2. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 tonha, sedangkan minyak
kedelai, lobak, kopra, dan minyak bunga matahari masing-masing 0,34; 0,51; 0,57 dan 0,53 tonha.
3. Sifat intercgeablenya yang cukup menonjol dibanding dengan minyak
nabati lainnya, karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun nonpangan.
4. Sekitar 80 dari penuduk dunia, khususnya di negara berkembang masih
berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita untuk minyak dan lemak terutama minyak yang harganya murah minyak sawit.
5. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku
minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju
seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat. Minyak sawit juga memiliki keunggulan dalam hal susunan dan nilai giji yang
terkandung di dalamnya . Kadar sterol dalam minyak sawit relatif lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yang terdiri dari sitosterol,
campesterol, sigmasterol, dan kolesterol. Dalam CPO, kadar sterol berkisar antara 360-620 ppm dengan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm saja atau sebesar
0,001 dalam CPO Fauzi, 1992 .
2.3.3. Manfaat Minyak Kelapa Sawit
Manfaat minyak sawit di antaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan dan industri non pangan.
Universitas Sumatera Utara
a. Minyak sawit sebagai industri pangan
Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan
hidrogenasi. Produk CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Sebagian bahan baku untuk
minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue-kue.
Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibanding minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi
sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat dan lonolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang
terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor heat stability yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi.
b. Minyak sawit untuk industri nonpangan
Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untukd digunakan di industri-industri nonpangan, industri farmasi, dan industri oleokimia fatty acids,
fatty alkohol, dan glycerine. Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis splitting untuk
menghasilkan asam lemak dan gliserin.
c. Minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif palm biodiesel
Pengembangan dan penggunaan minyak tumbuhan sebagai bahan bakar telah dilakukan oleh Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Fauzi, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Sifat fisik-kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih boiling point, titik pelunakan, slipping
point, shot melting poin; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, turbidity point, titik asap, titik nyala dan titik api. Beberapa sifat fisiko-kimia dan kelapa
sawit nilainya dapat dilihat pada Tabel 1.3 Tabel 1.3. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Sifat Minyak Sawit
Minyak Inti Sawit Bobot jenis pada suhu-
kamar 25- 27 ˚C
Indeks bias D 40˚C Bilangan Iod
Bilangan penyabunan 0,900
1,4565-1,4585 48-56
196-205 0,900-0,913
1,495-1,415 14-20
244-254
Sumber : Krischenbauer 1960 dalam ketaren 1986
2.3.5. Asam Lemak Bebas Free Fatty Acid