Pengamatan nilai Retardation Factor Rf dan Pembuatan Kurva Baku

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pembuatan kurva baku dari tabel III diperoleh nilai r untuk replikasi I = 0,9979, replikasi II = 0,9999 dan replikasi III = 0,9979. Nilai r yang baik dari ketiga replikasi ini menunjukkan bahwa metode KLT-densitometri yang digunakan memenuhi persyaratan kriteria validasi linearitas. Hubungan linear ini menunjukkan hubungan antara konsentrasi dengan AUC dimana dengan meningkatnya konsentrasi maka akan meningkat pula respon dalam bentuk AUC yang dihasilkan demikian juga sebaliknya. 4. Selektivitas Selektivitas merupakan kemampuan metode penetapan kadar kurkumin dalam Temulawak secara akurat dan memisahkan secara selektif semua komponen yang terdapat dalam sampel. Pertama kali sampel dilarutkan dalam etanol p.a., untuk mengambil kurkumin dari sampel dilakukan ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan meletakkan pada ultrasonikator. Ultrasonikator mengeluarkan gelombang ultrasonik untuk memberikan getaran maksimal yang akan mendorong keluarnya kurkumin dari sampel. Kurkumin yang keluar tersebut akan terlarut dalam etanol. Namun terdapat komponen senyawa dalam sampel yang juga memiliki kelarutan yang baik dalam etanol, seperti demetoksikurkumin dan bis- demetoksikurkumin, sehingga dapat ikut terekstraksi bersama kurkumin. Oleh karena itu, selektivitas yang baik dari suatu metode sangat diperlukan untuk mengukur analit secara akurat tanpa terganggu oleh komponen lain. Parameter dari selektivitas adalah spesifisitas, yang dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan nilai Rf analit dari baku dengan nilai Rf analit dari sampel. Nilai Rf ini merupakan parameter analisis kualitatif suatu senyawa analit dalam campuran pada metode KLT, sehingga dapat digunakan sebagai parameter selektivitas. Parameter lain dari selektivitas adalah resolusi, dimana suatu metode dikatakan memiliki selektivitas yang baik apabila memiliki nilai resolusi 1,5. Dari hasil perbandingan nilai Rf baku dan analit dalam sampel menunjukkan nilai yang hampir sama. Nilai Rf rata-rata dari baku adalah 0,62 dan nilai Rf rata-rata dari analit di dalam sampel adalah 0,61. Resolusi yang diperoleh menunjukkan nilai resolusi 1,5. Dari hasil yang diperoleh metode ini memiliki selektivitas yang baik. 5. Range Range merupakan interval antara konsentrasi analit pada level bawah sampai konsentrasi pada level atas dalam sampel. Interval tersebut harus memenuhi parameter linearitas, akurasi, dan presisi. Range konsentrasi dalam metode ini adalah 50- 350 gml. Pada range ini menunjukkan area analisis yang memenuhi parameter linearitas, akurasi, dan presisi.

H. Penentuan Akurasi dan Presisi Baku Kurkumin dalam Sampel

Penentuan akurasi dan presisi baku kurkumin dalam sampel dilakukan dengan metode adisi. Metode adisi dilakukan dengan menambahkan baku kurkumin ke dalam sampel. Penambahan baku ke dalam sampel diamati terjadinya penambahan luas area. Apabila luas area pada peak tersebut bertambah ketika baku kurkumin ditambahkan maka dapat dipastikan bahwa peak yang dimaksud merupakan peak dari kurkumin. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi penambahan luas area pada peak yang memiliki nilai Rf yang sama dengan nilai Rf pada baku kurkumin. Dapat disimpulkan peak tersebut merupakan kurkumin, sehingga dapat dilakukan penentuan akurasi dan presisi baku kurkumin dalam sampel. Penentuan akurasi dan presisi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa akurat metode ini dalam mengukur respon baku kurkumin yang terdapat dalam sampel. Tabel menunjukkan akurasi dan presisi kurkumin dalam sampel. Tabel VI. Recovery dan CV baku kurkumin dalam sampel Rep Recovery CV 1 98,72 2,74 2 103,07 3 104,01 4 97,86 5 99,37 Dilakukan 5 replikasi dengan menambahkan konsentrasi 90 gml baku ke dalam sampel. Menurut USP, nilai recovery yang dapat diterima yaitu 95- 105 dan nilai CV ≤ 16. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa metode KLT-Densitometri ini dapat mengukur analit dalam sampel secara akurat.

I. Uji Disolusi

Pada uji disolusi, menunjukkan bahwa campuran fisik isolat ekstrak temulawak-PVP tidak terdisolusi atau tidak bisa dikatakan terlarut karena tidak jernih dan membentuk suatu medium yang keruh dan mirip dengan suspensi.

Dokumen yang terkait

Pengaruh rasio polivinil pirolidon K30 / Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap disolusi kurkumin.

2 7 60

Pengaruh rasio poloxamer 407/Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin.

0 2 64

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying.

0 2 87

Pengaruh rasio polivinil pirolidon K30 Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap disolusi kurkumin

1 2 58

Pengaruh rasio poloxamer 407 Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin

2 2 62

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator.

1 3 90

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying

1 3 85

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) dengan spray drying

0 2 94

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 - USD Repository

0 1 102

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator - USD Repository

0 0 88