Pembobotan Sistem PEARLS PEMBAHASAN

D. Pembahasan Masalah

Pada bagian ini, penulis akan membahas permasalahan yang diteliti, yakni menyangkut kinerja keuangan CU Satu Hati apakah dalam keadaan sehat atau tidak atas dasar pengolahan data yang sudah dilakukan oleh penulis pada bagian sebelumnya, mulai dari perhitungan sistem PEALS , kemudian dilakukan pengolahan lanjutan pada tabel formulir penilaian kinerja keuangan, yang pada tabel tersebut membantu dalam menentukan tingkat kesehatan suatu credit union melalui score yang sudah ditentukan. Hasil dari pengolahan data tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Dalam menjawab permasalahan yang pertama, dapat dilihat pada pengolahan tabel uji kesehatan yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan PEARLS untuk menentukan tingkat kesehatan CU Satu Hati dari tahun 2014 sampai pada tahun 2016 dan menggunakan penerapan score . Hasil dari perhitungan tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Kesehatan Kinerja Keuangan CU Satu Hati tahun 2014 Pada perhitungan tabel mengenai kinerja keuangan CU Satu Hati, didapatkan score keseluruhan dari perhitungan PEARLS , yakni sebesar 2 dua angka ini merupakan hasil pembagian rata-rata dari score seluruh komponen atau indikator PEARLS , yang mewakili score kinerja keuangan CU Satu Hati, kemudian angka tersebut dicocokkan pada tabel range untuk mengukur tingkat kesehatan credit union , dan angka tersebut berada pada kisaran range 1,75 – 2,5 yang menandakan kinerja keuangan CU Satu Hati pada tahun 2014 dalam keadaan cukup sehat atau cukup baik yang mendapat predikat Fair. Angka rata-rata tersebut kecil karena dipengaruhi oleh beberapa Indikator PEARLS yang memperoleh score rendah atau predikat poor , sehingga berpengaruh dalam penilaian kesehatan credit union yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator yang tidak ideal atau berada pada predikat poor , seperti P2 yang disebabkan karena tidak tersedianya dana cadangan risiko untuk menutupi pinjaman lalai dibawah 12 bulan, dan hanya dapat menutupi 91,50 dari jumlah pinjaman yang lalai yangdampaknya ada pada likuiditas modal lembaga. Dana cadangan risiko diperoleh dari SHU, sehingga untuk meningkatkan dana cadangan risiko diperlukan meningkatkan persentase dana cadangan dari pembagian SHU. Namun, apabila modal lembaga yang terbatas tidak dapat menutupi tingginya kelalaian pinjaman, maka dampak yang ditimbulkan adalah pada likuiditas aset, dengan kata lain aset yang dimiliki digunakan untuk menutupi pinjaman yang lalai. Sedangkan untuk indikator A2 mengenai jumlah aset yang tidak menghasilkan pada total aktiva diperoleh persentase sebesar 28,74 sangat melebihi standar yang dianjurkan yakni sebesar 5, angka persentase ini akan dapat semakin kecil apabila jumlah simpanan saham maupun non saham anggota CU semakin meningkat dan CU tidak melakukan pembelian dalam bentuk aset tetap. Selain itu juga indikator E1 mengenai pinjaman yang beredar menunjukkan posisi tidak ideal disebabkan oleh kurangnya minat anggota untuk melakukan pinjaman dibuktikan dengan perhitungan jumlah pinjaman anggota hanya sebesar 46,25 dari total aset dan jauh dari standar yang ditetapkan yakni 70-80, dampaknya yakni pada menurunya tingkat perolehan pendapatan dan likuiditas modal lembaga. Sedangkan likuiditas yang dinyatakan pada indikator L1 berada pada posisi yang tidak ideal, hal ini dikarenakan persentase dana likuid jauh diatas persentase yang seharusnyayakni mencapai 58,52 sedangkan yang diharapkan adalah minimal 15 terhadap total simpanan non saham dan tidak melebihi 20 terhadap total aset, terlalu besarnya aset yang tidak menghasilkan dan tingkat investasi berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh.Dampaknya yakni untuk CU sendiri karena tidak beroperasi sebagaimana mestinya dan dibebankan dengan biaya yang dikeluarkan semakin besar, baik itu biaya bunga simpanan anggota maupun biaya operasional CU, dan dampak yang lebih buruk lagi yakni dapat melupakan jati diri koperasi itu sendiri. Indikator E5 berada pada posisi yang tidak ideal karena persentase melebihi standar yang diharuskan yakni mencapai 85,79. Angka ini berkaitan dengan ketidakstabilan keuangan yang bepengaruh terhadap besarnya likuiditas, jumlah pinjaman beredar, dan juga berkaitan dengan besarnyabiaya bunga simpanan non saham yang dibayarkan kepada anggota. Dalam hal ini, angka persentase tersebut lebih dari standar dikarenakan anggota cenderung menabung dibandingkan dengan melakukan pinjaman. Sedangkan dampak dari tidak idealnya indikator A1 mengenai anggota yang lalai untuk membayar kewajibannya, disebabkan oleh berbagai macam faktorseperti anggota lupa untuk membayar angsuran pinjaman, anggota mengalami kesulitan mengangsur, dan karena faktor kurang pahamnya anggota mengenai hak dan kewajibannya menjadi anggota CU itu sendiri, indikator ini berpengaruh pada tingkat perolehan pendapatan dalam bentuk bunga pinjaman yang diterima. Semakin tinggitingkat kelalaian pinjaman maka akan semakin menurunnya tingkat perolehan pendapatan dari bunga pinjaman yang digunakan untuk membiayai operasional CU, juga kebutuhan jangka pendek CU, dan tentunya berpengaruh terhadap pembentukan modal lembaga yang diperoleh dari pembagian SHU. Modal Lembaga bersih dinyatakan dalam indikator E9 yang memperoleh persentase sebesar -0,45 jauh dibawah standar ideal, sedangkan standar idealnya adalah minimal sebesar 10. Karena indikator ini digunakan untuk pembelanjaan aktiva tetap dan untuk menanggulangi sementara kedit lalai yang terjadi.Selain itu juga, biaya operasional yang dinyatakan pada indikator R9 berada pada posisi yang tidak ideal meskipun berada pada predikat Fair yakni sebesar 6,60 yang menandakan bahwa kinerja CU sudah cukup baik namun masih terlalu besar sehingga kurang efisien dalam kegiatannya oleh karena itu perlu dikurangi atau ditekan kembali biaya operasionalnya supaya lebih efisien. Karena dengan semakin kecil maupun besarnya persentase biaya operasional dari standar yang dianjurkan berdampak pada pertumbuhan maupun tingkat perolehan pendapatan CU dan tingkat efisiensi pengelolaan. b. Kesehatan Kinerja Keuangan CU Satu Hati tahun 2015 Untuk tingkat kesehatan CU Satu Hati pada tahun 2015, didapatkan score keseluruhan dari perhitungan PEARLS yakni sebesar 1,92 yang mewakili score kinerja keuangan CU Satu Hati pada tahun tersebut. Angka tersebut berada pada kisaran range 1,75 – 2,5 yang menandakan kinerja keuangan CU Satu Hati pada tahun 2015 dalam keadaan cukup sehat atau cukup baik yang mendapat predikat Fair. Angka ini kecil dan lebih kecil dari tahun yang sebelumnya karena dipengaruhi oleh beberapa indikator PEARLS yang memperoleh score rendah, sehingga berpengaruh dalam penilaian kesehatan credit union yang dijelaskan sebagai berikut. Indikator yang tidak ideal, seperti P2 disebabkan karenadana cadangan risiko untuk menutupi pinjaman lalai dibawah 12 bulan hanya dapat menutupi 13,68, namun sudah lebih baik dari tahun sebelumnya karena sudah memiliki ketersediaan dana cadangan risiko. Tidak idealnya indikator P2 berdampak pada likuiditas modal lembaga. Apabila modal lembaga yang terbatas tidak dapat menutupi tingginya kelalaian pinjaman, maka dampak yang ditimbulkan adalah pada likuiditas aset, dengan kata lain aset yang dimiliki digunakan untuk menutupi pinjaman yang lalai. Sedangkan untuk indikator A2 mengenai jumlah aset yang tidak menghasilkan pada total aktiva diperoleh persentase sebesar 24,05 masih melebihi standar yang dianjurkan yakni sebesar 5, namun sudah semakin baik dari tahun yang sebelumnya. Angka persentase ini akan dapat semakin kecil lagi apabila jumlah simpanan saham maupun non saham anggota CU mengalami peningkatan dan CU tidak melakukan pembelian dalam bentuk aset tetap. Selain itu juga tidak idealnya indikator E1 mengenai jumlah pinjaman yang beredar yang masih jauh dari standar yang diharapkan berdampak pada menurunya tingkat perolehan pendapatan dan likuiditas modal lembaga. Pinjaman yang beredar pada tahun 2015 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 46,21, anggota cenderung menabung indikator E5 dibandingkan melakukan pinjaman, maka untuk menghindari dampak tersebut, diperlukan upaya-upaya untuk membuat anggota tertarik dengan produk pinjaman yang ditawarkan sehingga dapat meningkatkan persentase jumlah pinjaman beredar. Sedangkan likuiditas yang dinyatakan pada indikator L1 berada pada posisi yang tidak ideal yakni sebesar 60,51 dibuktikan dengan persentase dana likuid jauh diatas persentase yang seharusnya yakni minimal 15 dan maksimal 20 dari total aset dan semakin meningkat dari tahun sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan