Penentuan Daerah Penelitian Metode Pemilihan Sampel Jadwal

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1. Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Pemko Medan sebagai pusat pemasaran minyak goreng di Sumatera Utara, dan Pemkab Labuhan Batu serta Pemkab Serdang Bedagai sebagai sentra perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara Tabel 1. Tabel 1 Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit No Nama Daerah Luas Lahan Ha 1 Kabupaten Asahan 38.746 2 Kabupaten Deli Serdang 9.626 3 Kabupaten Labuhan Batu 85.527 4 Kabupaten Langkat 24.438 5 Kabupaten Mandailing Natal 10.400 6 Kabupaten Pakpak Barat 1.260 7 Kabupaten Serdang Bedagai 50.057 8 Kabupaten Simalungun 24.902 9 Kabupaten Tapanuli Selatan 57.744 10 Kabupaten Toba Samosir 1.279 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal 2007 Universitas Sumatera Utara

4.2. Metode Pemilihan Sampel

Untuk petani kelapa sawit, penjual dan pembeli minyak goreng, sampel ditentukan secara random dengan jumlah - 30 petani sampel x 2 Pemkab = 60 petani sampel - 20 penjual sampel x 3 lokasi pasar di Pemko Medan = 60 penjual sampel - 30 pembeli sampel x 3 lokasi pasar di Pemko Medan = 90 pembeli sampel Untuk PKS dan pabrik minyak goreng, sampel ditentukan secara purposive sesuai dengan izin yang diperoleh nantinya.

4.3. Sampel

4.3.1. Data

Petani Untuk data petani kelapa sawit telah berhasil diwawancara 30 petani di Serdang Bedagei dan 30 di Labuhan Batu. Kendala utama adalah petani tidak mempunyai catatan pembukuan sehingga tidak diketahui dengan pasti jumlah penjualan pada berbagai tingkat harga. Untuk data penjual dan pembeli minyak goreng dari 60 dan 90 orang yang direncanakan untuk diwawancara telah berhasil diwawancarai sebanyak masing ‐masing 30 dan 60 orang di 3 pasar yaitu Pasar Pringgan Medan Baru, Pasar Helvetia Medan Helvetia dan Pasar Melati Medan Tuntungan. Adapun pemilihan pasar tersebut karena pasar tersebut merupakan pasar yang mempunyai luasan yang cukup besar berdasarkan data yang didapat dari BPS. Kendala utama yang dihadapi adalah masyarakatkonsumen sangat sibuk di pasar dan konsumen tidak ingat secara pasti jumlah minyak goreng yang dikonsumsi selama sebulan.

4.3.2. Data PKS

Untuk mendapatkan data 10 PKS yang ditargetkan, dilakukan penjajakan terhadap 12 PKS yaitu PT Torganda, PT Paya Pinang, PT Tolan Tiga, PT Socfindo, Kebun Universitas Sumatera Utara Mata Pao, PTPTN IV, Kebun Brangir, PTPN III, Kebun Sei Meranti, PT Nubika, PT UMADA, PT Merbau Tiga, PT Cisadane, PT Siringo‐Ringo dan PT Pangkatan. Dari 12 PKS yang tersebut 9 menolak dan 3 menerima. PKS yang menerima adalah PT Sc, Kebun Mata Pao di Kabupaten Serdang Bedagai, PTPN IV Kebun Merangir dan PTPN III Kebun Sei Meranti di Kabupaten Labuhan Batu.

4.3.3 Data

Pabrik Minyak Goreng Untuk mendapatkan data 10 pabrik minyak goreng yang ditargetkan, telah dijajaki 15 pabrik. Dan diperoleh 3 perusahaan yang meberi izin. Adapun jumlah perusahaan yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah tiga perusahaan pengolah minyak goreng yakni PT. A, PT. B, dan PT.C. Yang menjadi pertimbangan pemilihan tempat penelitian adalah dikarenakan ketiga perusahaan merupakan perusahaan pengolah CPO menjadi minyak goreng selain itu hanya ketiga perusahaan ini yang memberikan izin untuk dilakukan penelitian dari 15 perusahaan yang sudah dikunjungi.

4.4. Pengumpulan

Data 4.4.1. Data Primer Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Sebelum digunakan dilakukan uji coba kuesioner walaupun tidak tercantum dalam proposal. Uji coba kuesioner dilakukan untuk meminimalkan kesalahan pengumpulan data. Data yang dibutuhkan terdiri dari data petani, PKS, pabrik minyak goreng dan pembeli serta penjual minyak goreng. Data petani di Serdang Bedagei dan Labuhan Batu telah terkumpul keseluruhannya sebanyak masing‐masing 30 petani yang terdiri dari petani produsen saja dan petani sekaligus pengumpul. Petani pengumpul ram ditambahkan sebagai sampel karena mempunyai catatan pembukuan terutama harga jual yang tidak dimiliki petani produsen.

4.4.2. Data

Sekunder Universitas Sumatera Utara Data sekunder telah dijajaki dan dikumpulkan dari BPS, PPKS Rispa, Dinas Perkebunan dan Disperindag. Data yang mula‐mula direncanakan untuk perhitungan elastisitas dan surplus adalah data sekunder. Hasil perhitungan tersebut kemudian akan digunakan sebagai perhitungan market power index dan surplus produsen dan konsumen. Namun demikian, dari set data yang dibutuhkan tidak satupun data Sumut yang tersedia dengan observasi sebanyak 30 tahun. Di samping itu frekuensi data juga tidak sama. Dengan kondisi demikian tidak mungkin dilakukan regresi untuk mendapatkan nilai elastisitas atau perhitungan surplus. Sebagai alternatif, maka digunakan data primer hanya dengan menggunakan variabel jumlah dan harga. Karena tidak bersifat kontiniu, maka hasil yang diperoleh bukanlah merupakan nilai marjinal tetapi hanya merupakan nilai rata‐rata. Di samping itu, beberapa informasi yang membentuk jumlah juga tidak tercakup. Namun demikian, nilai elastisitas dan surplus masih dapat dihtiung dengan menggunakan asumsi fungsi linear.

4.5. Metode Analisis Data

Dalam tahun pertama studi ini menggunakan metode NEIO statis yaitu conjectural variations. Metode conjectural variations digunakan untuk mengestimasi perilaku pasar melalui market power index dengan menggunakan 4 skenario. Hasil analisa tersebut akan digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan-kebijakan alternatif yang mungkin diterapkan dalam industri kelapa sawit.

4.5.1. Analisa conjectural variations Estimasi market power index

Dalam studi ini yang akan diteliti adalah rantai suplai minyak goreng yaitu: 1 Petani perkebunan rakyat kelapa sawit sebagai produsen TBS dan bertindak sebagai penjual bahan mentah TBS, yang diasumsikan selalu bertindak kompetitif. 2 PKS sebagai pengolah bahan mentah TBS menjadi bahan setengah jadi CPO, yang bertindak sebagai pembeli TBS ke petani dan penjual CPO ke pabrik minyak goreng. Universitas Sumatera Utara 3 Pabrik minyak goreng sebagai pengolah bahan setengah jadi CPO menjadi bahan jadi minyak goreng, yang bertindak sebagai pembeli CPO ke PKS dan penjual minyak goreng ke konsumen akhir. 4 Konsumen akhir sebagai pembeli dan pengguna bahan jadi minyak goreng, yang diasumsikan selalu bertindak kompetitif. Dengan kata lain, hanya PKS dan pabrik minyak goreng yang dianggap mempunyai kemungkinan untuk mempraktekkan market power. Market power index diestimasi dengan menggunakan 4 skenario yaitu: 1 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. 2 Pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. 3 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopoly power. 4 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopsony power. Prosesor, baik PKS maupaun pabrik minyak goreng, diasumsikan menggunakan teknologi fixed proportion dalam mengubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan setengah jadi menjadi bahan jadi, sehingga   Q k k Q k Q Q k Q CPO mg CPO 1 2 2 1 ;    Q k Q k k 3 1 2   atau , dimana Q dan q adalah jumlah TBS pada tingkat pasar dan perusahaan, k q k q q k q mg CPO 3 1 ;   1 dan k 2 merupakan rendemen CPO dan minyak goreng, superscript TBS, CPO dan mg menyatakan tandan buah segar, crude palm oil dan minyak goreng yang merupakan output yang dihasilkan petani, pabrik kelapa sawit dan pabrik minyak goreng. Skenario 1 Pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. Market power index pabrik minyak goreng diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit pabrik minyak goreng. Jika diketahui fungsi profit pabrik minyak goreng     q k c q k Q S q k Q D o mg 1 1 3     , di mana menunjukkan inverse demand yang dihadapi pabrik minyak goreng,   Q D   Q S inverse suplai bahan Universitas Sumatera Utara baku atau CPO, dan menunjukkan biaya marjinal pengolahan dari CPO menjadi minyak goreng. Turunan pertama dari fungsi profit adalah sebagai berikut: o c Persamaan 1       1 3                         q q Q Q Q S c P k q q Q Q Q D P k q o CPO mg mg  atau Persamaan 2                            1 o CPO mg CPO mg mg mg c P k P k    1 1 1 3 di mana CPO CPO CPO CPO CPO P Q    Q P  adalah elastisitas harga suplai CPO oleh PKS, mg mg mg mg mg Q P P Q     1  adalah nilai absolut elastisitas harga permintaan minyak goreng oleh konsumen yang berperlaku kompetitif, dan CPO CPO CPO CPO mg Q q q Q     , mg mg mg mg mg Q q q Q     adalah conjectural elasticities pabrik minyak goreng. dan mengukur oligopsony market power dan oligopoly market power pabrik minyak goreng dalam membeli CPO ke PKS dan menjual minyak goreng CPO ke konsumen. Nilai 0 menunjukkan kondisi persaingan sempurna, sedangkan nilai 1 menunjukkan kondisi monopsoni atau monopoli.   1 ,  mg   1 ,   mg  Skenario 2 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. Market power index PKS diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit PKS. Diketahui fungsi profit PKS     q c q Q S q k Q D o TBS CPO PKS 1 1     , di mana Universitas Sumatera Utara   Q D CPO menunjukkan inverse demand yang dihadapi PKS, merupakan inverse suplai bahan baku atau TBS, dan menunjukkan biaya marjinal pengolahan dari TBS menjadi CPO. Turunan pertama dari fungsi profit adalah sebagai berikut:   Q S TBS o c 1 Persamaan 3       1                         q q Q Q Q S c q q Q Q Q D P k q TBS o TBS CPO CPO PKS     P  atau Persamaan 4             TBS PKS                 1 1 1 1 1 c P P k TBS CPO PKS CPO   di mana TBS TBS TBS TBS TBS Q P P Q     adalah elastisitas harga suplai TBS, CPO CPO CPO CPO Q P P Q   CPO   1  adalah nilai absolut elastisitas harga permintaan CPO oleh pabrik minyak goreng yang berperlaku kompetitif, dan PKS PKS PKS PKS PKS Q q q Q     , CPO CPO CPO CPO PKS q Q      ,  PKS  Q q  adalah conjectural elasticities PKS. dan mengukur oligopsony market power dan oligopoly market power PKS dalam membeli TBS ke petani dan menjual CPO ke pabrik minyak goreng. Nilai 0 menunjukkan kondisi persaingan sempurna, sedangkan nilai 1 menunjukkan kondisi monopsoni atau monopoli.  1 ,  PKS   1 Skenario 3 Universitas Sumatera Utara PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopoly power Pada skenario 3 ini baik PKS maupun produsen minyak goreng yang berada pada rantai produsen minyak goreng mempunyai oligopoly power. Market power index successive oligopoly power diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit produsen minyak goreng dan PKS. Dalam hal ini harga minyak goreng ditentukan berdasarkan 2 tahap. Tahap pertama, harga CPO ditentukan oleh PKS yang dapat mempunyai oligopoly power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar input. Dengan kata lain, harga output yang merupakan variabel yaitu invers demand dari perusahaan minyak goreng   Q D CPO sedangkan harga input merupakan konstanta TBS P . Dengan demikian, fungsi profit PKS dapat dinyatakan sebagai , dengan turunan pertama dari fungsi profit menjadi:   q k Q 1 q c q P D TBS CPO PKS 1     Persamaan 5 1 1 1 1 c P P k TBS CPO PKS CPO                  atau        CPO PKS TBS CPO k c P P 1 1 1 1   Tahap kedua, harga minyak goreng ditentukan oleh pabrik minyak goreng yang juga dapat mempunyai oligopoly power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar input. Dengan kata lain, harga output juga merupakan variabel yaitu invers demand minyak goreng   Q D mg sedangkan harga input merupakan konstanta CPO P . Dengan demikian, fungsi profit pabrik minyak goreng dapat dinyatakan sebagai , dengan turunan pertamanya sebagai berikut:   q k c q k Q D o mg mg 1 3    k P q CPO 1  Persamaan 6   1 3 1 c P k P k CPO mg mg mg                Universitas Sumatera Utara atau          mg mg CPO mg c P k k P   1 3 1 Dengan harga CPO yang telah ditetapkan PKS sebesar        CPO PKS TBS CPO k c P P 1 1 1 1   atau   1 , c Q D P PKS CPO CPO   , yang menunjukkan inverse demand CPO oleh pabrik minyak goreng, given market power index PKS dan biaya marjinal pengolahan TBS menjadi CPO maka Persamaan 6 dapat ditulis menjadi                                  1 1 1 3 1 1 c k c P P k CPO PKS TBS mg mg mg     atau                            1 1 1 3 1 1 1 c k c P k P CPO PKS TBS mg mg mg     Skenario 4 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopsony power. Pada skenario ini baik PKS maupun produsen minyak goreng yang berada pada rantai produsen minyak goreng mempunyai oligopsony power. Market power index successive oligopsony power diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit produsen minyak goreng dan PKS. Analog dengan skenario 3, dalam hal ini harga TBS juga ditentukan berdasarkan 2 tahap. Tahap pertama, harga CPO ditentukan oleh pabrik minyak goreng yang dapat mempunyai oligopsony power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar output. Dengan kata lain, harga input yang merupakan variabel yaitu invers supply dari PKS   Q S CPO sedangkan harga output merupakan konstanta mg P . Dengan demikian, fungsi Universitas Sumatera Utara profit pabrik minyak goreng dapat dinyatakan sebagai , dengan turunan pertamanya sebagai berikut:   q k c q k Q S q k P o CPO mg mg 1 1 3     Persamaan 7          CPO mg P k P k 1 1 3      o CPO PKS c  atau             CPO PKS o mg CPO c P k k P  1 1 3 Tahap kedua, harga TBS ditentukan oleh PKS yang juga dapat mempunyai oligopsony power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar output. Dengan kata lain, harga input juga merupakan variabel yaitu invers supply TBS sedangkan harga output merupakan konstanta   Q S TBS CPO P atau   , c Q S P mg CPO CPO   yang menunjukkan inverse supply CPO oleh PKS, given market power index pabrik minyak goreng dan biaya marjinal pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Dengan demikian, fungsi profit PKS dapat dinyatakan sebagai     q c q Q S q k Q P TBS CPO PKS 1 1     , dengan turunan pertama dari fungsi profit menjadi: Persamaan 8 o TBS PKS TBS CPO c P k P 1 1 1          atau TBS PKS o CPO TBS c k P P      1 1 1 Universitas Sumatera Utara Dengan harga CPO given market power index pabrik minyak goreng pada Persamaan 7, maka Persamaan 8 dapat dinyatakan sebagai                  TBS PKS o TBS PKS o mg TBS c k c P k k P     1 1 1 1 2 1 3

