dari DUM, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan penghapusan pendaftaran merek, mengakibatkan berakhirnya perlindungan
hukum atas merek yang bersangkutan.
2. Upaya Pembatalan Merek Terdaftar
Pengaturan mengenai pembatalan merek terdaftar dapat ditemukan dalam Pasal 68 sampai dengan Pasal 72 UU Merek. Lain halnya dengan penghapusan
terhadap pendaftaran merek terdaftar hanya dapat diajukan pihak yang berkepentingan atau pemilik merek, baik dalam bentuk permohonan kepada
direktorat Jenderal HKI atau gugatan kepada Pengadilan Niaga atau Pengadilan Niaga Jakarta bila penggugat atau tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Negara
Republik Indonesia dengan dasar alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 beritikad tidak baik, Pasal 5 tidak dapat didaftar dan Pasal 6 ditolak UU Merek
yang mengatur mengenai merek yang tidak dapat didaftar dan ditolak. Ketentuan ini dicantumkan dalam Pasal 68 UU Merek yang berbunyi:
149
1 Gugatan pembatalan pendaftaran merek dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6.
2 Pemilik merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 setelah mengajukan Permohonan kepada Direktorat Jenderal.
3 Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan kepada
Pengadilan Niaga. 4
Dalam hal penggugat atau tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia, gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga di Jakarta.
149
Rachmadi Usman, Op. cit., hal. 362-363.
Universitas Sumatera Utara
Keharusan mengajukan permohonan pendaftaran merek kepada Direktorat Jenderal sebelum mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga karena pendaftaran
merek di Indonesia menganut sistem konstitutif sehingga apabila pihak tergugat dikalahkan, permohonan pendaftaran merek tersebut harus didaftarkan. Oleh karena
itu, jika tidak didaftarkan, pemilik merek tersebut tidak dilindungi.
150
Pihak yang berkepentingan sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal 68 ayat 1 UU
Merek bahwa yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan antara lain; jaksa, yayasanlembaga di bidang konsumen, dan majelislembaga keagamaan.
Mengenai tenggang waktu gugatan pembatalan merek terdaftar, dinyatakan dalam Pasal 69 UU Merek bahwa gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya
dapat diajukan dalam jangka waktu 5 lima tahun sejak tanggal pendaftaran merek. Namun, khusus gugatan pembatalan yang didasarkan pada alasan bertentangan
dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum dapat diajukan kapan saja tanpa adanya batas waktu. Pasal 69 UU Merek berbunyi:
1 Gugatan pembatalan pendaftaran Merek hanya dapat diajukan dalam jangka
waktu 5 lima tahun sejak tanggal pendaftaran Merek. 2
Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila Merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan atau
ketertiban umum.
Pasal 70 UU Merek ditentukan bunyinya sebagai berikut: 1
Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan gugatan pembatalan hanya dapat diajukan kasasi.
2 Isi putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 segera
disampaikan oleh panitera yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan.
150
Ahmadi Miru, Op. cit., hal. 85.
Universitas Sumatera Utara
3 Direktorat Jenderal melaksanakan pembatalan pendaftaran Merek yang
bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek setelah putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Berdasarkan Pasal 70 di atas, dapat dipahami bahwa putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan gugatan pembatalan hanya dapat diajukan kasasi. Isi
putusan badan peradilan dimaksud segera disampaikan oleh panitera yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal HaKI setelah tanggal putusan diucapkan.
Direktorat Jenderal HaKI hanya akan melaksanakan pembatalan merek terdaftar yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi
Merek setelah putusan badan peradilannya diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Mengenai cara untuk melakukan pembatalan merek terdaftar, Pasal 71 UU Merek berbunyi sebagai berikut:
1 Pembatalan pendaftaran Merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan
mencoret Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan tersebut.
2 Pembatalan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberitahukan
secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari Daftar
Umum Merek, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi.
3 Pencoretan pendaftaran suatu Merek dari Daftar Umum Merek sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diumumkan dalam Berita Resmi Merek. 4
Pembatalan dan pencoretan pendaftaran Merek mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas Merek yang bersangkutan.
Pasal 71 di atas menegaskan pengaturan atas pembatalan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal HKI dengan cara mencoret merek yang bersangkutan dari DUM
dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal pembatalannya dan
Universitas Sumatera Utara
memberitahukannya secara tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya. Isi dalam surat pemberitahuan harus menyebutkan secara jelas alasan pembatalannya dan
menegaskan bahwa sejak tanggal pencoretan dari DUM, Sertifikat Mereknya dinyatakan tidak berlaku. Pencoretan dimaksud harus diumumkan dalam Berita
Resmi Merek. Sehingga dengan adanya pembatalan dan pencoretan merek terdaftar dari DUM, membawa konsekwensi hukum menjadi berakhirnya perlindungan hukum
atas merek yang bersangkutan.
151
Pembatalan dan penolakan terhadap merek berkaitan dengan Pasal 72 UU Merek, selengkapnya ditentukan dalam Pasal 72 UU Merek yaitu: ”Selain alasan
pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat 1, terhadap Merek Kolektif terdaftar dapat pula dimohonkan pembatalannya kepada Pengadilan Niaga apabila
penggunaan Merek Kolektif tersebut bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 1”. Ketentuan dalam Pasal 72 UU Merek di atas
menentukan bahwa selain alasan di atas, terhadap merek kolektif dapat pula dimohonkan pembatalannya kepada Pengadilan Niaga apabila penggunaan merek
kolektif bertentangan dengan ketentuan Pasal 50 ayat 1 UU Merek yaitu persyaratan permohonan pendaftaran merek kolektif.
152
Konsep pembatalan merek berbeda dengan penghapusan merek. Pembatalan merek menurut Dwi Rezki Sri Astarini
153
didasarkan kepada Pasal 4 yang intinya adalah karena pemohon terkait dengan itikad tidak baik; Pasal 5 dan Pasal 6 UU
151
Julius Rizaldi, Op. cit., hal. 269-270.
152
Rachmadi Usman, Op. cit., hal. 364.
153
Dwi Rezki Sri Astarini, Op. cit., 54.
Universitas Sumatera Utara
Merek. Oleh karena pembatalan itu, negara tidak bisa memberikan perlindungan hukum terhadap merek-merek yang dibatalkan.
3. Gugatan Ganti Rugi Terhadap Pihak yang Beritikad Tidak Baik