pernyataan tersebut penelitian ini menggunakan sampel sebesar 170 responden yang diperoleh dari jumlah indikator
yaitu 17 dikali 10.
3.7. Analisis Data
3.7.1. Model Struktural dan Pengukuran
Untuk mencapai tujuan penelitian serta pengajuan hipotesis yang diajukan, maka seluruh data dan informasi yang dikumpulkan
selanjutnya akan diolah sesuai dengan kebutuhan analisis, untuk kepentingan pembahasan data diolah dan disajikan berdasarkan
prinsip-prinsip statistik deskriptif. Kemudian untuk kepentingan analisis dan pengujian hipotesis digunakan pendekatan statstik
inferensial. Analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan Model Persamaan Struktur atau Structural Equation Model SEM dengan menggunakan paket
program Amos 4.01.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
X1
X Pajak
Daerah
Y Retribusi
Daerah Z
Pendapatan Asli
Daerah X2
X3 X4
X5 X6
Z1 X7
Y1 Y2
Y3 Y4
Y5 Y6
Y7 Z2
Z3 H1
H2
Gambar 3.2: Model Konseptual dan Indikator
Structural Equation Model SEM adalah sekumpulan teknik- teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian
hubungan yang relatif “rumit”, secara simultan, hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel
dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Masing-masing variabel dependen dan independen dapat
berbentuk faktor atau konstruk, yang dibangun dari beberapa variabel indikator, tentu saja variabel-variabel itu dapat berbentuk
sebuah variabel tunggal yang diobservasi atau yang diukur langsung dalam sebuah proses penelitian Ferdinand, 2002:6.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian multiindikator dengan menggambarkan fenomena praktis yang
diamati dalam berbagai indikator, untuk mendapatkan hasil penelitian yang mampu dalam mengakomodasi penelitian
multiindikator maka peneliti menggunakan analisis statistik pemodelan persamaan struktural Structural Equation ModelSEM.
Analisis SEM merupakan metode statistik yang menggunakan pendekatan uji hipotesis atau confirmatory. Artinya,
hubungan kausal antar variabel konstruk eksogen dan variabel konstruk endogen serta variabel konstruk dengan variabel indikator
didasarkan pada justifikiasi pembenaran induktif maupun teori. Penelitian yang menggunakan SEM sebagai alat analisis, memiliki
dua tujuan Suja’i, 2007:66, yaitu: a. Menguji kesesuaian model yang dihasilkan
b. Menguji hipotesis yang telah dibangun sebelumnya Menurut Hair et.al. 1992, dalam Suja’i 2007:67, ada tujuh
langkah yang harus dilakukan apabila menggunakan Structural Equation Model SEM yaitu:
a. Pengembangan model teoritis. Langkah pertama prinsipnya merupakan pengujian kausalitas
secara empiris dari teori yang sudah ada dan digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis melalui data empirik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
b. Pengembangan diagram jalur Path Diagram. Langkah kedua menunjukkan model teoritis yang telah
dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah diagram alur hubungan antara konstruk akan dinyatakan melalui
anak panah. Anak panah yang lurus akan menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstruk dengan
konstruk yang lain sedangkan garis lengkung antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukkan
korelasi antar konstruk. Konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu: Konstruk
eksogen dan konstruk endogen. c. Konversi diagram path kedalam persamaan struktural dan
model pengukuran. Langkah ketiga menjelaskan bahwa persamaan yang
didapatkan dari diagram alur yang telah dikonversi terdiri dari : 1. Persamaan struktural structural equation yang dirumuskan
untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.
2. Persamaan spesifik model pengukuran measurement models dengan menentukan variabel yang mengukur
konstruk dan matriks yang menunjukkan korelasi menjadi hipotesis antar konstruk atau variabel.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
d. Memilih matriks input dan estimasi model. Langkah keempat menjelaskan bahwa data input SEM adalah
matriks varianskovarians atau teknik korelasi untuk keseluruhan model estimasi yang dilakukan. Matrik kovarian
digunakan karena SEM memiliki keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau
sampel yang berbeda yang tidak dapat disajikan oleh korelasi. Dalam penggunaan SEM disarankan agar menggunakan
matriks varianskovarians pada saat pengujian teori sebab akan lebih memenuhi asumsi metodologi dimana besarnya standart
error yang diajukan akan menunjukkan angka yang lebih akurat dibandingkan apabila menggunakan matriks korelasi.
e. Kemungkinan munculnya masalah identifikasi. Langkah kelima menjelaskan bahwa setelah dilakukan revisi
model masih terdapat hasil estimasi yang unik, maka perlakuan lainnya adalah menciptakan composite variabels melalui
compusite measure atau mengembangkan lebih banyak konstruk.
f. Evaluasi kriteria goodness-of- fit Pada langkah keenam dilakukan pengujian terhadap
kesesuaian model melalui evaluasi terhadap berbagai kriteria goodness-of-fit. Berikut beberapa indeks kesesuaian dan cut-off
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
value untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.
