahasiswa yang bersangkutan.lakarta- Nol'emher ?0.1 4
Kepada Yth.
Kepala Klenteng Boen Tek Bio di
Tempat
As salamu' alaikum v, r.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahrva,
Dara Rahmita Dcrvi
1 r 1001 5000122
Pendidikan IPS / Sosiologi - A.nlropologi
IX (Sembilan)
Persepsi Masyarakat Cina Benteng Terhadap Pendidikan
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang
men)rusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansilsekolah/madrasah
yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan
penelitian dimaksud.
A ra. ---L^r:^- ,l^- l.^-:^ ^^'_^ C^..J^-^ l.^-: .,^^-t.^- {^_:_^ r.^^:L , \.6 p!rr,n!r.rr usrr rr-rju ouirru J4suiniir Kirili Ucapiian ljiiih6 iiCSiir.
l[/a s s al am u' al aikum w r.w b.
Dekan
Kajur Pendidikan IPS
(5)
BIODATA PENULIS
Dara Rahmita Dewi terlahir pada 18 Agustus 1991 di Cimanggis Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipuatat Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan C.Rukmana Ibrahim SH, MH dan Iyen Eliyeni Hasnawati. Pendidikan diawali 1998 di MIN 1 Ciputat kelas 2 Pindah sekolah ke SDN No.88 Bengkulu setelah kelas 3 pindah ke SDN Ciputat IX Pada tahun 2000, kemudian melajutkan jenjang pendidikan menengah pertama pada tahun 2004 di MTsn Tangerang II Pamulang hingga tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan menengah atasnya di MAN 4 Model Jakarta hingga akhir lulus tahun 2010, setelah itu melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Hingga sekarang sejak tahun 2010, Tahun 2011 tidak hanya kuliah di UIN. Kuliah NonReguler di Universitas Muhammadiyah Tangerang Fakultas Hukum saat ini.
Pengalaman organisasinya diawali dengan menjadi Kopasus Pramuka Gajah Mada. Kemudian di pendidikan memengah pertama menjadi bagian anggota Marching Band yang bernama Gita Cantika hingga saat ini. Ketika dalam bangku perkuliahan, tercatat telah aktif menjadi pengurus di ebberapa organisasi.menjadi Menteri Bidang Sosial di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Masa Jabatan 2012 hingga sekarang, Ketua Angkatan di Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi (FKMB) Jabodetabek Periode 2011-2012, Anggota Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR), Bendahara Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMI) periode 2011-2012.
Prestasi yang pernah diraihnya juara kelas di SD dan juara Basket tingkat sekolah dasar se-Kecamatan Ciputat. Pada jenjang pendidikan menengah, pernah menjadi juara I Lomba Puisi Tingkat Kecamatan Pamulang dan Juara Kelas dan pada tingkat pendidikan atas Juara Kelas dan pernah menjadi juara puisi tingkat SMA.
Pengalaman kerjanya dimulai menjadi guru private di c&c, kemudian menjadi guru private di lingkungannya rumahnya. Selain itu, juga pernah mengajar di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Bidang Hukum dan kenotariatan digeluti dan melakukan pendalaman keilmuan hukum di Pengadilan Agama Cibadak serta Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Universitas Muhammadiyah Tangerang.
(6)
Kini hari-harinya habiskan untuk bergelut di dunia pendidikan dan hukum dan tulis menulis, karena untuk mencapai keilmuan yang tinggi diperlukan kerja keras dan sadar bahwa dirinya bukanlah apa-apa, selalu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Menurutnya belajar tidak hanya di bangku sekolah saja atau di ruang kelas saja, belajar dapat dimana saja, di masyarakat sekalipun kita dapat belajar, belajar berempati, belajar bersosialisais, belajar lebih peka terhadap sesama, dan belajar lebih peduli terhadap orang lain. Yang harus diterapkan untuk masa kini dan masa yang akan datang adalah yang harus kita lawan adalah sikap apatis dan yang harus kita junjung adalah sikap peduli.demi keselarasan hidup terhadap sesama dan terhadap orang lain.