BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap permasalahan di dalam penelitian ini, maka disimpulkan bahwa:
1. Putusan hakim dalam kasus merek kinotakara terhadap perbuatan PT Royal Body
Care Indonesia yang mendaftarkan merek kinotakara yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek kinotakara milik K-Link
Sendirian Berhad hanya dikualifikasikan sebagai persaingan curang unfair competition dalam segala bentuk dan menyesatkan anggota masyarakat
misleading society sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.426 PKPdt1994 yang melarang bagi siapapun melakukan persaingan curang unfair
competition dalam segala bentuk yang bisa menyesatkan anggota masyarakat misleading the society. Berdasarkan penilaian dan pertimbangan hukum,
putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung pada proses Peninjauan Kembali menolak pernyataan K-Link Sendirian Berhad sebagai pemilik satu-satunya yang
berhak atas merek dagang kinotakara di Indonesia sebab bukti-bukti dan novum yang diajukan oleh K-Link Sendirian Berhad tidaklah cukup memberikan
kepastian bahwa benar K-Link Sendirian Berhad adalah pihak yang berhak atas merek Kinotakara di indonesia. Secara yuridis, bukti-bukti dan novum yang
diajukan oleh K-Link Sendirian Berhad tersebut sangatlah lemah.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dalam putusan hakim terhadap merek Prada dijatuhkan karena dalam proses persidangan, terdapat fakta-fakta yang menunjukkan bahwa Fahmi Babra telah
menggunakan merek dagang pihak lain PREFEL S.A. dengan tanpa hak sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.150KPdt1984 yang
menyebutkan bahwa terhadap pendaftaran merek yang sama, baik bentuk huruf maupun tulisannya sama dengan merek milik orang lain dikwalifisir sebagai
pendaftar yang beritikad tidak baik. Selain itu, turut digugatnya Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq. Direktorat Merek dalam perkara merek Prada adalah
untuk memenuhi Pasal 68 ayat 3 UU Merek dan agar dapat melaksanakan pembatalan pendaftaran merek Prada yang terdaftar No.328996 dan No.329217 atas
nama Fahmi Babra dari Daftar Umum Merek serta mengumumkannya dalam berita Resmi Merek sebagaimana ditentukan Pasal 70 ayat 3 UU Merek.
2. Pembuktian itikad tidak baik dalam kasus pendaftaran merek di Indonesia
menyangkut langsung dengan masalah pembagian beban pembuktian, dimana penggugat harus membuktikan dalil bahwa merek yang telah dimilikinya telah
terdaftar lebih dahulu di wilayah hukumnya melalui alat-alat bukti yang diajukan. Sementara tergugat juga harus mampu membuktikan dengan dalil-dalilnya bahwa
itikadnya tidak sengaja membonceng merek lain yang sudah terkenal. Selain itu hal-hal yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek lain atau merek terkenal yang telah terdaftar terlebih dahulu dan merek tersebut telah banyak digunakan atau dikenal oleh masyarakat umum. Itikad tidak
baik yang dilakukan oleh PT. Royal Body Care Indonesia terhadap merek
Universitas Sumatera Utara
Kinotakara apabila dilihat dari kata-katanya, mempunyai persamaan secara keseluruhan dan mempunyai persamaan pada pokoknya, sehingga dapat
mengecohkan atau menyesatkan masyarakat. Berdasarkan alat bukti, PT. Royal Body Care Indonesia terbukti telah beritikad tidak baik dengan sengaja
membonceng dan meniru merek Kinotakara milik K-Link Sendirian Berhad yang telah terdaftar lebih dahulu sejak tahun 2001 di Indonesia.
3. Upaya hukum terhadap suatu merek yang didaftarkan atas dasar itikad tidak baik
dapat dilakukan melalui penghapusan merek dari DUM atas prakarsa Direktorat Jenderal HKI atau melalui permohonan dari pemilik merek terdaftar atau perintah
pengadilan melalui gugatan pambatalan dari pihak ketiga melalui Pengadilan Niaga. Dalam hal litigasi, pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan Niaga atas adanya pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk
barang atau jasa yang sejenis berupa: Gugatan ganti rugi, danatau Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut. Ganti rugi
dimaksud dapat berupa ganti rugi materiil berupa kerugian yang nyata dan dapat dinilai dengan uang dan ganti rugi immateril berupa tuntutatn ganti rugi yang
disebabkan oleh penggunaan merek dengan tanpa hak itu mengakibatkan pihak yang berhak menderita kerugian secara moral.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran