15 Pendidikan
Kewarganegaraan PKn
diartikan sebagai
pendidikan politik yang fokus materinya adalah peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Cholisin dalam Winarno, 2013: 6. PKn
sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar memiliki misi untuk menanamkan nilai Pancasila dan kewarganegaraan bagi
warga negara usia muda di lingkup sekolah dasar. Di Sekolah Dasar, PKn dititikberatkan pada penghayatan dan pembiasaan diri berperan
sebagai warga negara yang demokratis dalam konteks Indonesia Suharno, dkk., 2006: 13.
Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan
maupun nilai-nilai budaya Negara Indonesia kepada siswa untuk bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan
kewarganegaraan juga memberikan pendidikan moral dan budi pekerti kepada siswa, agar nantinya mampu mempertahankan negara dari
berbagai ancaman dari luar maupun dari dalam negara sendiri.
16
b. Tujuan Pembelajaran PKn di SD
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan pembelajaran PKn di SD. Dalam kurikulum KTSP 2006, tujuan pembelajaran PKn adalah sebagai
berikut Suharno, dkk., 2006: 18 : 1
berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2 berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3 berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdsarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4 berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Sedangkan tujuan PKn yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri 19941995:10 adalah sebagai berikut :
1 Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung
keberhasilan pencapaian
Pendidikan Nasional,
yaitu :
“Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. 2
Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu
perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan
kepentingan bersama
diatas kepentingan
perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah
mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
17 Menurut Branson 1999:7 tujuan
civics education
adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik
dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn
sebagai suatu mata pelajaran tidak hanya memberikan pengetahuan kogintif saja kepada siswa, namun juga memberikan dan menanamkan
nilai afektif dan psikomotorik dalam pembentukan karakter siswa. Berkaitan
dengan pokok
bahasan yang
dipilih dalam
pengembangan multimedia, tujuan pembelajaran PKn yang ingin dicapai adalah memberikan pengetahuan tentang makna persatuan dan kesatuan
dalam membangun Negara Indonesia. Selain memberikan pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai dalam pokok bahasan wawasan nusantara
adalah untuk memberikan contoh sikap moral siswa untuk bisa memahami dan mengimplementasikan sikap cinta tanah air, khususnya
dalam persatuan dan kesatuan Negara Indonesia. Pengembangan multimedia pembelajaran ini mengacu pada
standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn tentang pokok bahasan Wawasan Nusantara untuk siswa kelas V Sekolah Dasar,
yaitu sebagai berikut.
18
Tabel 1. Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami
pentingnya keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia NKRI 1.1. Mendeskripsikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.3.
Menunjukkan contoh-contoh
perilaku dalam
menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Karakteristik Pembelajaran PKn di SD
Sejalan dengan perkembangan bangsa Indonesia menuju masyarakat madani yang ditandai dengan semakin meningkatnya laju
globalisasi maupun persaingan antar bangsa yang semakin ketat, pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran harus mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang sedang berubah. Proses pembangunan karakter bangsa dirasakan sangat perlu untuk
dilakukan. Karakter perlu dibangun sejak dini untuk generasi muda guna membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi laju perkembangan
zaman. Tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu mengembangkan
pendidikan demokrasi
mengemban tiga
fungsi pokok,
yakni mengembangkan kecerdasan warganegara
civic intelligence,
membina
19 tanggung jawab warga negara
civic responsibility
, dan mendorong partisipasi warga negara
civic participation
Suharno, dkk., 2006: 11. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn yaitu
religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, nasionalis, patuh pada aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban
diri dan orang lain Asmaun Sahlan Angga Teguh Prastyo, 2012: 56. Sebagai salah satu pembelajaran yang menekankan pada pengembangan
nilai karakter, strategi dan model pembelajaran yang tepat menjadi faktor utama tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut
Asmaun Sahlan Angga Teguh Prastyo 2012, 63, agar pendidikan karakter dapat teringat dan terinspirasi selalu dalam kehidupan siswa
long term memory
, mapel ini harus disajikan dengan contoh yang ada sangkut pautnya dengan kehidupan siswa. Penyajian pendidikan karakter
yang banyak bersentuhan dengan persoalan yang menukik dengan keseharian siswa akan menjadikan siswa tidak hanya sekadar mengikuti
kegiatan belajar mengajar tersebut, tetapi juga karena mereka merasa butuh.
Penyajian materi pembelajaran dengan menghubungkan materi dengan contoh perilaku kehidupan sehari-hari akan menjadi lebih
bermakna dan kontekstual. Oleh karena itu, dengan penyajian materi secara kontekstual menjadi suatu pilihan yang tepat dalam menyajikan
materi dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dalam materi pembelajaran PKn.
20
d. Pokok Bahasan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan pertahanan keamanan harus
tercermin dalam pola piker, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di atas kepentingan pribadi dan golongan S. Sumarsono, dkk., 2001: 81.
Sebagai wawasan nasional, wawasan nusantara mempunyai tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan ke dalam adalah untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa Indonesia. Aspek tersebut meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hankam. Sedangkan tujuan ke luar adalah agar mampu mengadakan kerjasama dalam forum internasional dalam upaya
mewujudkan kepentingan nasional Indonesia di dunia. Secara umum, wawasan nusantara merupakan bentuk nyata pengamalan Pancasila,
khususnya sila Persatuan Indonesia Tijan,dkk., 2007: 11. Dalam S. Sumarsono, dkk., 2001: 81. Wawasan Nusantara
sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan
dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi
landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.
21 Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan
dalam penelitian ini, wawasan nusantara dalam tingkat sekolah dasar merupakan materi yang mempelajari pentingnya keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Karakteristik Siswa SD
Siswa SD kelas V berkisar pada usia 11-12 tahun pada masa ini disebut dengan masa kanak-kanak akhir. Anak dengan usia 11-12 tahun
tergolong dalam masa kanak-kanak akhir fase masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. 2008: 116 ciri-ciri khas
anak masa kelas-kelas tinggi Sekolah dasar adalah : a.
Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b.
Ingin tahu, ingin belajar dan realistis c.
Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus d.
Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajaranya di sekolah
e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau
peergroup
untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Menurut Piaget dalam Izzaty 2008: 105, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasional konkret dalam berfikir usia 7-12
tahun, dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret.
Berdasarkan uraian di atas, anak dengan umur 11-12 tahun termasuk kedalam masa kanak-kanak akhir dimana dalam tahap
perkembangan kognitif anak, mereka berpikir secara konkret dengan rasa
22 ingin tahu dan ingin belajar secara realistis. Dalam pembelajaran,
penggunaan media pembelajaran yang bersifat konkret akan sangat membantu proses belajar siswa. Oleh karena itu, dengan menggunakan
media pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu terpacu untuk bisa memahami materi dengan stimulus yang diberikan dalam media
pembelajaran yang berupa visualisasi materi agar mudah dipahami. Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst
Monks, 2006: 23-24 yaitu sebagai berikut: 1 memiliki ketangkasan fisik yang diperlukan dalam melaksanakan permainanolahraga; 2
membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang; 3 belajar peranan sesuai jenis kelamin dan
bergaul bersama teman sebaya; 4 belajar membentuk sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga; 5 mengembangkan nurani, moralitas
dan skala nilai; dan 6 belajar membaca, menulis, berhitus, serta belajar pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari.
Dalam tugas perkembangannya, perkembangan sosial anak usia sekolah ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial Monks, 2006:
183. Selain itu, menurut Piaget Allen dan Marotz, 2010: 159 dalam masa akhir kanak-kanak tersebut anak menjadi tidak bergantung pada
orang tuanya karena hubungan pertemanan semakin meluas. Rita Eka Izzaty 2008: 114 menyatakan bahwa pemahaman tentang diri dan
perubahan dalam perkembangan gender dan moral menandai perkembangan anak selama masa kanak-kanak akhir. Menurut Izzaty,
23 perkembangan sosial masa kanak-kanak akhir dapat dilihat dari kegiatan
bermain dan hubungan teman sebaya. Dari paparan mengenai perkembangan sosial anak menurut
beberapa ahli di atas, dapat diketahui pada tahapan ini perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau kelompok bermain
mereka. Berkaitan dengan penelitian ini, internalisasi nilai karakter dapat dimulai dengan memberikan contoh sikap-sikap dalam konteks
lingkungan bermain siswa. Selain itu, perkembangan sosial anak akan mejadi lebih optimal dan menyesuaikan diri dengan kelompok teman
sebayanya dan juga masyarakat sekitar. Tahap perkembangan emosi psikososial pada usia sekolah
menurut Erik Erikson Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 222-223 mencakup perkembangan anak sekitar usia 6 tahun sampai kira-kira 12
atau 13 tahun. Pada tahap ini bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka untuk mengetahui sesuatu akan bertambah kuat dan terikat erat
dengan perjuangan dasar untuk mencapai kompetensi. Dalam perkembangan yang normal anak-anak berjuang secara produktif untuk
bisa belajar kemampuan-kemampuan yang diperlukan. Tahap keempat ini meliputi produktivitas
versus Inferioritas
kemampuan menghasilkan versus rasa tidak berguna. Pada masa sekolah
school age
ditandai adanya kecenderungan
industry-inferiority.
Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif
mampelajari apa saja yang ada di lingkungannya.
24 Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya
sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi
kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa dirinya tidak berguna, tidak bisa
berbuat apa-apa. Tahap ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 atau 13 tahun.
Berkaitan dengan perkembangan emosi siswa pada tahap masa kanak-kanak akhir, siswa sangat aktif dalam mempelajari apa saja yang
ada di lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, penyusunan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa akan
membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.
3. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan proses untuk mengembangkan potensi pada diri setiap siswa kesadaran sebagai warga bangsa yang
bermartabat, merdeka dan berdaulat dan berkemauan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan tersebut Darmiyati
Zuchdi, 2011: 159. Pendidikan karakter diartikan sebagai
the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development
usaha
25 kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk
membantu pengembangan karakter dengan optimal Zubaedi, 2011: 14. Selanjutnya, Williams Schnaps dalam Zubaedi 2011: 15
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “
Any deliberate approach by which school personnel, often in conjunction with parents and
community members, help children and youth become caring, principled
and responsible”. Artinya, pendidikan karakter merupakan berbagai cara yang dilakukan oleh para warga sekolah dan dilakukan bersama-sama
dengan orang tua maupun warga masyarakat untuk membantu anak melatih sifat kepedulian, berpendirian dan bertanggung jawab.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
berbagai elemen warga Negara untuk mengembangkan sifat-sifat kepedulian,
berpendirian maupun
bertanggung jawab
untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara sebagai warga
Negara yang bermartabat.
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Doni Kesuma dalam Novan Ardy Wiyani 2007: 70-72, secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam
setting
sekolah adalah sebagai berikut.
1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang
dikembangkan.
2. Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-
nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
26 3.
Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter
bersama. Sedangkan menurut Said Hamid Hasan dalam Zubaedi 2011:
18, pendidikan karakter secara perinci memiliki lima tujuan.
Pertama,
mengembangkan potensi kalbunuraniafektif siswa sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
Kedua
, mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.
Ketiga
, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa.
Keempat,
mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan
kebangsaan.
Kelima
, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan
dignity.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah memberikan pengetahuan siswa tentang pentingnya
nilai-nilai karakter, khususnya nilai karakter cinta tanah air. Selain memberikan pengetahuan tentang nilai karakter cinta tanah air,
diharapkan siswa
akan termotivasi
untuk merasakan
dan mengaplikasikan nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari sebagai
warga Negara yang berwawasan kebangsaan.
27
c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter terdiri dari beberapa jenis, diantaranya yaitu: Pertama, pendidikan karakter berdasarkan nilai religious, jenis
pendidikan ini merupakan kebenaran wahyu Tuhan konservasi moral. Kedua, pendidikan karakter berdasar nilai budaya, antara lain yang
berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa konservasi lingkungan. Ketiga,
pendidikan karakter berdasar potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran
pemberdayaan potensi
diri yang
diarahkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan konservasi humanis. Pendidikan karakter berdasarkan potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan
dengan segala upaya sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik agar mampu mengatasi diri serta mampu mengembangkan segala potensi
yang dimilikinya Yahya Khan, 2010: 2. Menurut Lickona Ajat Sudrajat, 2011: 49 ada tujuh alasan
mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan. Ketujuh alasan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1 Cara terbaik untuk menjamin anak-anak siswa memiliki
kepribadian baik dalam kehidupannya. 2
Cara meningkatkan prestasi akademik. 3
Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya sendiri di tempat lain.
4 Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan
dapat hidup dalam masyarakat beragam. 5
Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan,
pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja belajar yang rendah.
6 Persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja.
28 7
Pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban.
Menurut Kemdiknas 2010: 33-39, nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Sekolah Dasar diantaranya :
1 Religius
2 Jujur
3 Toleransi
4 Disiplin
5 Kerja keras
6 Kreatif
7 Mandiri
8 Demokratis
9 Rasa ingin tahu
10 Semangat kebangsaan
11 Cinta tanah air
12 Menghargai prestasi
13 Bersahabat komunikatif
14 Cinta damai
15 Gemar membaca
16 Peduli sosial
17 Peduli lingkungan
Berdasarkan uraian di atas, nilai karakter yang dipilih dalam
penelitian ini adalah nilai cinta tanah air yang mengajarkan tentang cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan perhargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
d. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air
Menurut Malik Fajar dalam Zubaedi 2011: 277, PKn memiliki peranan penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan,
watak dan karakter warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam mencapai ini tersebut, PKn perlu segera dikembangkan
29 dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi serta
model-model pembelajaran yang efektif, dengan memerhatikan empat hal.
Pertama,
PKn perlu mengembangkan kemampuan dasar terkait dengan kemampuan intelektual, sosial berpikir, bersikap, bertindak,
serta berpartisipasi dalam hidup masyarakat.
Kedua,
PKn perlu mengembangkan daya nalar
state of mind
siswasiswa pengembangan kecerdasan
civic intelligence,
tanggung jawab
civic responsibility,
dan partisipasi
civic participation
warga Negara sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
Ketiga,
PKn perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih inspiratif dan
partisipatif dengan menekankan pada pelatihan dan penggunaan logika dan penalaran.
Keempat,
kelas PKn sebagia laboratorium demokrasi bukan sekedar membutuhkan pemahaman, sikap, dan perilaku
demokratis melalui mengajar demokrasi
teaching democracy
, tetapi memerlukan model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara
hidup berdemokrasi. Cogan dalam Darmiyati Zuchdi 2011: 358 mengartikan
pendidikan kewarganegaraan berperan penting sebagai penyiapan generasi muda siswa untuk menjadi warga Negara yang memiliki
identitas dan kebanggaan nasional, serta memiliki pengetahuan dan kecakapan serta nilai-nilai yang diperlukan untuk menjalankan hak-hak
dan kewajibannya.
30 Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan kewarganegaraan
mempunyai peran penting dalam pembangunan moral dan karakter bangsa dengan menanamkan nilai-nilai penting dalam pengetahuan, rasa
dan perilaku yang berbudaya sesuai dengan identitas dan kebudayaan bangsa untuk mengembangkan rasa cinta tanah air.
Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan, pemilihan pokok bahasan wawasan nusantara di Sekolah Dasar menjadi
materi yang digunakan sebagai penginternalisasian nilai karakter cinta tanah air. Pokok bahasan wawasan nusantara bertunjuan untuk
menanamkan rasa persatuan dan kesatuan siswa. Rasa persatuan dan kesatuan siswa perlu dikembangkan sejak dini untuk pembangunan moral
dan karakter bangsa yang kokoh.
31
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata
media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium
yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal Azhar Arsyad dalam Sukiman, 2012: 28.
AECT
Association of
Education and
Communication Technology
dalam Sukiman, 2012: 28 memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Asosiasi Pendidikan Nasional
National Education Association
NEA memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6. Fleming dalam
Sukiman, 2012: 38 menyebut media dengan istilah mediator yang diartikan sebagai penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua
pihak dan mendamaikannya. Asnawir mendefinisikan media sebagai sesuatu yang bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audiens siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses
32 belajar pada dirinya Asmaun Sahlan Angga Teguh Prastyo, 2012:
105. Dengan demikian media pembelajaran merupakan segala sesuatu
baik sarana maupun benda yang digunakan untuk mentransfer pesan dari penyampai pesan yaitu pendidik ke penerima pesan yaitu siswa, dengan
tujuan untuk merangsang siswa dalam proses pembelajaran.
b. Tujuan dan Fungsi Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran dapat membantu membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa dalam materi pelajaran
yang dipelajari. Berikut fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut Asnawir dan Usman 2002: 24 :
1 Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu
memudahkan mengajar bagi guru 2
Memberikan pengalaman lebih nyata yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit
3 Menarik perhatian siswa lebih besar kegiatan pembelajaran
dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan 4
Semua indra dapat diaktifkan 5
Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
c. Jenis - Jenis Media Pembelajaran
Gagne Briggs dalam Arsyad 2002: 4 mengemukakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pembelajaran yang terdiri dari, antara lain : buku, tape-recorder, kaset, video kamer, video recorder, film, slide
gambar bingkai, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Berikut ini akan diuraikan klasifikasi media pembelajaran menurut Lehsin, dkk.,
Arsyad, 2008: 81-101, yaitu :
33 1
Media berbasis manusia Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk
mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah
mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran.
2 Media berbasis cetakan
Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerjalatihan, jurnal,
majalah, dan lembar lepas.
3 Media berbasis visual
Media berbasis visual
image
atau perumpamaan memegang peranan penting dalam proses belajar. Media visual dapat
memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan
antara materi pelajaran dengan dunia nyata.
4 Media berbasis audio-visual
Media visual
yang menggabungkan
penggunaan suara
memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual
adalah penulisan naskah dan
storyboard
yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Contoh media
yang berbasis audio-visual adalah video, film, slide bersama tape, televise.
5 Media berbasis komputer
Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai
manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama
Computer-Managed Instruction
CMI
.
Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya
meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai
Computer-Assisted Instruction
CAI. CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran.
Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media koputer.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, multimedia yang
dikembangkan dalam penelitian ini termasuk media berbasis komputer, dan berjenis model CAI
Computer Assisted Instruction
, karena dalam penggunaan multimedia pembelajaran ini sebagai media pendukung
pembelajaran dan membantu dalam proses belajar.
34
d. Penggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran
Penggunaan dan pemilihan media pembelajaran akan sangat berpengaruh
pada hasil
belajar siswa.
Pengembangan media
pembelajaran perlu memperhatikan beberapa faktor, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, minat siswa maupun faktor
lingkungan. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audiens siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan
performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai Asmaun Sahlan Angga Teguh Prastyo, 2012: 105.
Menurut Darmawan 2012: 13, kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori: teknologi cetak yang
menyediakan landasan untuk kategori yang lain, teknologi audiovisual, teknologi berasaskan komputer, dan teknologi terpadu.
Secara lebih lengkap dari keempat kategori tersebut Darmawan: 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang
statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan bahan visual.
Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan
35 informasi oleh manusia, dan teori belajar. Contoh dari teknologi cetak ini
seperti, buku, poster, modul, pamflet, dan lain-lain. Berkaitan dengan proses pembelajaran, teknologi cetak cenderung
kurang efektif jika dipakai dalam pembelajaran, karena hanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif hanya menerima sehingga
siswa cenderung cepat merasa bosan dengan materi yang ada. Teknologi audiovisual adalah merupakan cara memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyampaikan pesan audio dan visual. Secara khusus,
teknologi audiovisual memproyeksikan bahan, seperti gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang berukuran besar.
Contoh dari teknologi audiovisual seperti film, televisi,
VCD Player
maupun
DVD Player.
Proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi audiovisual secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan
oleh pengembang. Penggunaan teknologi audiovisual dalam proses pembelajaran, cenderung berpusat pada guru, sehingga kurang
memperhatikan interaksi siswa dengan media atau sumber belajar yang telah dirancang.
Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang
bersumber pada mikroprosesor. Bentuk-bentuk aplikasi dalam teknologi berbasis komputer bersifat tutorial, di mana pembelajaran utama
36 diberikan; latihan dan perulangan, untuk membantu pembelajar
mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya; permainan dan simulasi, untuk memberi kesempatan
menggunakan pengetahuan yang baru baru dipelajari dan sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data
yang banyak menggunakan tata cara pengaksesan data yang ditentukan secara eksternal.
Penggunaan teknologi berbasis komputer dapat digunakan sesuai dengan keinginan pebelajar yang didalamnya dapat diungkapkan
gagasan-gagasan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol, maupun grafis. Kegiatan belajar dengan teknologi ini berpusat pada
siswa dengan tingkat interaktivitas yang tinggi. Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Perpaduan teknologi dalam teknologi ini
merupakan perpaduan yang rumit, dan juga berkemampuan sangat tinggi untuk pembelajaran dengan melibatkan perpaduan beberapa jenis media
dibawah kendali sebuah komputer. Teknologi terpadu dapat digunakan sesuai dengan keinginan
siswa, gagasan-gagasam disampaikan secara realistik dalam konteks pengalaman belajar. Penggunaan teknologi terpadu dalam proses
pembelajaran akan meningkatkan interaktivitas siswa, karena dalam
37 teknologi ini mengintegrasikan kata-kata maupun visual dari berbagai
sumber media. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
penggunaan media yang tepat untuk proses pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi di jaman ini adalah dengan teknologi terpadu.
Teknologi terpadu merupakan pemanfaatan media komputer sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai macam unsur-unsur media
dalam pembelajaran seperti teks, audio, visual, maupun audiovisual sangat cocok untuk proses pembelajaran. Siswa akan menjadi termotivasi
dan lebih terangsang untuk berinteraksi dengan sumber belajar karena pembelajaran menjadi menyenangkan, efektif dan efisien.
5. Multimedia Pembelajaran
a. Pengertian Multimedia Pembelajaran
Menurut Barker dan Tucker, menyatakan bahwa pada tahun 60- an, multimedia pembelajaran dalam taksonomi teknologi pendidikan
diartikan sebagai gabungan atau kumpulan dari berbagai peralatan multimedia yang digunakan untuk presentasi. Pada tahun 90-an,
konsep multimedia berkembang menjadi suatu pengintegrasian lebih dari satu media, teks, grafik, suara, video, animasi, dimana siswa dapat
mengendalikan penyampaian dari elemen-elemen multimedia yang beragam Sunaryo Sunarto, 2005: 116.
38 Robin dan Linda mendefinisikan multimedia sebagai alat yang
dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video.
Definisi yang lebih mendalam disampaikan oleh Hofstetter yang mengartikan multimedia sebagai pemanfaatan komputer untuk
membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak video dan animasi dengan menggabungkan
link tool
yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi
dan berkomunikasi M.Suyanto, 2005: 20-21. . Menurut Hujair AH Sanaky 2013: 97 Pembelajaran berbasis
komputer merupakan program pembelajaran dengan menggunakan
software
komputer CD pembelajaran berupa program komputer yang berisi tentang muatan pembelajaran meliputi: judul, tujuan, materi
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Molenda, Heinich, and Russel 1966: 226
yang menyatakan bahwa:
computer system can delivery instruction by allowing them to interact with the lesson programed into the system; this is
refered to computer based instruction: Sistem komputer dapat menyampaikan pembelajaran secara individual dan langsung
kepada siswa dengan cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem komputer, inilah yang
disebut dengan pembelajaran berbasis komputer.
Melalui sistem komputer pembelajaran menjadi bersifat interaktif karena adanya interaksi antara siswa dengan multimedia interaktif. Hal
ini menjadikan pembelajaran bersifat mandiri karena melatih
39 keterampilan siswa dalam berinteraksi dengan materi pelajaran dengan
menggunakan komputer terutama dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.
Menurut Dina
Indriana 2011:
116, CD
Multimedia pembelajaran Interaktif merupakan media pengajaran dan pembelajaran
yang sangat menarik dan paling praktis penyajiannya dengan memanfaatkan komputer. Media komputer dengan menggunakan CD ini
bersifat interaktif, yang dapat menerima respon balik dari anak didik sehingga mereka secara langsung belajar dan memahami materi
pengajaran yang telah disediakan. Dengan cara yang demikian, media pembelajaran ini akan cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
Media ini bersifat interaktif berbentuk multimedia yang memiliki unsur unsur media secara lengkap, seperti sound, animasi, video, teks, dan
grafis. Sehingga, media ini dinamakan CD Multimedia interaktif”.
Berdasarakan beberapa uraian di atas, pembelajaran dengan multimedia pembelajaran berbasis komputer adalah suatu pembelajaran
yang memiliki nilai lebih dibandingkan dengan pembelajaran konvensional seperti biasanya. Multimedia pembelajaran merupakan
suatu program yang menggabungkan unsur suara, animasi, video, teks dan grafis yang dihubungkan seracara terkait. Penggunaan beberapa
unsur ini didukung dengan penyusunan materi secara terorganisir dan urut. Proses pembelajaran dengan multimedia juga melatih siswa untuk
belajar mandiri, respon pembelajaran langsung didapat oleh siswa pada
40 saat pembelajaran dengan multimedia ini. Penggunaan multimedia
pembelajaran yang menarik dan praktis ini diharapkan bisa memotivasi siswa dalam belajar secara mandiri.
b. Model-Model Multimedia Pembelajaran
Deni Darmawan 2012: 59-66 menyatakan bahwa ada empat model multimedia interaktif, yaitu model
drills,
model tutorial, model simulasi, dan model games.
1 Model
Drills
Model ini pada dasarnya memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dengan penyediaan soal-soal yang
berujuan untuk menguji penampilan siswa melalui kecepatan menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Tahapan materi model
drills
yaitu sebagai berikut. a
Program penyajian masalah dalam bentuk soal b
Siswa mengerjakan soal-soal latihan c
Program merekam penampilan siswa, mengevaluasi, dan memberikan umpan balik
d Apablia hasil latihan siswa sudah memenuhi kriteria, maka
akan berlanjut ke materi selanjutnya, namun jika belum aka nada fasilitas remidi yang dapat diberikan secara parsial
maupun keseluruhan Deni Darmawan, 2012: 61-62.
2 Model Tutorial
Model ini memberikan pengalaman belajar dengan cara memberikan materi atau informasi terlebih dahulu, kemudian
siswa diberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah disajikan. Penyajian materi dapat dilakukan secara
bertahap membentuk siklus.
41 Tahapan pembelajaran dengan model tutorial yaitu:
a
Introduction
pengenalan, b
Presentation of information
penyajian informasi atau materi,
c
Questions of respons
pertanyaan dan respon, d
Judging of responses
penilaian respon, e
Providing feedback about responses
pemberian balikan respon,
f
Remediation
pengulangan, g
Sequencing lesson segmen
segmen pengaturan pelajaran. Deni Darmawan, 2012: 62-63
3 Model Simulasi
Model ini bertjuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk
pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Program simulasi akan mendesain bentuk-bentuk animasi yang
detail. Ada empat kategori dalam model simulasi yaitu fisik, situasi, prosedur, dan proses.
Tahapan materi dalam model simulasi yaitu : a
Pengenalan, b
Penyajian informasi simulasi 1 , simulasi 2, dan seterusnya,
c Pertanyaan dan respon jawaban,
d Penilaian respon,
e Pemberian
feedback
umpan balik tentang respon, f
Pembetulan, g
Segmen pengaturan pengajaran, h
Penutup. Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, 2013: 120
4 Model
Games
Model ini mendesain pembelajaran yang menyenangkan melalui simulasi-simulasi tertentu yang dibutuhkan agar siswa
mampu menerapakan semua pengalaman belajarnya dalam
42 menyelesaikan masalah yang diprogramkan. Model
games
bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk fakta, prinsip, proses, struktur, system yang dinamis, kemampuan
memecahkan masalah, pengambilan keputusan, kemampuan kerja sama, kemampuan sosial, dan kemampuan incidental
seperti kompetisi yang harus dialami, bagaimana kerja sama, dan aturan-aturan yang harus dalam membina disiplin siswa.
Tahapan materi dalam model
games
yaitu sebagai berikut.
a
Introduction
pendahuluan, terdiri atas judul, tujuan, aturan, petunjuk, pilihan permainan.
b
Body of Instructional Games
bentuk instruksional permainan, terdiri atas skenario, tingkatan permainan,
pelaku permainan, aturan permainan, tantangan dalam mencapai tujuan, rasa ingin tahu, kompetisi positif,
hubungan bermakna
antara permainan
dan pembelajaran, kemamuan melawan tantangan, menang
atau kalah, pilihan permainan, alur atau langkah- langkah yang harus dilakukan, pergantian tipe kegiatan,
dan interaksi dalam bermain. c
Closing
penutup berisi pemberitahuan pemenang, pemberian
award
, informasi terutama
feedback
untuk pemain dalam meningkatkan penampilan individual,
43 penutup. Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana,
2013: 123 Berdasarkan beberapa pilihan model multimedia pembelajaran di
atas, peneliti memilih untuk mengembangkan model tutorial dalam penelitian. Penggunaan model tutorial yaitu dengan memberikan materi
terlebih dahulu, selanjutnya siswa diberikan evaluasi soal. Melalui multimedia pembelajaran model tutorial, diharapkan siswa dapat belajar
secara mandiri dengan bantuan komputer, selain itu siswa juga dapat memilih dan mengeksplor materi sesuai keinginannya.
c. Prinsip dan Karakteristik Multimedia Pembelajaran
Pemanfaatan multimedia pembelajaran sebaiknya berdasarkan pada pertimbangan prinsip-prinsip pembelajaran. Pengembangan
software pembelajaran, penting untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam mendesain multimedia pembelajaran. Dalam referensi buku yang
berjudul Multimedia
learning karangan
Mayer 2009:
270 mengungkapkan bahwa terdapat beberapa prinsip multimedia yaitu: 1
prinsip multimedia, 2 prinsip kedekatan ruang, 3 prinsip keterdekatan waktu, 4 prinsip koherensi, 5 prinsip modalitas, 6
prinsip redudansi, 7 prinsip perbedaan individu. Lebih lanjut dijelaskan oleh Yudhi Munadi 2008: 153 bahwa
untuk merancang multimedia interaktif perlu memperhatikan beberapa kriteria penilaian sebagai berikut: 1 Kriteria kemudahan navigasi.
Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin untuk
44 memudahkan siswa mempelajarinya sehingga siswa tidak perlu belajar
komputer terlebih dahulu, 2 Kriteria kandungan kognisi. Kandungan isi program harus memberikan pengalaman yang dibutuhkan siswa, 3
Kriteria integrasi media, memberikan penekanan pada pengintegrasian berbagai keterampilan, 4 untuk menarik minat siswa, program harus
mempunyai tampilan yang artistik dan estetik, 5 Kriteria penilaian terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Multimedia sebagai salah satu
komponen dalam sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaannya juga harus memperhatikan karakteristik pembelajaran, seperti: tujuan,
materi, strategi, dan evaluasi pembelajaran. Prinsip-prinsip di atas, menjadi landasan dalam pengembangan
multimedia pembelajaran ini, karena terdapat hal-hal pokok yang harus ada dalam multimedia pembelajaran ini nantinya. Melalui multimedia
pembelajaran ini, guru dapat mengatur materi apa saja yang akan diberikan. Guru tidak hanya memiliki control terhadap kedalaman,
penelusuran, dan pemilian bahan tetapi juga proses interaksi dalam pelaksanaan komunikasi dengan multimedia pembelajaran ini.
d. Kelebihan dan Manfaat Multimedia Pembelajaran
Dalam pembelajaran, peranan multimedia berbasis komputer menjadi semakin penting di masa kini, karena sistem multimedia yang
terdiri dari komponen media-media teks, gambar, grafis, animasi, audiodan video tersebut dirancang untuk saling melengkapi sehingga
menjadi suatu sistem yang berdaya guna dan tepat guna, di mana suatu
45 kesatuan menjadi lebih baik daripada jumlah bagian-bagiannya
the whole is greater than the sum of its parts
. Penggunaan multimedia berbasis komputer dapat diterima dalam pembelajaran atas dasar
mempertinggi proses belajar mandiri serta peran aktif dari siswa CBSA. Sistem multimedia berbasis komputer juga memberikan rangsangan bagi
proses pembelajaran yang berlangsung di luar ruang kelas Dwi Priyanto, 2009: 3.
Penggunaan multimedia pembelajaran berbasis komputer juga dapat membuat pembelajar lebih mengingat materi yang dipelajari. Hal
ini sesuai dengan hasil riset dari
Computer Technology Reaserch
tahun 1993 bahwa “Seseorang hanya dapat mengingat apa yang dia lihat
sebesar 20, dan apa yang dia dengar sebesar 30, apa yang dia dengar dan lihat sebesar 50, dan sebesar 80 dari apa yang dia lihat, dengar,
dan kerjakan secara simultan. Pencapaian 80 tersebut sangat dimungkinkan dapat dicapai dengan menggunakan multimedia
pembelajaran berbasis komputer yang interaktif. Hal ini diperjelas pendapat Blackwell dalam Dwi Priyanto 2009: 4 bahwa:
“
Multimedia lets the teacherlearner navigate, interact, and communicate with the computer. When you allow the user the
viewer to control what and when these elements are delivered, it
is interactive multimedia.” Multimedia membiarkan siswa menggunakan tombol-tombol
yang tersedia, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan komputer. Dan
46 ketika siswa mengontrol semua media yang ada di dalamnya, itulah yang
dinamakan multimedia yang interaktif. Vaughan 2006:6 menegaskan bahwa dengan multimedia akan
sesuai kapanpun manusia mengoneksikan pengguna manusia pada informasi elektronik dalam berbagai jenis. Multimedia meningkatkan
antarmuka komputer text-only minimalis dan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dengan mencari dan menarik
perhatian dan ketertarikan; multimedia memperkuat ingatan terhadap informasi.
Multimedia juga memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain. Munir 2009: 235 memaparkan keistimewaan
multimedia antara lain: 1 multimedia memberikan kemudahan umpan balik; 2 multimedia memberikan kebebasan kepada pelajar dalam
menentukan topik proses pembelajaran; 3 multimedia memberikan kemudahan kontrol yang sistematis dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa
keunggulan yaitu membuat suasana proses belajar mengajar menjadi lebih efektif, interaktif, dan menarik. Multimedia pembelajaran juga
memudahkan siswa dalam menggali materi dengan tampilan yang sudah terorganisir secara materi.
47
e. Prosedur Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Model pengembangan multimedia pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian pengembangan ini menggunakan model
Borg Gall 1983:775-783. Model penelitian ini memiliki sepuluh langkah pelaksanaan penelitian,yaitu 1 studi pendahuluan, 2
perencanaan, 3 mengembangkan produk awal, 4 ujicoba awal, 5 revisi untuk menyusun produk utama, 6 uji coba lapangan, 7 revisi
untuk menyusun produk operasional, 8 uji coba produk operasional, 9 revisi tahap akhir, dan 10 diseminasidan implementasi produk hasil
pengembangan. Model pengembangan Borg Gall 1983:775-783 ini secara
garis besar langkah-langkahnya dapat dikelompokkan ke dalam empat tahap yaitu:
1 Studi pendahuluan, meliputi: a studi pustaka yaitu mengkaji
teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan; dan b studi lapangan yaitu melakukan
survey ke sekolah, menganalisis karakteristik siswa dan melihat kemungkinan-kemungkinan dapat diterapkannya produk
penelitian
pengembangan yang
berupa multimedia
pembelajaran di sekolah tersebut. 2
Pengembangan, meliputi: a merumuskan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian pengembangan yang akan dilakukan; b
memperkirakan biaya, waktu, tenaga, prosedur kerja dan kemampuan peneliti yang dibutuhkan untuk melakukan
penelitian pengembangan; dan c mengembangkan bentuk produk awal terkait perancangan draf awal produk termasuk
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk uji coba validasi produk dan alat evaluasi serta lain sebagainya.
3 Uji Lapangan, meliputi: setelah produk divalidasi oleh ahli
materi dan ahli media, tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba lapangan dalam hal ini kepada siswa dengan tahapannya
adalah: a
preliminary field testing
uji lapangan terbatas; b
48
main field testing
uji lapangan lebih luas; dan c
operational field testing
uji oprasional. 4
Desiminasi dan Sosialisasi, meliputi: Membuat laporan mengenai produk pada pertemuan profesional dan dalam jurnal,
bekerja sama dengan penerbit untuk melakukan distribusi secara komersial, membantu distribusi untuk memberikan kendali mutu
sehingga produk hasil pengembangan berupa pembelajaran inidapat digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini menggunakan tahap studi pendahuluan yang meliputi studi pustaka dan studi lapangan.
Pengembangan yang meliputi merumuskan tujuan, mengembangkan poduk, serta memperkirakan waktu penelitian. Uji lapangan meliputi
uji coba kelompok kecil dan kelompok besar. Tahapan terakhir adalah diseminasi dan implementasi yaitu penyampaian hasil pengembangan
produk.
f. Teori Belajar yang Melandasi Pengembangan Multimedia
Pembelajaran
Berikut ini adalah beberapa teori pembelajaran yang mendukung dalam pengembangan media pembelajaran ini :
1. Teori Belajar Behavioristik
Menurut Thorndike dalam Asri Budiningsih, 2012: 21, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain
yang dapat ditangkap melalui indera. Sedangkan respon yaitu
49 reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat
berupa pikiran, perasaan, atau gerakantindakan. Terkait dengan pengembangan media pembelajaran ini,
siswa perlu diberikan stimulus dalam proses pembelajaran. Stimulus yang diberikan dapat berupa teks, gambar, video, dan
audio, sehingga nantinya siswa akan memberikan respon sesuai dengan kemampuannya tentang materi yang diberikan
melalui media pembelajaran ini.
2. Teori Kognitif
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya
tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak Asri Budiningsih,
2012: 34. Ada lima tahapan teori kognitif pada
multimedia pembelajaran seperti yang dikatakan oleh Mayer 2009:80-84 yaitu:
a. Selecting Relevant Word
Tahap ini melibatkan perhatian dan berdasarkan kata- kata yang ditampilkan secara lisan di multimedia. Jika
kata-kata disampaikan secara lisan, proses ini dimulai di
50
channel auditory
, sedangkan apabila kata-kata disampaikan dalambentuk teks, proses ini dimulai di
channel visual
.
b. Selecting Relevan Image
Pada proses ini yang terlibat adalah perhatian dan gambar.
Input
dalam tahap ini adalah gambar-gambar multimedia yang secara jelas masuk dalam sensor virtual.
Output pada tahap ini adalah sebuah gambar yang merupakan hasil kerja pemilihan dari beberapa gambar yang tersedia.
Proses ini dimulai tidak hanya channel visual, tetapi juga memungkinkan untuk menggantikan bagian ini dengan
channel auditory
.
c. Organizing Selected Word
Pada tahap ini adalah mengorganisasikan kata-kata ke dalam tampilan yang berkesinambungan misalnya frase atau
kalimat yang bermakna.
Input
dalam tahap ini adalah kata- kata lisan atau frase yang berasal dari pesan verbal.
Output
adalah kata- kata atau frase yang berkesinambungan atau bermakna.
d. Organizing Selected Image
Pada tahap ini, siswa mengorganisasikan gambar yang dimaksud di multimedia menjadi satu rangkaian gambar
yang berkesinambungan atau serangkaian gambar yang bermakna. Inputnya adalah gambar-gambar lepas yang masuk
kedalam memori siswa dan outputnya adalah gambar- gambar yang tersusun rapi serta bermakna.
e. Integrating
word-based and
image-based representations
Tahap terakhir adalah tahap yang melibatkan hubungan antara
word-based
dan
image-based presentations
. Tahap ini melibatkan perubahan dari dua bagian yang berbeda
berdasarkan kata dan gambar yang menjadi satu bagian yang bermakna. Input tahap ini adalah model verbal dan visual yang
diproses untuk menghasilkan output yang terintegrasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya.
Implikasi dari teori kognitif dalam multimedia
pembelajaran ini yaitu dapat mengarahkan perhatian siswa dengan visualisasi tampilan yang menarik dan variatif dan
penyajian materi dengan bentuk gambar sehingga mampu
51 membuat siswa lebih memahami materi dan dapat disimpan
dalam memori jangka panjang
long term memory
.
3. Teori Konstruktivistik
Teori konstruktivistik berpendapat bahwa belajar bukanlah
sekedar menghafal
akan tetapi,
proses pengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman Wina
Sanjaya, 2008:246. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas
siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan
fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberikan kebebasan untuk mengungkapkan
pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang Asri Budiningsih, 2012: 59-60.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, karakteristik pembelajaran melalui teori konstruktivitsik memiliki implikasi
dalam pengembangan media pembelajaran, dalam segi pembentukan pengetahuan melalui pengalaman belajar siswa.
Proses pembelajaran lebih difokuskan kepada siswa
student centered
, agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajar mereka secara mandiri.
52
B. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih belum sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Undang-Undang Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yaitu tentang pendidikan yang membentuk siswa yang cerdas, namun juga memiliki karakter. Pengembangan karakter sekarang
sangat penting untuk diutamakan dalam proses pembelajaran. Pada pendidikan dasar, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam materi
pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran, diantaranya adalah PKn. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar bertujuan untuk membangun
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa menjadi satu kesatuan yang utuh agar tumbuh kebanggaan dan rasa cinta tanah air.
Proses pembelajaran akan berjalan lancar apabila proses penyampaian pesan dari guru ke siswa terjalin interaksi yang aktif, sehingga proses
penyampaian pesan menjadi efektif dan mudah diterima. Menurut Hamalik 1996, pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan
keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis Sukiman, 2012: 41. Oleh
karena itu, penggunaan media dalam pembelajaran akan bermanfaat bagi siswa dalam menerima pesan maupun bagi guru dalam menyampaikan pesan
sehingga tujuan belajar akan benar-benar tercapai. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SD N 1
Jotangan diperoleh informasi tentang masih kurangnya internalisasi nilai-nilai karakter, khususnya nilai cinta tanah air. Misalnya seperti pada saat upacara
53 bendera, masih ada siswa yang bercakap-cakap maupun saling bercanda pasa
saat kegiatan upacara. Selain itu, dalam proses pembelajaran di SD N 1 Jotangan, guru sebagai sumber belajar hanya menunjukkan dan mengajarkan
teori saja. Selain itu, guru juga kurang memiliki motivasi dalam mengajarkan nilai-nilai teori dari pendidikan karakter tersebut, dan menyebabkan
pembelajaran tentang nilai-nilai karakter ini cukup sulit untuk dilakukan. Pelaksanaan inovasi belajar yang baru, akan lebih memotivasi guru maupun
siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu inovasi yang perlu digunakan adalah penggunaan multimedia pembelajaran.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dengan pengembangan multimedia pembelajaran diharapkan siswa akan lebih senang dan termotivasi
dalam belajar, sehingga hal ini akan mendukung dalam proses internalisasi nilai karakter. Siswa kelas 5 SD tergolong pada tahap masa kanak-kanak
akhir. Pada masa ini anak mampu berfikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat
digambarkan atau pernah dialami Rita Eka Izzaty, 2008: 116. Penggunaan multimedia pembelajaran dapat menampilkan sifat-sifat keteladanan secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari melalui visualisasi dalam multimedia. Oleh karena itu, dengan menggunakan multimedia siswa akan dapat
terangsang untuk berfikir secara konkret karena diberikan stimulus berupa gambaran kejadian ataupun objek-objek yang konkret. Berdasarkan
pernyataan tersebut, dengan menggunakan multimedia pemahaman tentang materi apa yang disampaikan dalam multimedia dapat terimplementasikan