yang bagus juga terjalin antara masyarakat Tionghoa Benteng dengan warga sekitar. Masyarakat Tionghoa Benteng merupakan masyarakat Tionghoa yang
sudah sangat lama mendiami daerah Tangerang, sehingga kerusuhan dan penganiayaan yang menimpa mereka tidak sekejam dengan apa yang terjadi
terhadap warga etnis Tionghoa yang di Jakarta. Akan tetapi kerusuhan tersebut, tetap membawa trauma yang cukup dalam bagi masyarakat Tionghoa Benteng.
V.2 Tindakan Pengamanan Polisi Terhadap Masyarakat Tionghoa Benteng.
Pada tanggal 13 sampai 15 Mei 1998, merupakan 3 hari yang cukup mencekam diseluruh Indonesia, secara khusus daerah Ibu Kota Jakarta dan
sekitarnya. Kerusuhan yang banyak membawa korban jiwa, dan kerugian yang tidak sedikit ini menjadi masa kelam dan awal dari dimulainya reformasi.
Kerusuhan yang terjadi ini, atau yang lebih dikenal
33
Kerusuhan yang juga terjadi di Tangerang, juga merupakan salah satu sasaran polisi dalam pengamanan kota. Titik konsentrasi polisi sendiri berada di
kawasan Karawaci, Pasar Lama, dan Daerah jalan raya Serpong di depan pasar swalayan Diamond sekarang sudah dibongkar dan sempat berganti nama menjadi
kerusuhan 98 telah menjadi
kerusuhan yang membawa sasaran terhadap masyarakat etnis Tionghoa. Polisi melakukan beberapa pengamanan dalam kota, polisi anti huru-hara pun
diterjunkan untuk meredam kerusuhan dan demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiwa dan masyarakat.
33
Kerusuhan 98 merupakan sebutan bagi kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998.
Universitas Sumatera Utara
D-Best Diamond. Penjagaan yang dilakukan polisi cukup ketat terhadap 3 titik tersebut, tapi banyaknya massa yang melakukan pembakaran menjadi kendala
yang agak sulit bagi pihak kepolisian. Selain itu kurangnya personil menjadi hambatan polisi untuk meredam masyarakat yang mengamuk. Sehingga
penjagaan polisi pun tidak terlalu berdampak positif, bahkan terkesan pasrah melihat masyarakat yang brutal membakar dan menjarah toko-toko.
Pada kerusuhan 1998 juga membuat sebagian masyarakat Tionghoa di sekitar Tangerang dan Jakarta Barat berbondong-bondong melarikan diri menuju
bandara untuk menyelamatkan diri ke luar negeri. Ada juga yang lari ke rumah penduduk pribumi untuk bersembunyi dan meminta perlindungan. Banyak
masyarakat Tionghoa yang melarikan diri, dan meninggalkan rumah mereka. Pemusatan penjagaan polisi di tiga tempat yang disebutkan sebelumnya, membuat
ada beberapa tempat yang tidak mendapat penjagaan polisi. Sehingga perumahan juga menjadi terancam akan penjarahan dan pembakaran yang dilakukan oleh
massa yang melakukan kerusuhan. Memang pada beberapa perumahan di Tangerang, ada yang merupakan perumahan elit di Kota Tangerang. Sebut saja
perumahan Modernland Tangerang dan perumahan Banjar Wijaya, dimana dua perumahan ini termasuk perumahan elit pada masa itu.
Perumahan-perumahan elit ini memang mempunyai petugas keamanannya sendiri, dan diperlengkapi pos-pos pengamanan. Tapi hal ini tidak
menutupi kemungkinan perumahan ini akan aman dari penjarah. Banyak laporan yang mengatakan, perumahan-perumahan juga menjadi sasaran amuk massa,
terutama perumahan-perumahan elit. Pada kerusuhan 98 tersebut, dua perumahan
Universitas Sumatera Utara
imi tidak terlalu mengalami gangguan seperti yang terjadi pada Karawaci. Hanya sebuah bioskop di Modernland sekarang menjadi pasar modern Modernland
yang dibakar massa. Polisi yang berjaga pun tidak terlalu banyak berbuat apa pun, karena kalah jumlah dibandingkan massa yang membuat kerusuhan. Memang
diseluruh perumahan yang ada di Tangerang, banyak diadakan instruksi bagi warga laki-laki untuk ronda malam dan berjaga apabila kerusuhan merambat
sampai ke perumahan mereka. Selain polisi dan Satuan Pengaman Satpam, warga perumahan juga ikut membantu dalam menjaga perumahan mereka sendiri.
Masyarakat Tionghoa Benteng sendiri, juga melakukan pengamanan bagi diri mereka sendiri, seperti di Neglasari yang masyarakat Tionghoa Benteng dan
masyarakat pribumi saling bahu membahu untuk menjaga desa mereka dari kerusuhan. Di Pasar Lama Tangerang, masyarakat Tionghoa Benteng juga
mempersiapkan diri apabila massa yang membuat kerusuhan masuk kedalam perumahan mereka. Bahkan masyarakat Tionghoa Benteng yang bertempat
tinggal disekitar Pasar Lama, memprsenjatai diri untuk melawan massa penjarah yang meneror mereka. Walau pun sudah ada barikade polisi, tapi ketakutan yang
mereka rasakan membuat mereka untuk tetap waspada dalam menghalangi para perusuh. Ketika kerusuhan terjadi di dekat Pasar Lama, Pasar Baru yang
berdekatan dengan Pasar Lama menjadi sasaran penjarahan. Hanya saja penjarahan yang dilakukan terfokus pada satu toko, yaitu toko Sabar Subur.
Penjarahan yang dilakukan mampu dihalangi oleh polisi, walaupun toko tersebut sudah sempat dijarah bahkan ada bagian yang terbakar. Kalah jumlah
massa dengan para masyarakat yang menjarah, membuat polisi tidak bisa berbuat
Universitas Sumatera Utara
banyak. Perlindungan polisi pada masyarakat Tionghoa Benteng, dapat dikatakan hanya perlindungan seadanya. Di Pasar Lama, polisi hanya sekadar membarikade
jalur masuk kedalam Pasar. Walaupun masyarakat Tionghoa Benteng yang ada di sekitar Pasar Lama sudah bersiap-siap dalam melakukan perlawanan apabila
kerusuhan merambat ke daerah tempat mereka tinggal. Di Panongan, polisi melakukan pengawasan di sekeliling Kecamatan. Daerah pinggiran Tangerang,
sangat sedikit dalam pengawasan polisi. Masyarakat Tionghoa Benteng yang berada di daerah pinggiran, merasa terancam karena kurangnya pengawasan polisi
di daerah tersebut. Selain itu, banyak dari masyarakat Tionghoa Benteng yang tidak terlalu percaya terhadap polisi. Banyak dari mereka merasa polisi tidak bisa
berbuat apa-apa jika kerusuhan merambat ke tempat mereka, dan melakukan penjarahan bahkan penganiayaan. Memang ada dibeberapa tempat polisi tidak
terlalu memperlihatkan pengamanan yang ketat seperti di Karawaci dan Pasar Lama Tangerang. Selain memang ada indikasi polisi tidak melakukan
pengamanan karena yang menjadi sasaran kerusuhan adalah etnis Tionghoa, ada juga indikasi kekurangan personel polisi yang menjadi hambatan polisi dalam
melakukan pengaman disaat kerusuhan 1998 tersebut.
V.3 Kerugian Yang Di Alami Oleh Masyarakat Tionghoa Benteng.