Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Tujuan dan Manfaat Tinjauan Pustaka

SBKRI cukup menyertakan SBKRI orang tua sebagai bukti mereka adalah WNI. Pada tahun 1996, keluar keputusan Presiden Keppres yang menyatakan Penyertaan SBKRI tidak diberlakukan lagi. Namun keputusan ini tidak banyak yang mengetahui karena kurangnya sosialisasi, hal ini banyak berdampak pada masyarakat Tionghoa Benteng. Mereka yang tidak tahu akan adanya peraturan tersebut mengalami pergusuran tempat tinggal, sepanjang sungai Cisadane di Tangerang dikarenakan masyarakat Tionghoa Benteng tidak mampu menunjukkan bahwa mereka sah sebagai WNI. Rumah-rumah mereka dihancurkan, dan dijadikan sebagai pabrik-pabrik di sepanjang Sungai Cisadane tersebut. Pada kerusuhan 1998, banyak masyarakat Tionghoa yang menjadi korban pembantaian masyarakat pribumi karena dianggap masyarakat Tionghoalah yang telah menghancurkan perekonomian Indonesia melalui perdagangannya. Hal ini ditandai dengan adanya pelecehan terhadap wanita-wanita Tionghoa, pembantaian besar-besaran dan pengerusakan ruko-ruko atau rumah orang dari suku Tionghoa. Masyarakat Tionghoa yang mempunyai perekonomian tinggi bisa melarikan diri ke luar negeri, tapi yang menengah kebawah akan menjadi korban pembantaian masyarakat. Masyarakat Tionghoa Benteng sendiri banyak yang menjadi korban dalam kerusuhan itu, dikarenakan menjadi pelampiasan amukan masyarakat terhadap perekonomian Indonesia yang ambruk.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah skripsi ada sebagai berikut : - Bagaimana kondisi Masyarakat Tionghoa Benteng sebelum dan sesudah Universitas Sumatera Utara SBKRI ? - Apa usaha Masyrakat Tionghoa Benteng dalam menghadapi SBKRI ? - Bagaimana dampak kerusuhan 1998 terhadap masyarakat Tionghoa Benteng?

I.3 Ruang Lingkup Masalah

Batasan waktu dari penulisan ini adalah dari tahun 1978 hingga tahun 1998. Tahun 1978 dipilih sebagai batasan awal, karena pada tahun tersebut merupakan tahun diberlakukannya SBKRI.Sedangkan tahun 1998 dipilih menjadi batasan akhir karena pada masa ini terjadi kerusuhan besar-besaran yang mengakibatkan pembantaian etnis terhadap masyarakat Tionghoa terutama masyarakat Tionghoa Benteng di Tangerang. Tangerang menjadi titik perhatian utama karena disinilah secara spasial merupakan tempat Masyarakat Tionghoa Benteng itu sendiri tinggal, dan mereka masih menganggap bahwa Tangerang merupakan kota leluhur mereka setelah datang dari Tiongkok.

I.4 Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini sendiri antara lain; 1. Untuk menjelaskan gambaran umum tentang dampak SBKRI. 2. Untuk menjelaskan latar belakang Masyarakat Tionghoa Benteng itu sendiri dan gejolak didalamnya. 3. Untuk mengetahui aktifitas latar belakang dari permasalahan kewarganegaraan yang sah bagi masyarakat keturunan. Universitas Sumatera Utara Adapun manfaat yang akan didapatkan dalam penulisan ini, diantaranya adalah: 1. Menambah wawasan masyarakat tentang kewarganegaraan dan akibat jika terjadi diskriminasi rasial. 2. Menjadi penjelasan bagi kalangan umum tentang masyarakat Tionghoa Benteng. 3. Memberikan pemahaman seputar permasalahan dalam kewarganegaraan di Indonesia.

I.5 Tinjauan Pustaka

Buku-buku yang menjadi pedoman bagi penulis dalam penulisan ini ada 4 buku. Buku yang pertama adalah, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karya Koentjaraningrat. Buku ini mempunyai bab-bab keragaman kebudayaan masyarakat Indonesia yang salah satunya juga termasuk masyarakat Tionghoa. Di buku tersebut juga dijelaskan tentang bagaimana masyarakat dari Tiongkok mulai bermigrasi ke Indonesia dan mulai bergabung dengan masyarakat pribumi. Penulis juga memakai buku kedua yang ditulis oleh Teguh Setiawan, Cina Muslim dan Runtuhnya Republik Indonesia . Buku ini juga banyak bercerita tentang masyarakat Tionghoa, dan cenderung tentang masyarakat Tionghoa Benteng. Di buku ini diceritakan bagaimana kisah hidup masyarakat Tionghoa khususnya Tionghoa Benteng, yang menjadi suatu komunitas eksklusif di Tangerang walaupun bisa dikatakan masyarakat ini masih termarjinalkan. Etnis Cina : Dalam Potret Pembauran di Indonesia , menjadi buku penulis ketiga yang ditulis oleh Abdul Baqir Zein. Di buku ini, penulis mendapatkan suatu Universitas Sumatera Utara pandangan khusus terhadap masyarakat Tionghoa akan proses diterimanya mereka di masyarakat Indonesia. Di buku ini juga diceritakan perjuangan mereka dari tanah kelahiran hingga sampai proses mendetail akan eksistensi mereka di dalam masyarakat. Karangan Susan Blackburn, yang berjudul Jakarta : Sejarah 400 Tahun, juga menjadi buku panduan keempat penulis. Memang jika ditilik dari judul dan sebagian besar isi merupakan sejarah Kota Jakarta, tetapi hal yang penulis dapat adalah adanya informasi tentang pemukiman Tionghoa di Jakarta dulunya. Bahkan Batavia jaman dulu mempunyai pemukiman masyarakat Tionghoa yang paling besar pada saat itu. Buku ini menjadi sumber informasi penulis akan pentingnya kota besar Jakarta yang menjadi pijakan pertama masyarakat Tionghoa di Jawa.

I.6 Metode Sejarah