Deskripsi Obyek Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Kabupaten Sidoarjo merupakan Kabupaten di Jawa Timur yang terletak diantara dua sungai besar yaitu sungai porong dan sungai Surabaya sehingga terkenal dengan sebutan kota Delta. Kabupaten Siodoarjo dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Janggala. Pada masa kolonialisme Hindia Belanda, daerah Sidoarjo bernama Sidokare, yang merupakan bagian dari Kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Pangabahan. Pada 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 91859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokari. Sidokare dipimpin R. Notopuro kemudian bergelar R.T.P Tjokronegoro yang berasal dari Kasepuhan. Ia adalah putra dari R.A.P. Tjokronegoro, Bupati Surabaya. Pada tanggal 28 Mei 1859, nama Kabupaten Sidokare, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber yang memiliki konotasi kurang bagus diubah menjadi Kabupaten Sidoarjo. Setelah R. Notopuro wafat tahun 1862, maka kakak almarhum 1863 diangkat sebagai bupati, yaitu Bupati R.T.A.A Tjokronegoro II yang merupakan pindahan dari Lamongan, pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro mendapat pensiun, sebagai gantinya diangkat R.P. Sumodiredjo pindahan dari Tulungagung tetapi hanya 3 bulan karena wafat pada tahun itu juga, dan R.A.A.T. Tjondronegoro I diangkat sebagai gantinya. Di masa Pedudukan Jepang 8 Maret 1942 - 15 Agustus 1945, daerah delta Sungai Brantas termasuk Sidoarjo juga berada di bawah kekuasaan Pemerintahan Militer Jepang yaitu oleh Kaigun, tentara Laut Jepang. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah pada Sekutu. Permulaan bulan Maret 1946 Belanda mulai aktif dalam usaha-usahanya untuk menduduki kembali daerah ini, ketika Belanda menduduki Gedangan, pemerintah Indonesia memindahkan pusat pemerintahan Sidoarjo ke Porong. Daerah Dungus Kecamatan Sukodono menjadi daerah rebutan dengan Belanda. Tanggal 24 Desember 1946, Belanda mulai menyerang kota Sidoarjo dengan serangan dari jurusan Tulangan. Sidoarjo jatuh ke tangan Belanda hari itu juga. Pusat pemerintahan Sidoarjo lalu dipindahkan lagi ke daerah Jombang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Pemerintahan pendudukan Belanda dikenal dengan nama Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan seperti di masa kolonial dulu pada November 1948, dibentuklah Negara Jawa Timur salah satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Sidoarjo berada di bawah pemerintahan Recomba hingga tahun 1949. Tanggal 27 Desember 1949, sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar, Belanda menyerahkan kembali Negara Jawa Timur kepada Republik Indonesia, sehingga daerah delta Brantas dengan sendirinya menjadi daerah Republik Indonesia. Secara geografis letak Kabupaten Sidoarjo adalah antara 112°5’ - 112°9’ bujur timur dan 7°3’ - 7°5’ lintang selatan. Di sebelah utara berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, di sebelah timur adalah Selat Madura, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sedang di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto. Secara administratif Kabupaten Sidoarjo terbagi atas 18 kecamatan, 322 desa, dan 31 kelurahan, sementara itu desa-desa di Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi desa pedesaan rural area dan desa perkotaan urban area. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Tabel 4.1: Daftar Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Sidoarjo No. Kecamatan Luas Wilayah 1 Sidoarjo 62.56 2 Buduran 41.03 3 Candi 40.67 4 Porong 29.82 5 Krembung 29.55 6 Tulangan 31.21 7 Tanggulangin 32.29 8 Jabon 81 9 Krian 32.5 10 Balongbendo 31.4 11 Wonoayu 33.92 12 Tarik 36.06 13 Prambon 34.23 14 Taman 31.54 15 Waru 30.32 16 Gedangan 24.06 17 Sedati 79.43 18 Sukodono 32.68 Sumber: LKPJ Bupati Sidoarjo 2010 Iklim di Kabupaten Sidoarjo adalah tropis dan mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Suhu udara berkisar 20 -35 derajat Celsius. Luas wilayah wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah 71.424, 25 Ha dan berdasarkan karakteristik topografinya terbagi atas tiga kelas, yaitu: • 0 – 3 meter merupakan daerah pantai dan pertambakan yang berair asin atau payau berada di belahan timur seluas 27.0111,25 Ha atau 37,82. • 3 – 10 meter merupakan daerah bagian tengah sekitar jalan protokol yang berair tawar seluas 25.889 Ha atau 36,24. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber • 10 – 25 meter terletak di daerah bagian barat seluas 18.524 Ha atau 25,95. Kondisi air ada dua jenis rasa di Kabupaten Sidoarjo yaitu air asin dan tawar, ada 8 kecamatan yang sebagian wilayah rasanya air asin seluas 163,13 Km² dan 10 kecamatan murni air tawar. Penggunaan lahan adalah informasi yang menggambarkan sebaran pemanfaatan lahan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Pola penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Sidoarjo dapat diklasifikasikan menjadi tujuh jenis penggunaan lahan yaitu permukiman, lahan sawah dan perikanan, pertambangan, industri gudang, zona industri dan kawasan industri, fasilitas umum, perdagangan dan jasa, serta kawasan khusus militer.

4.2. Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Strategi Pelaksanaan Retribusi Terminal Guna Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Di Kota Rantauprapat (Studi Pada Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Labuhanbatu)

4 112 94

Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Belanja Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Samosir

7 105 84

Kontribusi Penerimaan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemkab/Pemko di SUMUT.

3 62 88

Peranan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Pematang Siantar sesudah otonomi daerah.

9 104 90

Peranan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan

7 54 111

Analisis pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD); studi empiris pada Propinsi Bengkulu

12 81 98

Kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten dan kota di Indonesia tahun 2006-2010

0 5 0

PERANAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN Peranan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Ekskaresidenan Banyumas.

0 1 14

PERANAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN Peranan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Ekskaresidenan Banyumas.

0 0 17

Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sidoarjo

0 0 32