4.5.2. Analisa Kesejahteraan

Dalam studi ini kesejahteraan diukur dengan consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng dan producer surplus produsen TBS. Consumer surplus dan producer surplus dari masing-masing 4 skenario tersebut di atas dibandingkan dengan kondisi persaingan sempurna untuk melihat perubahan surplus yang diterima konsumen minyak goreng maupun produsen TBS akibat market power. Skenario 1 Gambar 4. 1 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. F D mg Q C I D B A S P S K Q S TBS Q E MOS PKS Q Harga CPO Universitas Sumatera Utara Pada skenario 1 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. Jika kurva demand dan supply linear, maka perubahan surplus dapat diilustrasikan dengan Gambar 4. 1. Tanpa oligopsony dan oligopoly power, CPO ekuilibrium adalah sebanyak Q 1 dan harga E. Pada saat itu jumlah minyak goreng adalah sebesar mg Q k Q 1 1 1  dengan harga D. Consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng adalah sebesar segitiga ADF, dan producer surplus petani perkebunan rakyat adalah sebesar segitiga GIJ. Jika PKS mempraktekkan oligopsony dan oligopoly power, maka output ekuilibrium akan berkurang menjadi Q 2 . Pada saat itu consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng berkurang menjadi segitiga ABC, sedangkan producer surplus petani perkebunan rakyat berkurang menjadi segitiga HIK. Skenario 2 Gambar 4. 2 Pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. K H G D PKS Q D r Q Jumlah CPO Q 2 Q 1 J MR PKS Q F D C B A MOS mg Q S PKS Q S TBS Q E Jumlah migor Harga migor S mg Q Universitas Sumatera Utara D r Q D mg Q K Q 2 Q 1 I MR mg Q H G J Pada skenario 2 pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. Jika kurva demand dan supply linear, maka perubahan surplus dapat diilustrasikan dengan Gambar 4. 2. Tanpa oligopsony dan oligopoly power, output ekuilibrium adalah sebanyak Q 1 dengan harga E. Pada saat itu jumlah minyak goreng adalah sebesar Q 1 dengan harga D. Consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng adalah sebesar segitiga ADF, dan producer surplus petani perkebunan rakyat adalah sebesar segitiga GIJ. Jika PKS mempraktekkan oligopsony dan oligopoly power, maka output ekuilibrium akan berkurang menjadi Q 2 . Pada saat itu consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng berkurang menjadi segitiga ABC, sedangkan producer surplus petani perkebunan rakyat berkurang menjadi segitiga HIK. Skenario 3 Gambar 4.3 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai succesive oligopoly power dengan PKS dapat mempunyai oligopsony power F D mg Q C I D B A S P S K Q S TBS Q MOS PKS Universitas Sumatera Utara Q 3 Q 1 Q 2 MR PKS Q = D TBS Q K H G E J MR mg Q = D PKS Q D r Q Pada skenario 3, PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai succesive oligopoly power dan PKS juga dapat mempunyai oligopsony power. Jika kurva demand dan supply linear, maka perubahan surplus dapat diilustrasikan dengan Gambar 4.3. Tanpa oligopsony dan oligopoly power, CPO ekuilibrium adalah sebanyak Q 1 dan harga E. Pada saat itu jumlah minyak goreng adalah sebesar mg Q k Q 1 1 1  dengan harga D. Consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng adalah sebesar segitiga ADF, dan producer surplus petani perkebunan rakyat adalah sebesar segitiga GIJ. Jika PKS dan pabrik minyak goreng mempraktekkan sucessive oligopoly power dan PKS juga mempunyai oligopsony power, maka output ekuilibrium akan berkurang menjadi Q 3 . Pada saat itu consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng berkurang menjadi segitiga ABC, sedangkan producer surplus petani perkebunan rakyat berkurang menjadi segitiga HIK. Skenario 4 Gambar 4.4 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai succesive oligopsony power dengan pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopoly power C MOS PKS Q = S mg Q B A MOS mg Q Universitas Sumatera Utara E MR mg Q K H G F J D S PKS Q S TBS Q D r Q Q 3 Q 1 Q 2 Pada skenario 4, PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai succesive oligopsony power dan pabrik minyak goreng juga dapat mempunyai oligopoly power. Jika kurva demand dan supply linear, maka perubahan surplus dapat diilustrasikan dengan Gambar 4. Tanpa oligopsony dan oligopoly power, CPO ekuilibrium adalah sebanyak Q 1 dan harga E. Pada saat itu jumlah minyak goreng adalah sebesar mg Q k Q 1 1 1  dengan harga D. Consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng adalah sebesar segitiga ADF, dan producer surplus petani perkebunan rakyat adalah sebesar segitiga GIJ. Jika PKS dan pabrik minyak goreng mempraktekkan sucessive oligopoly power dan PKS juga mempunyai oligopsony power, maka output ekuilibrium akan berkurang menjadi Q 3 . Pada saat itu consumer surplus dari konsumen akhir minyak goreng berkurang menjadi segitiga ABC, sedangkan producer surplus petani perkebunan rakyat berkurang menjadi segitiga HIK. Universitas Sumatera Utara

4.6. Jadwal

Pada proposal ditentukan 10 bulan jadwal penelitian sebagai berikut: Tabel 2 Jadwal dan Kegiatan Penelitian Tahun Pertama Bulan Tahun I No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Persiapan Penelitian 2 Pengumpulan data 3 Pengolahan data model NEIO 4 Analisis dan evaluasi 5 Penyusunan draft laporan 6 Seminar lokal 7 Penulisan laporan akhir 8 Penyerahan laporan akhir Universitas Sumatera Utara Namun demikian, terjadi perubahan jadwal penelitian menjadi 8 bulan dari bulan Mei dan berakhir pada bulan Desember pada saat laporan akhir harus dikumpulkan. Dengan demikian dilakukan perubahan jadwal sebagai berikut: Tabel 3 Perubahan Jadwal dan Kegiatan Penelitian Tahun Pertama Bulan Tahun I No Kegiatan 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Persiapan Penelitian 2 Pengumpulan data 3 Pengolahan data 4 Analisis dan pembahasan 5 Penyusunan draft laporan 6 Seminar lokal 7 Penulisan laporan akhir 8 Penyerahan laporan akhir Jadwal disusun berdasarkan kondisi lapang yang telah berjalan. Kegiatan 1 dan 2 merupakan kegiatan yang paling panjang waktunya. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk persiapan penelitian karena sulitnya memperoleh izin untuk meneliti di PKS dan pabrik minyak goreng. Alasan utama adalah menjaga kerahasiaan perusahaan, terutama yang berkaitan dengan data finansial. Walaupun telah dinyatakan bahwa nama perusahaan tidak akan dicantumkan, beberapa perusahaan tetap menolak. Untuk kegiatan 2, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data terutama karena lokasi PKS yang tersebar di berbagai daerah di Labuhan Batu. Kegiatan lain tidak terlalu lama karena dilakukan dengan tidak melibatkan kewenangan dan partisipasi pihak lain. Universitas Sumatera Utara

4.7. Keluaran