Penentuan Akurasi dan Presisi Baku Kurkumin dalam Sampel

mengubah bentuk kristal menjadi amorf. Jadi sistem dispersi padat dengan proporsi drug load yang kecil akan menghasilkan disolusi yang lebih tinggi. Gambar 6. Grafik hubungan antara persentase ekstrak-PVP yang terdisolusi dalam waktu Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi kurkumin dapat dilihat dengan membandingkan Disolusi Efisiensi DE tiap formula. DE merupakan perbandingan luas di bawah kurva disolusi dengan luas segi empat seratus persen zat aktif larut dalam medium pada waktu selesainya cuplikan disolusi. Penggunaan DE menggambarkan profil dari disolusi tiap formula. Dalam penggambaran hasil uji disolusi memiliki keuntungan salah satunya adalah dengan satu ekspresi, dapat terungkap semua titik yang ada dalam kurva uji disolusi, sehingga banyak formula dapat dibandingkan Fudholi, 2013. Penghitungan DE pada menit ke 120, hasil disolusi efisiensi dinyatakan tabel VII. 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 T e rd is o lu si Waktu menit

1:1 1:2

1:4 Tabel VIII. Perbandingan Disolusi Sampel Waktu Perbandingan Disolusi Sampel

1:1 1:2

1:4 Rata-rata

Disolusi Rata-rata DE Rata-rata Disolusi Rata-rata DE Rata-rata Disolusi Rata-rata DE 0,00 0,00 0,00 5 2,44 2,09 5,83 10 7,98 10,73 35,57 15 25,47 30,04 52,53 30 37,59 53,64 83,37 45 43,19 70,26 96,70 60 51,96 86,50 82,48 120 59,54 43,77 76,28 64,63 63,19 70,18 Dilakukan Uji statistik untuk pengujian normalitas data digunakan uji Shapiro-Wilk . Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk, nilai signifikansi p value untuk Formula 1, Formula 2 dan Formula 3 masing- masing nilai p ≥ 0,05. Nilai p ≥ 0,05 pada kelompok data menunjukkan distribusi normal. Untuk mengetahui variansi dari semua data sama atau tidak, maka dilakukan Levene test, setelah diuji didapatkan nila p sebesar 0.2898 , karena nila p ≥ 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variansi dari data tersebut adalah sama. Semua kelompok data terdistribusi normal, artinya kelompok data tersebut merupakan data parametrik, sehingga dilakukan uji selanjutnya melalui ANOVA . ANOVA digunakan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan DE pada menit ke 120. Dari ANOVA didapatkan nilai p adalah 0.0208 p 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan DE pada menit ke 120 antara masing- masing formula. Selanjutnya dilakukan uji t untuk melihat apakah ada perbedaan dari suatu observasi berpasangan dengan memperhitungkan besarnya selisih-selisih dari dua kelompok data. Dari uji t, Formula 3 dibandingkan dengan Formula 1, menghasilkan nilai p ≥ 0,05, maka Ho diterima dan DE Formula 3 lebih besar daripada DE Formula 1. Formula 3 dibandingkan dengan Formula 2, menghasilkan nilai p ≥ 0,05, maka Ho diterima dan DE Formula 3 lebih besar daripada DE Formula 2. Formula 2 dibandingkan dengan Formula 1, menghasilkan nilai p ≥ 0,05, maka Ho diterima dan DE Formula 2 lebih besar daripada DE Formula 1. Kesimpulan dari uji statistik ini, urutan DE dari yang besar ke kecil adalah dari Formula 3 Formula 2 Formula 1. 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proporsi drug load dengan pembawa dalam dispersi padat mempengaruhi proses disolusi. Dari hasil yang didapat, dispersi padat drug load 2,4 pada Formula 3 dengan perbandingan ekstrak temulawak : PVP 1:4. memberikan DE yang paling besar daripada pada drug load 4 pada Formula 2 dan 6 pada Formula 1. Semakin meningkatnya jumlah PVP dalam dispersi padat maka akan mudah untuk terdisolusi.

B. Saran

Perlu dilanjutkan penelitian mengenai uji bioavailabilitas.

Dokumen yang terkait

Pengaruh rasio polivinil pirolidon K30 / Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap disolusi kurkumin.

2 7 60

Pengaruh rasio poloxamer 407/Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin.

0 2 64

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying.

0 2 87

Pengaruh rasio polivinil pirolidon K30 Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap disolusi kurkumin

1 2 58

Pengaruh rasio poloxamer 407 Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin

2 2 62

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator.

1 3 90

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying

1 3 85

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) dengan spray drying

0 2 94

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 - USD Repository

0 1 102

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator - USD Repository

0 0 88