Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Struktur keluarga di Indonesia saat ini mengalami perubahan karena tingginya tingkat perceraian. Perceraian merupakan perpisahan secara resmi antara pasangan suami istri dan mereka tidak lagi menjalankan tugas dan kewajiban sebagai pasangan suami istri Dariyo, 2004. Sebelum berpisahnya suatu hubungan, umumnya telah terjadi konflik-konflik yang tidak terselesaikan diantara pasangan. Terkadang perceraian menjadi solusi untuk menyelesaikan konflik di dalam keluarga karena dapat mengurangi peluang bagi permasalahan yang berkelanjutan. Berdasarkan data statistik, kasus perceraian di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan perceraian hingga 70 yang tercatat di Badan Urusan Peradilan Agama Badilag Mahkamah Agung MA. Dirjen Badilag MA, Wahyu Widiana, mengatakan kasus perceraian sejak 2005 terus meningkat di atas 10 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2010 terjadi 285.184 perceraian di seluruh Indonesia. Jika diurutkan tiga besar, faktor pisahnya pasangan paling banyak disebabkan oleh ketidakharmonisan 91.841 perkara, tidak ada tanggung jawab 78.407 perkara, dan masalah ekonomi 67.891 perkara www.republika.co.id. Peristiwa perceraian akan mengubah struktur keluarga serta membawa 2 dampak yang cukup mendalam bagi semua anggota keluarga, tidak terkecuali orangtua sebagai pelaku perceraian dan terlebih lagi anak. Penelitian yang dilakuan Hannum dan Dvorak 2004 menyatakan bahwa perceraian dapat mengubah gaya kelekatan serta dapat menyebabkan anak merasa marah, dendam, dan kebingungan, yang dapat mengubah kemampuan anak untuk membentuk hubungan yang bermakna. Hal ini menjadi kesulitan bagi anak untuk memahami perceraian yang terjadi di dalam keluarganya. Selain itu, anak dari keluarga bercerai lebih memiliki masalah perilaku dibandingkan anak dari keluarga utuh, karena setiap anak membutuhkan figur seorang ibu dan ayah Steinberg, 2002. Dampak perceraian, akan lebih terasa pada anak-anak yang memiliki orangtua yang bercerai di usia remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan suatu periode peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai sebagai masa goncangan yang penuh konflik dan perubahan suasana hati Santrock, 2003. Remaja yang mengalami kondisi perceraian orangtua lebih merasakan dampak dari perceraian orangtua karena pada masa ini mereka sudah mampu berpikir secara kongkrit. Perkembangan kognitif pada masa remaja membuat mereka lebih mampu menganalisis kejadian tertentu, menghasilkan pendapat yang berbeda, dan mampu memahami sebuah situasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hetherington 2003, remaja dalam keluarga bercerai sering mengalami stres yang membuat mereka berada pada masalah perkembangan dalam penyesuaian, hal ini muncul karena tingginya konflik antar orangtua, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 terputusnya hubungan dengan salah satu orangtua dan pola asuh orangtua yang otoriter. Remaja yang orangtuanya bercerai tidak bisa menerima kenyataan terhadap perubahan akibat perceraian orangtuanya Cole, 2004. Orangtua yang tidak peka dan tidak menyadari perubahan-perubahan yang terjadi pada anak akan membuat mereka semakin jauh hingga anak merasa diabaikan Hetherington, 2003. Menurut Cole 2004 remaja yang mengalami situasi perceraian orangtua akan menunjukkan kesulitan penyesuaian diri dalam bentuk masalah perilaku, kesulitan belajar, atau penarikan diri dari lingkungan sosial. Sama halnya dengan yang diungkapkan Hetherington 2003 bahwa perceraian orangtua memiliki resiko yang besar dalam masalah penyesuaian bagi remaja khususnya masalah eksternal seperti agresi, masalah perilaku antisosial dan kenakalan. Selain itu, juga menimbulkan masalah internalisasi seperti depresi, kecemasan, harga diri, dan rendahnya tingkat prestasi akademik. Pada penyesuaian diri, remaja dituntut untuk memiliki kemampuan bersosialisasi dalam lingkungannya sehingga mereka merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungannya Willis, 2005. Menurut Schneider dalam Indrawati Fauziah, 2012 penyesuaian diri merupakan proses dimana individu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dalam diri dan mengatasi ketegangan, frustrasi, dan konflik yang bertujuan untuk mendapatkan keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana ia tinggal dengan tuntutan di dalam diri sendiri. Kegagalan dalam penyesuaian diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 remaja yang menjadi korban perceraian orangtua menyebabkan remaja kesulitan dalam menyesuaikan dirinya pada suatu kondisi yang baru. Hal ini menimbulkan kegelisahaan, sedih, marah dan konflik batin serta termanifestasi dalam perilakunya, seperti tidak dapat memusatkan perhatian dan kurang semangat Ningrum, 2013. Menurut Johnson dan Johnson 1991 salah satu faktor yang dapat membantu seseorang dalam melakukan penyesuaian diri adalah dukungan sosial. Dukungan sosial adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada individu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental, meningkatkan rasa percaya diri, semangat atau dorongan, nasehat serta sebuah