BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Pemko Medan sebagai
pusat pemasaran minyak goreng di Sumatera Utara, dan Pemkab Labuhan Batu serta
Pemkab Serdang Bedagai sebagai sentra perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara
Tabel 1.
Tabel 1 Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit
No Nama
Daerah Luas
Lahan Ha
1 Kabupaten
Asahan 38.746
2 Kabupaten
Deli Serdang 9.626
3 Kabupaten
Labuhan Batu 85.527
4 Kabupaten
Langkat 24.438
5 Kabupaten
Mandailing Natal 10.400
6 Kabupaten
Pakpak Barat 1.260
7 Kabupaten
Serdang Bedagai 50.057
8 Kabupaten
Simalungun 24.902
9 Kabupaten
Tapanuli Selatan 57.744
10 Kabupaten
Toba Samosir 1.279
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal 2007
Universitas Sumatera Utara
4.2. Metode Pemilihan Sampel
Untuk petani kelapa sawit, penjual dan pembeli minyak goreng, sampel
ditentukan secara random dengan jumlah
- 30
petani sampel x 2 Pemkab = 60 petani sampel -
20 penjual sampel x 3 lokasi pasar di Pemko Medan = 60 penjual sampel
- 30
pembeli sampel x 3 lokasi pasar di Pemko Medan = 90 pembeli sampel Untuk
PKS dan pabrik minyak goreng, sampel ditentukan secara purposive sesuai
dengan izin yang diperoleh nantinya.
4.3. Sampel
4.3.1. Data
Petani
Untuk data petani kelapa sawit telah berhasil diwawancara 30 petani di Serdang
Bedagei dan 30 di Labuhan Batu. Kendala utama adalah petani tidak mempunyai
catatan pembukuan sehingga tidak diketahui dengan pasti jumlah penjualan pada
berbagai tingkat harga. Untuk data penjual dan pembeli minyak goreng dari 60 dan 90
orang yang direncanakan untuk diwawancara telah berhasil diwawancarai sebanyak
masing ‐masing 30 dan 60 orang di 3 pasar yaitu Pasar Pringgan Medan Baru, Pasar
Helvetia Medan Helvetia dan Pasar Melati Medan Tuntungan. Adapun pemilihan
pasar tersebut karena pasar tersebut merupakan pasar yang mempunyai luasan yang
cukup besar berdasarkan data yang didapat dari BPS. Kendala utama yang dihadapi
adalah masyarakatkonsumen sangat sibuk di pasar dan konsumen tidak ingat secara
pasti jumlah minyak goreng yang dikonsumsi selama sebulan.
4.3.2. Data PKS
Untuk mendapatkan data 10 PKS yang ditargetkan, dilakukan penjajakan
terhadap 12 PKS yaitu PT Torganda, PT Paya Pinang, PT Tolan Tiga, PT Socfindo, Kebun
Universitas Sumatera Utara
Mata Pao, PTPTN IV, Kebun Brangir, PTPN III, Kebun Sei Meranti, PT Nubika, PT UMADA,
PT Merbau Tiga, PT Cisadane, PT Siringo‐Ringo dan PT Pangkatan. Dari 12 PKS yang
tersebut 9 menolak dan 3 menerima. PKS yang menerima adalah PT Sc, Kebun Mata Pao
di Kabupaten Serdang Bedagai, PTPN IV Kebun Merangir dan PTPN III Kebun Sei Meranti
di Kabupaten Labuhan Batu.
4.3.3 Data
Pabrik Minyak Goreng
Untuk mendapatkan data 10 pabrik minyak goreng yang ditargetkan, telah
dijajaki 15 pabrik. Dan diperoleh 3 perusahaan yang meberi izin. Adapun jumlah
perusahaan yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah tiga perusahaan pengolah
minyak goreng yakni PT. A, PT. B, dan PT.C. Yang menjadi pertimbangan pemilihan
tempat penelitian adalah dikarenakan ketiga perusahaan merupakan perusahaan
pengolah CPO menjadi minyak goreng selain itu hanya ketiga perusahaan ini yang
memberikan izin untuk dilakukan penelitian dari 15 perusahaan yang sudah dikunjungi.
