Pemanfaatan Jaringan Sosial Dalam Pengembangan Usaha

produk yang hampir serupa tapi juga melihat dari kualitas barangnya. Berikut hasil wawancara dengan salah satu pelanggan pengrajin sepatu : “terkadang untuk menentukan harga jual sepatu kami mengalami sedikit kebingungan karena harus menentukan harga yang terjangkau pembeli, namun juga harus memperhatikan biaya yang sudah kami keluarkan untuk membuat sepatu”. wawancara dengan informan Ningsih, 2011 Pengembangan produk sepatu ini biasanya di ikuti dengan adanya suatu ide, pengembangan ide, pembuatan percobaan, analisis usaha, dan percobaan penjualan dipasar dalam Buchari,2000. Upaya untuk meningkatkan omset penjualan, para pengrajin sepatu adalah dengan selalu tepat waktu bila ada pesanan dan inovasi lain adalah antara lain : 1. harga yang terjangkau, 2. Melakukan inovasi-inovasi dalam bentuk kreasi, 3. Promosi-promosi seperti ramah kepada setiap pembeli, 4. Promosi yang dilakukan dari pembeli ke pembeli.

4.5. Pemanfaatan Jaringan Sosial Dalam Pengembangan Usaha

Dalam Jaringan sosial terdapat pada kelompok sosial yang terbentuk secara tradisionalpedesaan berdasarkan kesamaan garis keturunan linige. Pengalaman- pengalaman sosial turun-temurun repated social experiences dan kesamaan kepercayaan pada dimensi Ketuhanan religious belief cenderung memiliki kohesifitas yang tinggi Hasbullah,2006 : 63. Tetapi rentang jaringan maupun kepercayaan yang terbangun sanagt sempit, sebaliknya pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dengan cirri pengolahan organisasi Universitas Sumatera Utara yang lebih modern dan akan memliki partisipasi yang lebih baik dengan memiliki tingkat partisipasi yang lebih baik dengan memiliki rentang jaringan yang luas. Jaringan sosial juga memunculkan peranan penting dalam penjualan. Jaringan tersebut merupakan ikatan antar pribadi yang mengikat para pengrajin, melalui ikatan kekerabatan, persahabatan dan komunitas yang sama. Jaringan sosial memudarkan pengrajin dalam bertahan ditengah kota yang sangat maju. Jaringan sosial yang dimaksud adalah bentuk pertukaran informasi dan dukungan finansial. Selain untuk mengembangkan usaha perdagangan dan dengan diperluasnya jaringan untuk mengembangkan penjualan sepatu, ada juga pembentukan dengan melalui adanya jaringan sosial yang dijalankan oleh pengrajin sepatu antara lain : 4.5.1. Hubungan kerjasama pengrajin dengan pedagang perantara Pengrajin sepatu memperolah barang daganganproduk dari toko-toko yang menjual perlengkapan sepatu. Pengrajin ini dalam memasarkan produknya terkadang melalui pedagang perantara. Dalam hal ini pengrajin sepatu dan pedagang perantara merupakan distributor dalam kegiatan pemasaran. Saluran distribusi ini sangat menentukan dalam kegiatan pemasaran barang dagangan atau produk yang berfungsi untuk memperlancarkan arus barangjasa dari produsen ke konsumen akhir. Karena itu produsen sangat membutuhkan kerja sama dengan pengrajin sepatuperantara untuk menjual barang daganganproduk ke konsumen akhir. Kerja sama yang baik antara pengrajin sepatu dengan produsen akan menciptakan kekuatan dalam mengantisipasi pasar. Produsen akan memusatkan Universitas Sumatera Utara perhatian kepada manufacturing sehingga dapat menghasilkan barang dagangan atau produk bermutu. Berikut hasil wawancara dengan salah satu pengrajin sepatu : “kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan agen,,karena sama-sama membutuhkan sehingga kami saling mempercayai.” Wawancara dengan Informan Tomy,2011 Kerja sama pengrajin sepatupedagang dengan produsen sebagai distributor atau organisasi penyalur diperlukan untuk membentuk mata rantai pemasaran yang saling kohesif dalam melayani konsumen. Artinya tanpa kerja sama pelayanan yang maksimal terhadap konsumen sebagai target pemasaran tidak akan tercapai. Oleh karena itu kerja sama bertitik tolak pada kesadaran bahwa masing-masing berfungsi dengan spesialisasiya sendiri-sendiri untuk melayani konsumen. 4.5.2. Hubungan Kerja Sama Antar Pengrajin Sepatu. Pada wilayah PIK ini, jaringan sosial terbangun dari hubungan sosial yang didasarkan pada kepercayaan dan bersifat kekeluargaan. Keakraban antara pengrarajin yang satu dengan yang lainnya dapat digambarkan dari komunikasi yang terjalin. Hal-hal yang dijadikan bahan perbincangan oleh para pengrajin biasanya mengenai seputar kehidupan sosial pengrajin. Jaringan sosial yang terbangun menumbuhkan rasa solidaritas antar sesama pengrajin tanpa harus memandang latar belakang yang berbeda. Sering pula pedagang yang satu berkunjung ke rumah Universitas Sumatera Utara pengrajin lain untuk meningkatkan silahturahmi pada hari-hari biasa atau pada hari- hari tertentu. Seperi undangan pernikahan atau hari besar keagamaan. Meskipun sering sekali terjadi persaingan antar pengrajin, akan tetapi persaingan yang terjadi di antara mereka tidak membuat mereka bersikap dingin dan saling membenci. Persaingan yang tampak melalui kesenjangan harga jual dan harga beli bahan baku tidak mengakibatkan hubungan keseharian diantara para pengrajin menjadi renggang. Bentuk hubungan atau jaringan sosial yang terjalin diantara para pengrajin adalah saling kenal, persahabatan dan kekeluargaan. Hal ini diketahui melalui intensitas mereka dalam bertemu dan berdiskusi bersama tentang usaha sepatu. Berikut hasil wawancara dengan pengrajin: “hubungan kami dengan sesama pengrajin lainnya, ya baik,, memang persaingan sih ada aja, tapi kan masak gara-gara saingan terus kita saling benci kan nggak.. lagi pula kita disin sudah lama tinggal dan sudah saling mengenal.” Wawancara dengan Informan Ningsih, 2011 Hubungan antara pengrajin sepatu juga didasari oleh perasaan senasib yaitu mempunyai profesi yanga sama. Adanya hubungan sesama pengrajin dilatarbelakangi oleh sikap solidaritas, hal ini terjadi karena setiap harinya para pengrajin ini sering tatap muka dan bertempat tinggal di daerah yang sama. Para pengrajin mempunyai perasaan senasib dan sepenanggungan, sehingga rasa solidaritasnya menjadi kuat yang tercemin dari hubungan sesama pengrajin sepatu terjadi dengan baik. Berikut hasil wawancara dengan salah satu pengrajin sepatu: Universitas Sumatera Utara “…hubungan kami dengan teman sesama ya baik,,saling memerlukan satu sama lain,Jika ada teman kami lagi susah ya kami berkewajiban memberikan pertolongan”. Wawancara dengan Informan Suhardi,2011 Dengan terpeliharanya hubungan sosial, transaksi-transaksi ekonomi dapat berjalan dengan lancar. Perputaran barang yang melibatkan jaringan pengrajin dapat berlangsung dengan baik karena ditopang oleh hubungan sosial yang baik pula. Berikut hasil wawancara dengan salah satu pengrajin : “ tanpa jaringan nggak mungkin bisa sendirian, modal nggak akan ada apa-apanya tanpa jaringan… Kita kan hidup butuh orang lain. Saya bagian kecil dari jaringan yang luas ini…. hubungan juga udah kayak keluarga.” Wawancara dengan Informan Supri,2011 4.5.3. Hubungan Kerjasama Pengrajin dengan Pemasok Bahan Baku Salah satu kegiatan yang paling penting bagi pengembangan usaha, pengrajin menghasilkan produk tesebut adalah bagaimana cara berproduksi agar diperoleh keuntungan yang dikehendaki oleh perusahaan. Pengrajin sangat membutuhkan bahan baku untuk memproduksi sepatu. Kebanyakan dari sekitar wilayah PIK Menteng ini, untuk mekanisme pembelian bahan baku dengan menggunakan beberapa cara pembelian seperti : 1. Tunai dimana pembayaran dilakukan dengan prinsip ada uang ada barang, cara pembayaran bahan baku sepatu ini dilakukan pengrajin dengan agen yang baru dikenalnya. Universitas Sumatera Utara 2. Campuran dimana dalam pembelian bahan baku dibayar dimuka dengan panjar kemudian sisa pembayaran dibayar beberapa hari kemudian. Sistem ini dilakukan untuk memastikan agar bahan tersebut akan di beli dan benar-benar tersedia, sehingga pengrajin tidak merasa khawatir akan kekurangan bahan baku, pembayaran dengan sistem ini hanya bisa dilakukan terhadap para pemasok tetap dan telah mengenal lama. Pengrajin telah memiliki hubungan yang erat terhadap pemasok tersebut. 3. Kredit, dimana dalam pembelian bahan baku dilakukan dengan sistem cicilan tanpa uang muka. Sistem pembayaran ini biasanya dilakukan oleh pengrajin sepatu dengan agen tetap atau agen langganan. 4.5.4. Hubungan Kerjasama Pengrajin dengan Pelanggan Hubungan pengrajin dengan pelanggan terjadi setelah adanya transaksi jual beli dilakukan secara berulang-ulang. Relasi yang terbangun membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. Interaksi sosial yang intens berperan dalam membangun hubungan langganan. Antara pengrajin dengan pelanggan terjalin hubungan klientisasi. Hubungan ini secara ekonomi berpengaruh terhadap penetapan harga. Sikap saling percaya yang tumbuh antara pengrajin dengan pelanggan mendasari hubungan klientisasi yang terus konsisten. Rasa percaya tidak muncul secara kebetulan. Fondasi kepercayaan dibangun melalui rentang waktu yang cukup lama. Setelah itu bangunan kepercayaan harus di uji kekokohannya melalui proses yang menuntut nilai kejujuran dan sikap memgang janji yang disepakati. Universitas Sumatera Utara Di satu sisi pengrajin berusaha untuk terus untuk memperoleh keuntungan maksimal. Dan di sisi lain, pelanggan berusaha memaksimumkan penggunaan dan efesiensi harga. Namun demikian, tujuan-tujuan tersebut dapat terfasilitasi melalui hubungan klientisasi yang berhasil dibangun. Dari para pengrajin yang berhasil diwawancarai di lokasi penelitian, apa yang mendasari pengrajin memberikan kepercayaan kepada pelanggan adalah : 1. Bertujuan untuk mencari banyak pelanggan. 2. Untuk memperoleh omset dan keuntungan yang sebesar-besarnya. 3. Dengan kepercayaan, diharapkan agar jaringan lebih terbangun dan semakin luas. Hal ini dapat terungkap melalui penuturan salah satu pengrajin : “ Kalau mau banyak dapat langganan,kita harus percaya sama orang. Banyak pelanggan banyak untung,, kenapa saya berani memberi kepercayaan sama pelanggan,,biar resikonya tinggi, tapi barang dapat terjual.. resiko yang tinggi, biasanya rezeki juga tinggi. Dengan begitu pelanggan nggak akan lari dari kita. Saya juga nggak sembarangan buat kayak gitu. Pelanggan yang jujur dan sealu nepatin janji yang bisa diajak kerjasama.” Wawancara dengan Informan Ningsih,2011

4.6. Pengaruh Masuknya Sepatu Dari Luar Atau Impor