keterampilannya. Salah penempatan dapat terjadi karena kelemahan dalam manajemen atau pimpinan yang kurang mengetahui gambaran
tugas sebenarnya dan kemampuan bawahan dilingkungannya dan ketidakseimbangan pasar kerja.
Berdasarkan uraian di atas manajemen dan kebijaksanaan pemerintah, gizi dan kesehatan, penghasilan dan jaminan sosial serta
kesempatan kerja diduga berpengaruh besar terhadap produktivitas dan cenderung mendominasi pengaruhnya terhadap produktivitas sehingga
disiplin tidak berpengaruh terhadap produktivitas. Berdasarkan analisis data diatas tidak ada pengaruh disiplin
pegawai terhadap produktivitas. Hal ini berarti pegawai yang disiplin tinggi produktivitasnya tetap sama, begitupun juga bila disiplinnya
rendah produktivitasnya tetap sama.
2. Pengaruh keterampilan pegawai terhadap produktivitas kerja
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh keterampilan terhadap produktivitas kerja. Nilai r
hitung
0,249 lebih kecil dari r
tabel
0,279 dan nilai probabilitas 0,276 lebih besar dari taraf signifikansi 5 atau 0,05.
Berdasarkan deskripsi data tentang keterampilan diperoleh hasil sebagai berikut : kategori sangat tinggi sebanyak 36, kategori
tinggi 8, kategori cukup 6, kategori kurang 0, kategori sangat kurang 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai memiliki
keterampilan sangat tinggi.
Hasil deskripsi data keterampilan pegawai sebagian besar masuk dalam kategori sangat tinggi. Meskipun keterampilan pegawai
menunjukkan sebagian besar dalam kategori sangat tinggi tetapi tidak diikuti produktivitas kerja yang tinggi. Faktor-faktor yang diduga
menyebabkan keterampilan tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja adalah pengahasilan dan jaminan sosial, gizi dan kesehatan,
manajemen, kebijaksanaan pemerintah serta kesempatan kerja. Penghasilan yang diterima pegawai harus dapat memenuhi
kebutuhan secara minimal, misalnya kebutuhan akan makan, minum, pakaian, dan perumahan. Oleh karena itu setiap perusahaan dalam
menetapkan kompensasi kepada para pegawainya, harus sedemikian rupa sehingga gaji terendah yang diberikan akan dapat memenuhi
kebutuhan mereka secara minimal. Jaminan sosial juga digunakan agar pegawi merasa nyaman dalam bekerja, pegawai bersemangat dan
loyal. Hal ini akan mempengaruhi produktivitas. Sering para pegawai dihadapkan pada persoalan dikeluarga
dan perusahaan. Tekanan persoalan dapat berupa aspek emosional dan fisik, terbatas biaya pemeliharaan gizi dan kesehatan dan berlanjut
dengan terjadinya penurunan produktivitas pegawai. Pihak manajemen seharusnya mampu mengakomodasi persoalan pegawai
sejauh terkait dengan kepentingan perusahaan. Pertimbangannya adalah untuk kesehatan dan karyawan memegang peranan penting
dalam peningkatan mutu kerja karyawan TB.Sjafri Mangkuprawira
dan Aida Vitalaya Hubeis 240 : 2007. Semakin cukup jumlah dan kualitas fasilitas gizi dan kesehatan serta keamanan kerja maka
semakin tinggi pula mutu kerja pegawai. Dengan demikian perusahaan akan semakin diuntungkan dalam upaya peningkatan
produktivitas. Manajemen mempunyai tujuan guna mempengaruhi
produktivitas yaitu perhatian terhadap mutu, pengaturan staf pegawai, tidak ada specialisasi pekerja yang berlebihan, perhatian terhadap
merger, perhatian terhadap pelatihan dan pengembangan, adanya perhitungan gaji eksekutif dan pegawai, adanya perhatian pada resiko
kerja, sikap bersahabat pada serikat pekerja, dan manajemen kepemimpinan yang demokrasi. Hal ini secara langsung atau tidak
langsung akan mempengaruhi produktivitas. Penetapan mekanisme pasar oleh pemerintah yang dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, misalnya dalam bidang elektro dan telekomunikasi serta bidang-
bidang teknologi produksi lainnya, telah mendorong tiap orang untuk mengembangkan kapasitas diri. Semua tantanan yang dihadapi
organisasi menuntut pemerintah untuk mendorong pegawai untuk mengembangkan sesuatu yang bersifat inovatif dan berpengaruh
terhadap produktivitas. Produktivitas kerja juga berkembang dan meningkat melalui
kesempatan melakukan tugas dan tangungjawab secara bertahap.
Tugas dan tanggungjawab yang lebih berat dalam jabatan-jabatan yang lebih tinggi superior merupakan tantangan yang menuntut
peningkatan kemampuan dan produktivitas kerja. Oleh karena itu setiap orang perlu diberikan kesempatan-kesempatan baru yang dapat
meningkatkan produktiitas kerjanya dan sekaligus dapat dikaitkan dengan pembinaan kariernya. Dengan demikian peningkatan
produktivitas kerja di tingkat perusahaan atau instansi memerlukan perencanaan tenaga kerja secara mikro dan sistem pengembangan
karier pegawai. Berdasarkan uraian diatas, pengahasilan dan jaminan sosial,
gizi dan kesehatan, manajemen, kebijaksanaan pemerintah serta kesempatan diduga berpengaruh besar terhadap produktivitas kerja,
dan cenderung mendominasi produktivitas kerja sehingga keterampilan tidak berpengaruh terhadap produktivitas.
Berdasarkan analisis data diatas tidak ada pengaruh keterampilan pegawai terhadap produktivitas. Hal ini berarti yang
keterampilannya tinggi produktivitasnya tetap sama, begitupun juga bila keteramplannya rendah produktivitasnya tetap sama.
3. Pengaruh bakat pegawai terhadap produktivitas kerja