4.4. Pengumpulan
Data 4.4.1.
Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Sebelum digunakan dilakukan uji coba kuesioner walaupun tidak tercantum dalam
proposal. Uji coba kuesioner dilakukan untuk meminimalkan kesalahan pengumpulan
data. Data yang dibutuhkan terdiri dari data petani, PKS, pabrik minyak goreng dan
pembeli serta penjual minyak goreng. Data petani di Serdang Bedagei dan Labuhan Batu
telah terkumpul keseluruhannya sebanyak masing‐masing 30 petani yang terdiri dari
petani produsen saja dan petani sekaligus pengumpul. Petani pengumpul ram
ditambahkan sebagai sampel karena mempunyai catatan pembukuan terutama harga
jual yang tidak dimiliki petani produsen.
4.4.2. Data
Sekunder
Universitas Sumatera Utara
Data sekunder telah dijajaki dan dikumpulkan dari BPS, PPKS Rispa, Dinas
Perkebunan dan Disperindag. Data yang mula‐mula direncanakan untuk perhitungan
elastisitas dan surplus adalah data sekunder. Hasil perhitungan tersebut kemudian akan
digunakan sebagai perhitungan market power index dan surplus produsen dan
konsumen. Namun demikian, dari set data yang dibutuhkan tidak satupun data Sumut
yang tersedia dengan observasi sebanyak 30 tahun. Di samping itu frekuensi data juga
tidak sama. Dengan kondisi demikian tidak mungkin dilakukan regresi untuk
mendapatkan nilai elastisitas atau perhitungan surplus. Sebagai alternatif, maka
digunakan data primer hanya dengan menggunakan variabel jumlah dan harga. Karena
tidak bersifat kontiniu, maka hasil yang diperoleh bukanlah merupakan nilai marjinal
tetapi hanya merupakan nilai rata‐rata. Di samping itu, beberapa informasi yang
membentuk jumlah juga tidak tercakup. Namun demikian, nilai elastisitas dan surplus
masih dapat dihtiung dengan menggunakan asumsi fungsi linear.
4.5. Metode Analisis Data
Dalam tahun pertama studi ini menggunakan metode NEIO statis yaitu conjectural variations. Metode conjectural variations digunakan untuk
mengestimasi perilaku pasar melalui market power index dengan menggunakan 4 skenario. Hasil analisa tersebut akan digunakan sebagai dasar penyusunan
kebijakan-kebijakan alternatif yang mungkin diterapkan dalam industri kelapa sawit.
4.5.1. Analisa conjectural variations Estimasi market power index
Dalam studi ini yang akan diteliti adalah rantai suplai minyak goreng yaitu: 1
Petani perkebunan rakyat kelapa sawit sebagai produsen TBS dan bertindak sebagai penjual bahan mentah TBS, yang diasumsikan selalu bertindak
kompetitif. 2
PKS sebagai pengolah bahan mentah TBS menjadi bahan setengah jadi CPO, yang bertindak sebagai pembeli TBS ke petani dan penjual CPO ke
pabrik minyak goreng.
Universitas Sumatera Utara
3 Pabrik minyak goreng sebagai pengolah bahan setengah jadi CPO menjadi
bahan jadi minyak goreng, yang bertindak sebagai pembeli CPO ke PKS dan penjual minyak goreng ke konsumen akhir.
4 Konsumen akhir sebagai pembeli dan pengguna bahan jadi minyak goreng,
yang diasumsikan selalu bertindak kompetitif. Dengan kata lain, hanya PKS dan pabrik minyak goreng yang dianggap
mempunyai kemungkinan untuk mempraktekkan market power. Market power index diestimasi dengan menggunakan 4 skenario yaitu:
1 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power.
2 Pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power.
3 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopoly
power. 4
PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopsony power.
Prosesor, baik PKS maupaun pabrik minyak goreng, diasumsikan menggunakan teknologi fixed proportion dalam mengubah bahan mentah menjadi
bahan setengah jadi atau bahan setengah jadi menjadi bahan jadi, sehingga
Q k
k Q
k Q
Q k
Q
CPO mg
CPO 1
2 2
1
;
Q k
Q k
k
3 1
2
atau ,
dimana Q dan q adalah jumlah TBS pada tingkat pasar dan perusahaan, k
q k
q q
k q
mg CPO
3 1
;
1
dan k
2
merupakan rendemen CPO dan minyak goreng, superscript TBS, CPO dan mg menyatakan tandan buah segar, crude palm oil dan minyak goreng yang
merupakan output yang dihasilkan petani, pabrik kelapa sawit dan pabrik minyak goreng.
Skenario 1 Pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power.
Market power index pabrik minyak goreng diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit pabrik minyak goreng. Jika diketahui fungsi profit pabrik
minyak goreng
q k
c q
k Q
S q
k Q
D
o mg
1 1
3
, di mana
menunjukkan inverse demand yang dihadapi pabrik minyak goreng,
Q D
Q S
inverse suplai bahan
Universitas Sumatera Utara
baku atau CPO, dan menunjukkan biaya marjinal pengolahan dari CPO
menjadi minyak goreng. Turunan pertama dari fungsi profit adalah sebagai berikut:
o
c
Persamaan 1
1 3
q q
Q Q
Q S
c P
k q
q Q
Q Q
D P
k q
o CPO
mg mg
atau
Persamaan 2
1
o CPO
mg CPO
mg mg
mg
c P
k P
k
1
1 1
3
di mana
CPO CPO
CPO CPO
CPO
P Q
Q
P
adalah elastisitas harga suplai CPO oleh PKS,
mg mg
mg mg
mg
Q P
P Q
1
adalah nilai absolut elastisitas harga permintaan minyak
goreng oleh konsumen yang berperlaku kompetitif, dan
CPO CPO
CPO CPO
mg
Q q
q Q
,
mg mg
mg mg
mg
Q q
q Q
adalah conjectural elasticities pabrik minyak goreng. dan
mengukur oligopsony market power dan oligopoly market power pabrik minyak goreng dalam membeli CPO ke PKS dan menjual
minyak goreng CPO ke konsumen. Nilai 0 menunjukkan kondisi persaingan sempurna, sedangkan nilai 1 menunjukkan kondisi monopsoni atau monopoli.
1 ,
mg
1 ,
mg
Skenario 2 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power.
Market power index PKS diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit PKS. Diketahui fungsi profit PKS
q c
q Q
S q
k Q
D
o TBS
CPO PKS
1 1
, di mana
Universitas Sumatera Utara
Q D
CPO
menunjukkan inverse demand yang dihadapi PKS, merupakan
inverse suplai bahan baku atau TBS, dan menunjukkan biaya marjinal
pengolahan dari TBS menjadi CPO. Turunan pertama dari fungsi profit adalah sebagai berikut:
Q S
TBS o
c
1
Persamaan 3
1
q q
Q Q
Q S
c q
q Q
Q Q
D P
k q
TBS o
TBS CPO
CPO PKS
P
atau
Persamaan 4
TBS PKS
1 1
1
1 1
c P
P k
TBS CPO
PKS CPO
di mana
TBS TBS
TBS TBS
TBS
Q P
P Q
adalah elastisitas harga suplai TBS,
CPO CPO
CPO CPO
Q P
P Q
CPO
1
adalah nilai absolut elastisitas harga permintaan CPO oleh
pabrik minyak goreng yang berperlaku kompetitif, dan
PKS PKS
PKS PKS
PKS
Q q
q Q
,
CPO CPO
CPO CPO
PKS
q Q
,
PKS
Q
q
adalah conjectural elasticities PKS. dan
mengukur oligopsony market power dan oligopoly market power PKS dalam membeli TBS ke petani dan menjual CPO ke pabrik minyak goreng. Nilai 0
menunjukkan kondisi persaingan sempurna, sedangkan nilai 1 menunjukkan kondisi monopsoni atau monopoli.
1 ,
PKS
1
Skenario 3
Universitas Sumatera Utara
PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopoly power
Pada skenario 3 ini baik PKS maupun produsen minyak goreng yang berada pada rantai produsen minyak goreng mempunyai oligopoly power. Market
power index successive oligopoly power diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit produsen minyak goreng dan PKS. Dalam hal ini harga minyak
goreng ditentukan berdasarkan 2 tahap. Tahap pertama, harga CPO ditentukan oleh PKS yang dapat mempunyai oligopoly power tetapi berlaku kompetitif dalam
pasar input. Dengan kata lain, harga output yang merupakan variabel yaitu invers demand dari perusahaan minyak goreng
Q D
CPO
sedangkan harga input merupakan konstanta
TBS
P . Dengan demikian, fungsi profit PKS dapat dinyatakan
sebagai , dengan turunan pertama dari fungsi
profit menjadi:
q k
Q
1
q c
q P
D
TBS CPO
PKS 1
Persamaan 5
1 1
1
1 c
P P
k
TBS CPO
PKS CPO
atau
CPO PKS
TBS CPO
k c
P P
1 1
1
1
Tahap kedua, harga minyak goreng ditentukan oleh pabrik minyak goreng yang juga dapat mempunyai oligopoly power tetapi berlaku kompetitif dalam
pasar input. Dengan kata lain, harga output juga merupakan variabel yaitu invers demand minyak goreng
Q D
mg
sedangkan harga input merupakan konstanta
CPO
P . Dengan demikian, fungsi profit pabrik minyak goreng dapat dinyatakan
sebagai , dengan turunan pertamanya sebagai
berikut:
q k
c q
k Q
D
o mg
mg 1
3
k P
q
CPO 1
Persamaan 6
1 3
1 c
P k
P k
CPO mg
mg mg
Universitas Sumatera Utara
atau
mg mg
CPO mg
c P
k k
P
1
3 1
Dengan harga CPO yang telah ditetapkan PKS sebesar
CPO PKS
TBS CPO
k c
P P
1 1
1
1
atau
1
, c Q
D P
PKS CPO
CPO
, yang menunjukkan inverse demand CPO oleh pabrik minyak goreng, given market power index PKS dan biaya marjinal pengolahan
TBS menjadi CPO maka Persamaan 6 dapat ditulis menjadi
1 1
1 3
1 1
c k
c P
P k
CPO PKS
TBS mg
mg mg
atau
1 1
1 3
1 1
1 c
k c
P k
P
CPO PKS
TBS mg
mg mg
Skenario 4 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopsony
power.
Pada skenario ini baik PKS maupun produsen minyak goreng yang berada pada rantai produsen minyak goreng mempunyai oligopsony power. Market
power index successive oligopsony power diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit produsen minyak goreng dan PKS. Analog dengan skenario 3,
dalam hal ini harga TBS juga ditentukan berdasarkan 2 tahap. Tahap pertama, harga CPO ditentukan oleh pabrik minyak goreng yang dapat mempunyai
oligopsony power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar output. Dengan kata lain, harga input yang merupakan variabel yaitu invers supply dari PKS
Q S
CPO
sedangkan harga output merupakan konstanta
mg
P . Dengan demikian, fungsi
Universitas Sumatera Utara
profit pabrik minyak goreng dapat dinyatakan sebagai , dengan turunan pertamanya sebagai berikut:
q k
c q
k Q
S q
k P
o CPO
mg mg
1 1
3
Persamaan 7
CPO mg
P k
P k
1
1 3
o CPO
PKS
c
atau
CPO PKS
o mg
CPO
c P
k k
P
1
1 3
Tahap kedua, harga TBS ditentukan oleh PKS yang juga dapat mempunyai oligopsony power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar output. Dengan kata lain,
harga input juga merupakan variabel yaitu invers supply TBS sedangkan
harga output merupakan konstanta
Q S
TBS CPO
P atau
, c Q
S P
mg CPO
CPO
yang menunjukkan inverse supply CPO oleh PKS, given market power index pabrik
minyak goreng dan biaya marjinal pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Dengan demikian, fungsi profit PKS dapat dinyatakan sebagai
q c
q Q
S q
k Q
P
TBS CPO
PKS 1
1
, dengan turunan pertama dari fungsi profit menjadi:
Persamaan 8
o TBS
PKS TBS
CPO
c P
k P
1 1
1
atau
TBS PKS
o CPO
TBS
c k
P P
1
1 1
Universitas Sumatera Utara
Dengan harga CPO given market power index pabrik minyak goreng pada Persamaan 7, maka Persamaan 8 dapat dinyatakan sebagai
TBS PKS
o TBS
PKS o
mg TBS
c k
c P
k k
P
1
1
1 1
2 1
3
4.5.2. Analisa Kesejahteraan
Dalam studi ini kesejahteraan diukur dengan consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng dan producer surplus produsen TBS. Consumer
surplus dan producer surplus dari masing-masing 4 skenario tersebut di atas dibandingkan dengan kondisi persaingan sempurna untuk melihat perubahan
surplus yang diterima konsumen minyak goreng maupun produsen TBS akibat market power.
Skenario 1 Gambar 4. 1 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power.
F
D
mg
Q C
I D
B A
S
P S K
Q S
TBS
Q
E MOS
PKS
Q
Harga CPO
Universitas Sumatera Utara
Pada skenario 1 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. Jika kurva demand dan supply linear, maka perubahan surplus dapat diilustrasikan
dengan Gambar 4. 1. Tanpa oligopsony dan oligopoly power, CPO ekuilibrium
adalah sebanyak Q
1
dan harga E. Pada saat itu jumlah minyak goreng adalah sebesar
mg
Q k
Q
1 1
1
dengan harga D. Consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng adalah sebesar segitiga ADF, dan producer surplus petani
perkebunan rakyat adalah sebesar segitiga GIJ. Jika PKS mempraktekkan oligopsony dan oligopoly power, maka output ekuilibrium akan berkurang
menjadi Q
2
. Pada saat itu consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng
berkurang menjadi segitiga ABC, sedangkan producer surplus petani perkebunan rakyat berkurang menjadi segitiga HIK.
Skenario 2 Gambar 4. 2 Pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan
oligopoly power.
K H
G D
PKS
Q D
r
Q
Jumlah CPO
Q
2
Q
1
J MR
PKS
Q
F D
C B
A MOS
mg
Q
S
PKS
Q S
TBS
Q E
Jumlah migor
Harga migor
S
mg
Q
Universitas Sumatera Utara
D
r
Q D
mg
Q K
Q
2
Q
1
I MR
mg
Q H
G J
Pada skenario 2 pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. Jika kurva demand dan supply linear, maka perubahan surplus
dapat diilustrasikan dengan Gambar 4. 2. Tanpa oligopsony dan oligopoly power,
output ekuilibrium adalah sebanyak Q
1
dengan harga E. Pada saat itu jumlah minyak goreng adalah sebesar Q
1
dengan harga D. Consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng adalah sebesar segitiga ADF, dan producer
surplus petani perkebunan rakyat adalah sebesar segitiga GIJ. Jika PKS mempraktekkan oligopsony dan oligopoly power, maka output ekuilibrium akan
berkurang menjadi Q
2
. Pada saat itu consumer surplus dari konsumen akhir
minyak goreng berkurang menjadi segitiga ABC, sedangkan producer surplus petani perkebunan rakyat berkurang menjadi segitiga HIK.
Skenario 3 Gambar 4.3 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai succesive
oligopoly power dengan PKS dapat mempunyai oligopsony power
F
D
mg
Q C
I D
B A
S
P S K
Q S
TBS
Q MOS
PKS
Universitas Sumatera Utara
Q
3
Q
1
Q
2
MR
PKS
Q = D
TBS
Q K
H G
E
J MR
mg
Q = D
PKS
Q D
r
Q
Pada skenario 3, PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai succesive oligopoly power dan PKS juga dapat mempunyai oligopsony power.
Jika kurva demand dan supply linear, maka perubahan surplus dapat diilustrasikan dengan Gambar 4.3. Tanpa oligopsony dan oligopoly power, CPO ekuilibrium
adalah sebanyak Q
1
dan harga E. Pada saat itu jumlah minyak goreng adalah sebesar
mg
Q k
Q
1 1
1
dengan harga D. Consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng adalah sebesar segitiga ADF, dan producer surplus petani
perkebunan rakyat adalah sebesar segitiga GIJ. Jika PKS dan pabrik minyak goreng mempraktekkan sucessive oligopoly power dan PKS juga mempunyai
oligopsony power, maka output ekuilibrium akan berkurang menjadi Q
3
. Pada saat itu consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng berkurang menjadi
segitiga ABC, sedangkan producer surplus petani perkebunan rakyat berkurang menjadi segitiga HIK.
Skenario 4 Gambar 4.4 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai succesive
oligopsony power dengan pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopoly power
C MOS
PKS
Q = S
mg
Q
B A
MOS
mg
Q
Universitas Sumatera Utara
E
MR
mg
Q K
H G
F
J D
S
PKS
Q S
TBS
Q
D
r
Q
Q
3
Q
1
Q
2
Pada skenario 4, PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai succesive oligopsony power dan pabrik minyak goreng juga dapat mempunyai
oligopoly power. Jika kurva demand dan supply linear, maka perubahan surplus dapat diilustrasikan dengan Gambar 4. Tanpa oligopsony dan oligopoly power,
CPO ekuilibrium adalah sebanyak Q
1
dan harga E. Pada saat itu jumlah minyak goreng adalah sebesar
mg
Q k
Q
1 1
1
dengan harga D. Consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng adalah sebesar segitiga ADF, dan producer
surplus petani perkebunan rakyat adalah sebesar segitiga GIJ. Jika PKS dan pabrik minyak goreng mempraktekkan sucessive oligopoly power dan PKS juga
mempunyai oligopsony power, maka output ekuilibrium akan berkurang menjadi Q
3
. Pada saat itu consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng berkurang menjadi segitiga ABC, sedangkan producer surplus petani perkebunan
rakyat berkurang menjadi segitiga HIK.
Universitas Sumatera Utara
4.6. Jadwal
Pada proposal ditentukan 10 bulan jadwal penelitian sebagai berikut:
Tabel 2 Jadwal dan Kegiatan Penelitian Tahun Pertama
Bulan Tahun I
No Kegiatan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 Persiapan
Penelitian 2
Pengumpulan data
3 Pengolahan
data model NEIO
4 Analisis
dan evaluasi 5
Penyusunan draft laporan
6 Seminar
lokal 7
Penulisan laporan akhir
8 Penyerahan
laporan akhir
Universitas Sumatera Utara
Namun demikian, terjadi perubahan jadwal penelitian menjadi 8 bulan dari
bulan Mei dan berakhir pada bulan Desember pada saat laporan akhir harus
dikumpulkan. Dengan demikian dilakukan perubahan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3 Perubahan Jadwal dan Kegiatan Penelitian Tahun Pertama
Bulan Tahun I
No Kegiatan
5 6
7 8
9 10
11 12
1 Persiapan
Penelitian 2
Pengumpulan data
3 Pengolahan
data 4
Analisis dan pembahasan
5 Penyusunan
draft laporan 6
Seminar lokal
7 Penulisan
laporan akhir 8
Penyerahan laporan akhir
Jadwal disusun berdasarkan kondisi lapang yang telah berjalan. Kegiatan 1 dan 2
merupakan kegiatan yang paling panjang waktunya. Lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk persiapan penelitian karena sulitnya memperoleh izin untuk meneliti di PKS dan
pabrik minyak goreng. Alasan utama adalah menjaga kerahasiaan perusahaan, terutama
yang berkaitan dengan data finansial. Walaupun telah dinyatakan bahwa nama
perusahaan tidak akan dicantumkan, beberapa perusahaan tetap menolak. Untuk
kegiatan 2, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data terutama
karena lokasi PKS yang tersebar di berbagai daerah di Labuhan Batu. Kegiatan lain tidak
terlalu lama karena dilakukan dengan tidak melibatkan kewenangan dan partisipasi
pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
4.7. Keluaran