Analisa conjectural variations Estimasi market power index

Data sekunder telah dijajaki dan dikumpulkan dari BPS, PPKS Rispa, Dinas Perkebunan dan Disperindag. Data yang mula‐mula direncanakan untuk perhitungan elastisitas dan surplus adalah data sekunder. Hasil perhitungan tersebut kemudian akan digunakan sebagai perhitungan market power index dan surplus produsen dan konsumen. Namun demikian, dari set data yang dibutuhkan tidak satupun data Sumut yang tersedia dengan observasi sebanyak 30 tahun. Di samping itu frekuensi data juga tidak sama. Dengan kondisi demikian tidak mungkin dilakukan regresi untuk mendapatkan nilai elastisitas atau perhitungan surplus. Sebagai alternatif, maka digunakan data primer hanya dengan menggunakan variabel jumlah dan harga. Karena tidak bersifat kontiniu, maka hasil yang diperoleh bukanlah merupakan nilai marjinal tetapi hanya merupakan nilai rata‐rata. Di samping itu, beberapa informasi yang membentuk jumlah juga tidak tercakup. Namun demikian, nilai elastisitas dan surplus masih dapat dihtiung dengan menggunakan asumsi fungsi linear.

4.5. Metode Analisis Data

Dalam tahun pertama studi ini menggunakan metode NEIO statis yaitu conjectural variations. Metode conjectural variations digunakan untuk mengestimasi perilaku pasar melalui market power index dengan menggunakan 4 skenario. Hasil analisa tersebut akan digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan-kebijakan alternatif yang mungkin diterapkan dalam industri kelapa sawit.

4.5.1. Analisa conjectural variations Estimasi market power index

Dalam studi ini yang akan diteliti adalah rantai suplai minyak goreng yaitu: 1 Petani perkebunan rakyat kelapa sawit sebagai produsen TBS dan bertindak sebagai penjual bahan mentah TBS, yang diasumsikan selalu bertindak kompetitif. 2 PKS sebagai pengolah bahan mentah TBS menjadi bahan setengah jadi CPO, yang bertindak sebagai pembeli TBS ke petani dan penjual CPO ke pabrik minyak goreng. Universitas Sumatera Utara 3 Pabrik minyak goreng sebagai pengolah bahan setengah jadi CPO menjadi bahan jadi minyak goreng, yang bertindak sebagai pembeli CPO ke PKS dan penjual minyak goreng ke konsumen akhir. 4 Konsumen akhir sebagai pembeli dan pengguna bahan jadi minyak goreng, yang diasumsikan selalu bertindak kompetitif. Dengan kata lain, hanya PKS dan pabrik minyak goreng yang dianggap mempunyai kemungkinan untuk mempraktekkan market power. Market power index diestimasi dengan menggunakan 4 skenario yaitu: 1 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. 2 Pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. 3 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopoly power. 4 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopsony power. Prosesor, baik PKS maupaun pabrik minyak goreng, diasumsikan menggunakan teknologi fixed proportion dalam mengubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan setengah jadi menjadi bahan jadi, sehingga   Q k k Q k Q Q k Q CPO mg CPO 1 2 2 1 ;    Q k Q k k 3 1 2   atau , dimana Q dan q adalah jumlah TBS pada tingkat pasar dan perusahaan, k q k q q k q mg CPO 3 1 ;   1 dan k 2 merupakan rendemen CPO dan minyak goreng, superscript TBS, CPO dan mg menyatakan tandan buah segar, crude palm oil dan minyak goreng yang merupakan output yang dihasilkan petani, pabrik kelapa sawit dan pabrik minyak goreng. Skenario 1 Pabrik minyak goreng dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. Market power index pabrik minyak goreng diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit pabrik minyak goreng. Jika diketahui fungsi profit pabrik minyak goreng     q k c q k Q S q k Q D o mg 1 1 3     , di mana menunjukkan inverse demand yang dihadapi pabrik minyak goreng,   Q D   Q S inverse suplai bahan Universitas Sumatera Utara baku atau CPO, dan menunjukkan biaya marjinal pengolahan dari CPO menjadi minyak goreng. Turunan pertama dari fungsi profit adalah sebagai berikut: o c Persamaan 1       1 3                         q q Q Q Q S c P k q q Q Q Q D P k q o CPO mg mg  atau Persamaan 2                            1 o CPO mg CPO mg mg mg c P k P k    1 1 1 3 di mana CPO CPO CPO CPO CPO P Q    Q P  adalah elastisitas harga suplai CPO oleh PKS, mg mg mg mg mg Q P P Q     1  adalah nilai absolut elastisitas harga permintaan minyak goreng oleh konsumen yang berperlaku kompetitif, dan CPO CPO CPO CPO mg Q q q Q     , mg mg mg mg mg Q q q Q     adalah conjectural elasticities pabrik minyak goreng. dan mengukur oligopsony market power dan oligopoly market power pabrik minyak goreng dalam membeli CPO ke PKS dan menjual minyak goreng CPO ke konsumen. Nilai 0 menunjukkan kondisi persaingan sempurna, sedangkan nilai 1 menunjukkan kondisi monopsoni atau monopoli.   1 ,  mg   1 ,   mg  Skenario 2 PKS dapat mempunyai oligopsony dan oligopoly power. Market power index PKS diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit PKS. Diketahui fungsi profit PKS     q c q Q S q k Q D o TBS CPO PKS 1 1     , di mana Universitas Sumatera Utara   Q D CPO menunjukkan inverse demand yang dihadapi PKS, merupakan inverse suplai bahan baku atau TBS, dan menunjukkan biaya marjinal pengolahan dari TBS menjadi CPO. Turunan pertama dari fungsi profit adalah sebagai berikut:   Q S TBS o c 1 Persamaan 3       1                         q q Q Q Q S c q q Q Q Q D P k q TBS o TBS CPO CPO PKS     P  atau Persamaan 4             TBS PKS                 1 1 1 1 1 c P P k TBS CPO PKS CPO   di mana TBS TBS TBS TBS TBS Q P P Q     adalah elastisitas harga suplai TBS, CPO CPO CPO CPO Q P P Q   CPO   1  adalah nilai absolut elastisitas harga permintaan CPO oleh pabrik minyak goreng yang berperlaku kompetitif, dan PKS PKS PKS PKS PKS Q q q Q     , CPO CPO CPO CPO PKS q Q      ,  PKS  Q q  adalah conjectural elasticities PKS. dan mengukur oligopsony market power dan oligopoly market power PKS dalam membeli TBS ke petani dan menjual CPO ke pabrik minyak goreng. Nilai 0 menunjukkan kondisi persaingan sempurna, sedangkan nilai 1 menunjukkan kondisi monopsoni atau monopoli.  1 ,  PKS   1 Skenario 3 Universitas Sumatera Utara PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopoly power Pada skenario 3 ini baik PKS maupun produsen minyak goreng yang berada pada rantai produsen minyak goreng mempunyai oligopoly power. Market power index successive oligopoly power diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit produsen minyak goreng dan PKS. Dalam hal ini harga minyak goreng ditentukan berdasarkan 2 tahap. Tahap pertama, harga CPO ditentukan oleh PKS yang dapat mempunyai oligopoly power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar input. Dengan kata lain, harga output yang merupakan variabel yaitu invers demand dari perusahaan minyak goreng   Q D CPO sedangkan harga input merupakan konstanta TBS P . Dengan demikian, fungsi profit PKS dapat dinyatakan sebagai , dengan turunan pertama dari fungsi profit menjadi:   q k Q 1 q c q P D TBS CPO PKS 1     Persamaan 5 1 1 1 1 c P P k TBS CPO PKS CPO                  atau        CPO PKS TBS CPO k c P P 1 1 1 1   Tahap kedua, harga minyak goreng ditentukan oleh pabrik minyak goreng yang juga dapat mempunyai oligopoly power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar input. Dengan kata lain, harga output juga merupakan variabel yaitu invers demand minyak goreng   Q D mg sedangkan harga input merupakan konstanta CPO P . Dengan demikian, fungsi profit pabrik minyak goreng dapat dinyatakan sebagai , dengan turunan pertamanya sebagai berikut:   q k c q k Q D o mg mg 1 3    k P q CPO 1  Persamaan 6   1 3 1 c P k P k CPO mg mg mg                Universitas Sumatera Utara atau          mg mg CPO mg c P k k P   1 3 1 Dengan harga CPO yang telah ditetapkan PKS sebesar        CPO PKS TBS CPO k c P P 1 1 1 1   atau   1 , c Q D P PKS CPO CPO   , yang menunjukkan inverse demand CPO oleh pabrik minyak goreng, given market power index PKS dan biaya marjinal pengolahan TBS menjadi CPO maka Persamaan 6 dapat ditulis menjadi                                  1 1 1 3 1 1 c k c P P k CPO PKS TBS mg mg mg     atau                            1 1 1 3 1 1 1 c k c P k P CPO PKS TBS mg mg mg     Skenario 4 PKS dan pabrik minyak goreng dapat mempunyai successive oligopsony power. Pada skenario ini baik PKS maupun produsen minyak goreng yang berada pada rantai produsen minyak goreng mempunyai oligopsony power. Market power index successive oligopsony power diperoleh dari turunan pertama dari fungsi profit produsen minyak goreng dan PKS. Analog dengan skenario 3, dalam hal ini harga TBS juga ditentukan berdasarkan 2 tahap. Tahap pertama, harga CPO ditentukan oleh pabrik minyak goreng yang dapat mempunyai oligopsony power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar output. Dengan kata lain, harga input yang merupakan variabel yaitu invers supply dari PKS   Q S CPO sedangkan harga output merupakan konstanta mg P . Dengan demikian, fungsi Universitas Sumatera Utara profit pabrik minyak goreng dapat dinyatakan sebagai , dengan turunan pertamanya sebagai berikut:   q k c q k Q S q k P o CPO mg mg 1 1 3     Persamaan 7          CPO mg P k P k 1 1 3      o CPO PKS c  atau             CPO PKS o mg CPO c P k k P  1 1 3 Tahap kedua, harga TBS ditentukan oleh PKS yang juga dapat mempunyai oligopsony power tetapi berlaku kompetitif dalam pasar output. Dengan kata lain, harga input juga merupakan variabel yaitu invers supply TBS sedangkan harga output merupakan konstanta   Q S TBS CPO P atau   , c Q S P mg CPO CPO   yang menunjukkan inverse supply CPO oleh PKS, given market power index pabrik minyak goreng dan biaya marjinal pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Dengan demikian, fungsi profit PKS dapat dinyatakan sebagai     q c q Q S q k Q P TBS CPO PKS 1 1     , dengan turunan pertama dari fungsi profit menjadi: Persamaan 8 o TBS PKS TBS CPO c P k P 1 1 1          atau TBS PKS o CPO TBS c k P P      1 1 1 Universitas Sumatera Utara Dengan harga CPO given market power index pabrik minyak goreng pada Persamaan 7, maka Persamaan 8 dapat dinyatakan sebagai                  TBS PKS o TBS PKS o mg TBS c k c P k k P     1 1 1 1 2 1 3

4.5.2. Analisa Kesejahteraan