1 X
2
atau Chi-Square statistik, dimana model dipandang baik atau memuaskan apabila nilai Chi-Square rendah.
Semakin kecil nilai X
2
maka model dinyatakan semakin baik dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-of
value sebesar P 0,05 atau P 0,010. 2 RMSEA The Root Mean Square Error of Approximation
yang menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan apabila model diestimasi dalam populasi nilai RMSEA yang
lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya suatu model berdasarkan degree
of freedom. 3 GFI Goodness of Fit Index adalah ukuran non statistikal
yang mempunyai rentang nilai antara 0 poor of-fit sampai 1,0 perfect of-fit. Nilai yang tinggi dalam indeks tersebut
menunjukkan sebuah better of-fit. 4 AGFI Adjusted Goodness of fit Index adalah ukuran
penerimaan yang direkomendasikan apabila mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90.
5 CFI Comparative Fit Index adalah ukuran tingkat fit dengan ketentuan apabila mendekati 1,00 maka
mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
merekomendasikan adalah CFI 0,95. Untuk lebih jelasnya Indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan
sebuah model adalah seperti pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1: Goodness of – Fit Indices Goodness of- fit Index
Kriteria
X Chi-Square Diharapkan Kecil
Significant Probability
≥ 0,05 RMSEA
≤ 0,08 GFI
≥ 0,90 AGFI
≥ 0,90 CMINDF
≤ 2,00 TLI
≥ 0,95 CFI
≥ 0,95
Sumber: Ferdinand 2002:61
Keterangan : a
Chi-squarey statistics Likehod ratio chi-square satistcs merupakan alat uji
statistik untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan antara matrik kovarians populasi dan kovarians sampel.
Hal ini sesuai dengan tujuan analisis yaitu untuk mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai
dengan data atau fit terhadap data. Oleh sebab itu dibutuhkan nilai Chi-square yang tidak signifikan, yang
menguji hipotesis nol bahwa estimated population covarians tidak berbeda. Pengujian SEM nilai Chi-square
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
yang rendah menghasilkan sebuah tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tidak
adanya yang signifikan antara matrik kovarians data dan matrik kovarians yang di estimasi.
b The Root Mean Square Error of Approximation RMSEA
RMSEA merupakan sebuah indeks yang dapat
dipergunakan untuk mengkompensasikan Chi-square Statistics dalam sampel ukuran besar. Nilai RMSEA
menunjukkan Goodness of-fit yang dapat diharapkan apabila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA
yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah
close fit dari model tersebut berdasarkan degree of freedom.
c AGFI Adjusted Godness of-fit Index
Fit Indeks dalam hal ini dapat disesuaikan terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya
model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI memiliki nilai sama dengan satu atau lebih besar
dari 0,90. Baik GFI dan AGFI pada dasarnya merupakan kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari
varians dalam sebuah matrik kovarians sampel. Nilai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
sebesar 0,90 dapat diinterpretasikan diharapkan yaitu jika ditemukan residual yang besar.
g. Interpretasi dan Modifikasi Model Model dinyatakan fit kemudian diinterpretasikan sesuai dengan
konsep dan hipotesis yang dibangun. Hasil estimasi model yang fit, residual dari covariansnya haruslah kecil di mana nilai
residual covariance standard 2,58 atau mendekati nol Hair et.al., 1992 dalam Suja’i, 2007:76. Model yang dinyatakan tidak
fit perlu dilakukan modifikasi remodeling. Ada beberapa sebab mengapa model tidak fit, antara lain karena tidak dipenuhinya
asumsi persamaan struktural pengukuran konstruk tidak valid dan tidak reliabel, ukuran sampelnya kurang atau terlalu besar
serta adanya nilai varian negatif. Indikasi model yang tidak fit bisa dilihat dari beberapa gejala, antara lain residual covariance
relatif besar 2,58, goodness of fit statistik tidak memenuhi kriteria yang ditentukan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
Kabupaten Sidoarjo merupakan Kabupaten di Jawa Timur yang terletak diantara dua sungai besar yaitu sungai porong dan
sungai Surabaya sehingga terkenal dengan sebutan kota Delta. Kabupaten Siodoarjo dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan
Janggala. Pada masa kolonialisme Hindia Belanda, daerah Sidoarjo bernama Sidokare, yang merupakan bagian dari
Kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang
Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Pangabahan.
Pada 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 91859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6,
daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokari. Sidokare dipimpin
R. Notopuro kemudian bergelar R.T.P Tjokronegoro yang berasal dari Kasepuhan. Ia adalah putra dari R.A.P. Tjokronegoro, Bupati
Surabaya. Pada tanggal 28 Mei 1859, nama Kabupaten Sidokare,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber