Kolom kapiler jauh lebih kecil 0,02-0,2 mm dan dinding kapiler bertindak sebagai penyangga untuk fase diam cair. Fase ini dilapiskan pada dinding kolom
dan bahkan dapat dicampur dengan sedikit penyangga yang sangat halus untuk memperbesar luas permukaan efektif Gritter, 1991.
4. Fase diam
Fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu non polar, semi polar dan polar. Berdasarkan minyak atsiri yang non polar, maka untuk keperluan
analisis sebaiknya digunakan fase diam yang bersifat non polar juga, misalnya SE-52 dan SE-54 Agusta, 2000.
5. Suhu
Tekanan uap sangat berganung pada suhu, maka suhu merupakan faktor utama dalam kromatografi gas. Pada GC-MS terdapat tiga pengendali suhu yang
berbeda yaitu suhu injektor, suhu kolom, dan suhu detektor. a.
Suhu injektor Suhu injektor harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan sedemikian
cepat, tetapi sebaliknya suhu harus cukup rendah untuk mencegah peruraian akibat panas McNair, 1988.
b. Suhu kolom
KG didasarkan pada dua sifat senyawa yang dipisahkan, kelarutan senyawa dalam cairan tertentu dan tekanan uapnya atau keatsiriannya. Tekanan
uap bergantng langsung pada suhu, oleh karena itu suhu merupakan faktor utama dalam KG. pemisahan dapat dilakukan pada suhu tetap disebut secara isotermal
atau suhu program. Kromatografi isotermal paling baik dipakai untuk analisis
rutin atau jika banyak yang dipisahkan. Pilihan awal yang baik ialah suhu beberapa derajat di bawah titik didih komponen campuran utama. Pada
kromatografi gas suhu diprogram ini suhu dinaikkan mulai dari suhu tertentu sampai suhu tertentu yang lain dengan laju yang diketahui dan terkendali dalam
waktu tertentu Gritter, 1991. c.
Suhu detektor Detektor harus cukup panas sehingga cuplikan dan air atau hasil samping
yang terbentuk pada proses pengionan tidak mengembun McNair, 1988.
6. Detektor
Menurut McNair 1988, terdapat dua detektor yang populer yaitu detektor hantar termal DHT dan detektor pengion nyala DPN.
Prinsip dari spektrometri massa yaitu senyawa diionisasi, ion dipisahkan berdasarkan massa dan jumlah ion yang mewakili masing-masing massa
ditunjukkan dalam bentuk spektrum. Secara umum digunakan tipe Electron- Impact
EI, spektrometer massa menyerang molekul dalam fase uap dengan sinar elektron berenergi tinggi dan hasilnya ditunjukkan sebagai spektrum yang telah
dipisahkan berdasarkan massa Silverstein, 2005. Pembentukan ion molekul dan ion fragmen molekul tergantung kepada ionisasi yang dilakukan. Pada ionisasi
dengan benturan elektron menggunakan elektron voltase filamen pembangkit elektron 7 sampai 15 V diharapkan tidak terjadi fragmen dan tidak terbentuk ion
yang lebih berat dari ion molekul. Elektron degan potensial filamen 70 V memberikan elektron dengan energi cukup besar untuk pembentukan ion fragmen
molekul yang rasio mz-nya khas untuk molekul senyawa yang dianalisis. Sistem
ionisasi dan pemisahan molekul berdasarkan rasio mz-nya terjadi di dalam spektrometer pada tekanan 0,005 torr dan temperatur 200±0,25
o
C Satiadarma, 2004.
Spektrometer massa dapat digunakan untuk analisis senyawa yang telah diketahui spektrum massanya maupun senyawa yang tidak diketahui. Pada
senyawa yang telah diketahui, komputer mencari dan membandingkan spektrum massa senyawa yang diujikan dengan library dari spektra massa, sedangkan pada
senyawa yang tidak diketahui maka molekul ion, pola fragmentasi, dan bukti dari hasil spektrometri lain misal IR dan NMR dapat digunakan untuk membantu
dalam proses identifikasi senyawa baru Silverstein, 2005. Keuntungan dari spektrometri massa adalah sensitivitas yang lebih besar
dari teknis analisis lainnya, ukuran sampel yang relatif kecil dan kespesifikan yang diperlukan untuk identifikasi senyawa Satiadarma, 2004.
G. Landasan Teori