memperbesar kemungkinan terjadinya poket gingiva. Bila edema inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva umumnya juga cukup
dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel junctional epithelium dan beberapa proliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya Newman
dkk., 2006. Bila inflamasi sudah menyebar di sepanjang serabut transeptal, maka
akan terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversible
terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epitel maupun
jaringan ikat. Hal ini dikarenakan jaringan fibrosa rusak pada daerah inflamasi aktif pada beberapa daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa
dan pembentukan pembuluh darah yang baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ini merupakan karakterisitik yang sangat penting dari lesi kronis Newman dkk.,
2006.
E. Uji Potensi Antibakteri
1. Metode difusi sumuran agar
Prinsip metode difusi adalah pengukuran potensi antibakteri berdasarkan pengamatan diameter daerah hambatan bakteri karena berdifusinya obat dari titik
awal pemberian ke daerah difusi. Paper disk, lubang sumuran, atau silinder tak beralas yang mengandung senyawa antibakteri diletakkan di atas media lalu
diinkubasikan. Setelah inkubasi, diameter daerah hambatan jernih yang
mengelilingi senyawa antibakteri dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan senyawa tersebut terhadap bakteri uji Jawetz, 1996.
Metode difusi sumuran agar adalah metode yang secara umum digunakan untuk mengukur aktivitas antimikroba dari ekstrak tanaman. Pada metode ini,
sumuran diisikan bahan uji yang akan digunakan dan telah diketahui konsentrasinya yang mana bahan uji tersebut kontak langsung dengan media yang
telah diinokulasi dengan bakteri dan diameter zona jernih yang berada di sekitar sumuran diameter zona hambat diukur pada akhir masa inkubasi. Untuk
melakukan pengukuran lebih mudah menggunakan metode sumuran. Metode ini telah digunakan sejak 1998 tanpa ada kesulitan. Juga hanya dibutuhkan sedikit
sampel dan dapat dimasukkan enam hingga delapan ekstrak pada lubang sumuran pada setiap plate yang telah diberi media yang diinokulasikan satu
mikoorganisme, hal ini merupakan keuntungan dari metode sumuran Ahmad, Owais, Shahid, Aqil, 2010.
2. Metode dilusi
Metode dilusi agar adalah metode kuantitatif untuk menentukan KHM dari senyawa antimikroba. Seri dilusi dari antibiotik dibuat di agar dan dituang ke
dalam cawan petri. Mikroorganisme yang akan diujikan juga diinokulasikan ke dalam media tersebut dan diinkubasi. Kontrol juga perlu dibuat yaitu
diinokulasikan tanpa antibiotik. Kemudian diamati setelah masa inkubasi berakhir, ada atau tidaknya pertumbuhan dari bakteri. Konsentrasi yang mana
bakteri masih dapat tumbuh dikatakan menghambat dan dianggap sebagai KHM dari antibiotik. Organisme dikatakan sensitif, intermediate, atau resisten dengan
membandingkan hasil KHM Parija, 2009. Prosedur uji dilusi digunakan untuk mencari Konsentrasi Hambat Minimum KHM, yaitu konsentrasi terendah yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan Konsentrasi Bunuh Minimum KBM, yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh bakteri Universitas
Gajah Mada, 1993.
F. Gas Chromatography-Mass Spectrometri GC-MS