penerimaan. Sarafino Smith 2011 menyatakan bahwa dukungan sosial tidak hanya mengacu terhadap tindakan yang dilakukan orang lain tetapi juga mengacu pada persepsi seseorang bahwa kenyamanan, kepedulian, dan bantuan yang tersedia dapat dirasakan dukungannya. Dukungan sosial akan dipersepsi positif apabila individu merasakan manfaat dukungan yang diterimanya. Sebaliknya, ketika individu mempersepsi secara negatif, dukungan yang diterimanya akan dirasa tidak bermanfaat dan tidak berarti sehingga individu merasa bahwa dirinya tidak dicintai, tidak dihargai, dan tidak diperhatikan. Orangtua sebagai bagian dalam keluarga merupakan individu yang paling dekat dengan remaja dan salah satu sumber dukungan sosial bagi remaja dalam keluarga. Dukungan positif dari orangtua sangat membantu pada penyesuaian diri remaja Ferreiro, Warren, dan Konanc dalam Rice Dolgin, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 2002. Sehingga remaja dapat berusaha menerima perceraian yang terjadi dan dapat menghadapi masalahnya secara positif. Menurut Smet 1994 dukungan sosial berperan untuk melindungi individu dari dampak negatif yang diakibatkan oleh stres. Individu dengan dukungan sosial yang tinggi merasakan dampak stres yang lebih rendah dikarenakan ada individu yang membantu mereka. Kurangnya dukungan sosial orangtua dapat membuat remaja dengan orangtua bercerai merasa kurang kasih sayang. Oleh sebab itu, tidak adanya dukungan sosial memiliki dampak buruk bagi remaja yang mengalami kasus perceraian. Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai perceraian, namun terdapat kesenjangan antara hasil dari beberapa penelitian. Ahrons 2007 menyatakan bahwa mayoritas remaja yang berasal dari keluarga bercerai tidak memiliki masalah penyesuaian diri yang berarti dalam kehidupannya. Menurut Dunn et. al 2001 remaja tidak merasakan perubahan signifikan meskipun mereka mengalami keterpisahan dengan orangtuanya, karena mereka mendapatkan penjelasan atas terjadinya perceraian. Orangtua yang bercerai juga tetap memberikan bimbingan dan harapan kepada anak- anaknya dalam menghadapi masa depan yang lebih baik. Sikap orangtua tersebut akan membuat remaja dapat lebih menerima dan bersikap mandiri terhadap perceraian orangtuanya. Namun, kenyataannya kualitas pola asuh orangtua menurun dari awal hingga setelah perceraian sehingga menyebabkan orangtua kurang memberikan kasih sayang dan lebih otoriter terhadap anaknya Rice Dolgin, 2002. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Banyak remaja yang keluar dari perceraian sebagai individu yang cakap Santrock, 2003. Sebagai contoh, remaja dalam keluarga yang bercerai tetapi konfliknya rendah, dapat berfungsi lebih baik daripada remaja dalam keluarga yang tidak bercerai tetapi konfliknya tinggi. Artinya, tidak semua remaja yang orangtuanya bercerai akan terpuruk, tetapi ada juga remaja yang tetap mampu menunjukkan prestasi dan lebih mandiri. Namun, Amato 2001 menyatakan bahwa remaja dari keluarga bercerai rata-rata lebih buruk dibandingkan remaja dari keluarga utuh. Mereka memiliki lebih banyak kesulitan di sekolah, lebih memiliki masalah perilaku, konsep diri yang negatif, lebih banyak masalah dengan teman sebaya, dan lebih sulit mendapatkan kebersamaan dengan orang tua. Rice dan Dolgin 2002 mengungkapkan bahwa perceraian dapat menyelesaikan konflik yang berkepanjangan sehingga dapat membebaskan remaja dari interaksi negatif di antara orangtua. Senada dengan Amato 1994 yang menyatakan bahwa perceraian dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mendapatkan kebahagiaan dan menyelamatkan mereka dari lingkungan keluarga yang disfungsional. Di sisi lain, Hughes 2009 mengatakan bahwa perceraian sering menyebabkan hilangnya komunikasi antara remaja dengan orangtua. Perceraian juga menuntut remaja untuk mampu melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi dalam hubungannya dengan teman sebaya dan anggota keluarga besarnya. Maka, remaja korban perceraian orangtua akan merasakan dampak negatif, baik bagi remaja itu sendiri maupun dalam relasi dengan lingkungan sekitarnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Terdapat penelitian terdahulu tentang dukungan sosial dan penyesuaian diri. Ermayanti Abdullah 2007 yang meneliti tentang individu yang telah pensiun. Hasilnya adalah terdapat hubungan positif antara kedua variabel. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari Ahyani 2012 meneliti pada konteks anak di panti asuhan. Hasilnya juga terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Pada penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan penyesuaian diri remaja dengan orangtua bercerai. Hal ini dikarenakan remaja dengan orangtua bercerai memiliki masalah penyesuaian diri dan membutuhkan dukungan sosial orangtua untuk mampu menghadapi masalah dan perceraian yang terjadi dalam keluarga. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah diungkapkan dan adanya kesenjangan-kesenjangan hasil penelitian, mendorong peneliti untuk mencari tahu tentang hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan penyesuaian diri pada remaja dengan orangtua bercerai.

B. Rumusan Masalah