Deskripsi Teori KAJIAN PUSTAKA

15 Pendidikan Kewarganegaraan PKn diartikan sebagai pendidikan politik yang fokus materinya adalah peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang sesuai dengan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Cholisin dalam Winarno, 2013: 6. PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar memiliki misi untuk menanamkan nilai Pancasila dan kewarganegaraan bagi warga negara usia muda di lingkup sekolah dasar. Di Sekolah Dasar, PKn dititikberatkan pada penghayatan dan pembiasaan diri berperan sebagai warga negara yang demokratis dalam konteks Indonesia Suharno, dkk., 2006: 13. Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan maupun nilai-nilai budaya Negara Indonesia kepada siswa untuk bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan kewarganegaraan juga memberikan pendidikan moral dan budi pekerti kepada siswa, agar nantinya mampu mempertahankan negara dari berbagai ancaman dari luar maupun dari dalam negara sendiri. 16

b. Tujuan Pembelajaran PKn di SD

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan pembelajaran PKn di SD. Dalam kurikulum KTSP 2006, tujuan pembelajaran PKn adalah sebagai berikut Suharno, dkk., 2006: 18 : 1 berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2 berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3 berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdsarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 4 berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sedangkan tujuan PKn yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri 19941995:10 adalah sebagai berikut : 1 Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. 2 Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia. 17 Menurut Branson 1999:7 tujuan civics education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn sebagai suatu mata pelajaran tidak hanya memberikan pengetahuan kogintif saja kepada siswa, namun juga memberikan dan menanamkan nilai afektif dan psikomotorik dalam pembentukan karakter siswa. Berkaitan dengan pokok bahasan yang dipilih dalam pengembangan multimedia, tujuan pembelajaran PKn yang ingin dicapai adalah memberikan pengetahuan tentang makna persatuan dan kesatuan dalam membangun Negara Indonesia. Selain memberikan pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai dalam pokok bahasan wawasan nusantara adalah untuk memberikan contoh sikap moral siswa untuk bisa memahami dan mengimplementasikan sikap cinta tanah air, khususnya dalam persatuan dan kesatuan Negara Indonesia. Pengembangan multimedia pembelajaran ini mengacu pada standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn tentang pokok bahasan Wawasan Nusantara untuk siswa kelas V Sekolah Dasar, yaitu sebagai berikut. 18 Tabel 1. Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI 1.1. Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.3. Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Karakteristik Pembelajaran PKn di SD

Sejalan dengan perkembangan bangsa Indonesia menuju masyarakat madani yang ditandai dengan semakin meningkatnya laju globalisasi maupun persaingan antar bangsa yang semakin ketat, pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang sedang berubah. Proses pembangunan karakter bangsa dirasakan sangat perlu untuk dilakukan. Karakter perlu dibangun sejak dini untuk generasi muda guna membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi laju perkembangan zaman. Tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara civic intelligence, membina 19 tanggung jawab warga negara civic responsibility , dan mendorong partisipasi warga negara civic participation Suharno, dkk., 2006: 11. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn yaitu religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, nasionalis, patuh pada aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Asmaun Sahlan Angga Teguh Prastyo, 2012: 56. Sebagai salah satu pembelajaran yang menekankan pada pengembangan nilai karakter, strategi dan model pembelajaran yang tepat menjadi faktor utama tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Asmaun Sahlan Angga Teguh Prastyo 2012, 63, agar pendidikan karakter dapat teringat dan terinspirasi selalu dalam kehidupan siswa long term memory , mapel ini harus disajikan dengan contoh yang ada sangkut pautnya dengan kehidupan siswa. Penyajian pendidikan karakter yang banyak bersentuhan dengan persoalan yang menukik dengan keseharian siswa akan menjadikan siswa tidak hanya sekadar mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut, tetapi juga karena mereka merasa butuh. Penyajian materi pembelajaran dengan menghubungkan materi dengan contoh perilaku kehidupan sehari-hari akan menjadi lebih bermakna dan kontekstual. Oleh karena itu, dengan penyajian materi secara kontekstual menjadi suatu pilihan yang tepat dalam menyajikan materi dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dalam materi pembelajaran PKn. 20

d. Pokok Bahasan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan pertahanan keamanan harus tercermin dalam pola piker, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia di atas kepentingan pribadi dan golongan S. Sumarsono, dkk., 2001: 81. Sebagai wawasan nasional, wawasan nusantara mempunyai tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan ke dalam adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa Indonesia. Aspek tersebut meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Sedangkan tujuan ke luar adalah agar mampu mengadakan kerjasama dalam forum internasional dalam upaya mewujudkan kepentingan nasional Indonesia di dunia. Secara umum, wawasan nusantara merupakan bentuk nyata pengamalan Pancasila, khususnya sila Persatuan Indonesia Tijan,dkk., 2007: 11. Dalam S. Sumarsono, dkk., 2001: 81. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional. 21 Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini, wawasan nusantara dalam tingkat sekolah dasar merupakan materi yang mempelajari pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Karakteristik Siswa SD

Siswa SD kelas V berkisar pada usia 11-12 tahun pada masa ini disebut dengan masa kanak-kanak akhir. Anak dengan usia 11-12 tahun tergolong dalam masa kanak-kanak akhir fase masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. 2008: 116 ciri-ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi Sekolah dasar adalah : a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajaranya di sekolah e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Menurut Piaget dalam Izzaty 2008: 105, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasional konkret dalam berfikir usia 7-12 tahun, dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Berdasarkan uraian di atas, anak dengan umur 11-12 tahun termasuk kedalam masa kanak-kanak akhir dimana dalam tahap perkembangan kognitif anak, mereka berpikir secara konkret dengan rasa 22 ingin tahu dan ingin belajar secara realistis. Dalam pembelajaran, penggunaan media pembelajaran yang bersifat konkret akan sangat membantu proses belajar siswa. Oleh karena itu, dengan menggunakan media pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu terpacu untuk bisa memahami materi dengan stimulus yang diberikan dalam media pembelajaran yang berupa visualisasi materi agar mudah dipahami. Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst Monks, 2006: 23-24 yaitu sebagai berikut: 1 memiliki ketangkasan fisik yang diperlukan dalam melaksanakan permainanolahraga; 2 membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang; 3 belajar peranan sesuai jenis kelamin dan bergaul bersama teman sebaya; 4 belajar membentuk sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga; 5 mengembangkan nurani, moralitas dan skala nilai; dan 6 belajar membaca, menulis, berhitus, serta belajar pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari. Dalam tugas perkembangannya, perkembangan sosial anak usia sekolah ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial Monks, 2006: 183. Selain itu, menurut Piaget Allen dan Marotz, 2010: 159 dalam masa akhir kanak-kanak tersebut anak menjadi tidak bergantung pada orang tuanya karena hubungan pertemanan semakin meluas. Rita Eka Izzaty 2008: 114 menyatakan bahwa pemahaman tentang diri dan perubahan dalam perkembangan gender dan moral menandai perkembangan anak selama masa kanak-kanak akhir. Menurut Izzaty, 23 perkembangan sosial masa kanak-kanak akhir dapat dilihat dari kegiatan bermain dan hubungan teman sebaya. Dari paparan mengenai perkembangan sosial anak menurut beberapa ahli di atas, dapat diketahui pada tahapan ini perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau kelompok bermain mereka. Berkaitan dengan penelitian ini, internalisasi nilai karakter dapat dimulai dengan memberikan contoh sikap-sikap dalam konteks lingkungan bermain siswa. Selain itu, perkembangan sosial anak akan mejadi lebih optimal dan menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebayanya dan juga masyarakat sekitar. Tahap perkembangan emosi psikososial pada usia sekolah menurut Erik Erikson Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 222-223 mencakup perkembangan anak sekitar usia 6 tahun sampai kira-kira 12 atau 13 tahun. Pada tahap ini bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka untuk mengetahui sesuatu akan bertambah kuat dan terikat erat dengan perjuangan dasar untuk mencapai kompetensi. Dalam perkembangan yang normal anak-anak berjuang secara produktif untuk bisa belajar kemampuan-kemampuan yang diperlukan. Tahap keempat ini meliputi produktivitas versus Inferioritas kemampuan menghasilkan versus rasa tidak berguna. Pada masa sekolah school age ditandai adanya kecenderungan industry-inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mampelajari apa saja yang ada di lingkungannya. 24 Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa dirinya tidak berguna, tidak bisa berbuat apa-apa. Tahap ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 atau 13 tahun. Berkaitan dengan perkembangan emosi siswa pada tahap masa kanak-kanak akhir, siswa sangat aktif dalam mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, penyusunan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa akan membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

3. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan proses untuk mengembangkan potensi pada diri setiap siswa kesadaran sebagai warga bangsa yang bermartabat, merdeka dan berdaulat dan berkemauan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan tersebut Darmiyati Zuchdi, 2011: 159. Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development usaha 25 kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal Zubaedi, 2011: 14. Selanjutnya, Williams Schnaps dalam Zubaedi 2011: 15 mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “ Any deliberate approach by which school personnel, often in conjunction with parents and community members, help children and youth become caring, principled and responsible”. Artinya, pendidikan karakter merupakan berbagai cara yang dilakukan oleh para warga sekolah dan dilakukan bersama-sama dengan orang tua maupun warga masyarakat untuk membantu anak melatih sifat kepedulian, berpendirian dan bertanggung jawab. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh berbagai elemen warga Negara untuk mengembangkan sifat-sifat kepedulian, berpendirian maupun bertanggung jawab untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara sebagai warga Negara yang bermartabat.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Doni Kesuma dalam Novan Ardy Wiyani 2007: 70-72, secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut. 1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. 2. Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai- nilai yang dikembangkan oleh sekolah. 26 3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama. Sedangkan menurut Said Hamid Hasan dalam Zubaedi 2011: 18, pendidikan karakter secara perinci memiliki lima tujuan. Pertama, mengembangkan potensi kalbunuraniafektif siswa sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. Kedua , mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious. Ketiga , menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa. Keempat, mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. Kelima , mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan dignity. Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah memberikan pengetahuan siswa tentang pentingnya nilai-nilai karakter, khususnya nilai karakter cinta tanah air. Selain memberikan pengetahuan tentang nilai karakter cinta tanah air, diharapkan siswa akan termotivasi untuk merasakan dan mengaplikasikan nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga Negara yang berwawasan kebangsaan. 27

c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter terdiri dari beberapa jenis, diantaranya yaitu: Pertama, pendidikan karakter berdasarkan nilai religious, jenis pendidikan ini merupakan kebenaran wahyu Tuhan konservasi moral. Kedua, pendidikan karakter berdasar nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa konservasi lingkungan. Ketiga, pendidikan karakter berdasar potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan konservasi humanis. Pendidikan karakter berdasarkan potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala upaya sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik agar mampu mengatasi diri serta mampu mengembangkan segala potensi yang dimilikinya Yahya Khan, 2010: 2. Menurut Lickona Ajat Sudrajat, 2011: 49 ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan. Ketujuh alasan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1 Cara terbaik untuk menjamin anak-anak siswa memiliki kepribadian baik dalam kehidupannya. 2 Cara meningkatkan prestasi akademik. 3 Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya sendiri di tempat lain. 4 Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat beragam. 5 Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja belajar yang rendah. 6 Persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja. 28 7 Pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban. Menurut Kemdiknas 2010: 33-39, nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Sekolah Dasar diantaranya : 1 Religius 2 Jujur 3 Toleransi 4 Disiplin 5 Kerja keras 6 Kreatif 7 Mandiri 8 Demokratis 9 Rasa ingin tahu 10 Semangat kebangsaan 11 Cinta tanah air 12 Menghargai prestasi 13 Bersahabat komunikatif 14 Cinta damai 15 Gemar membaca 16 Peduli sosial 17 Peduli lingkungan Berdasarkan uraian di atas, nilai karakter yang dipilih dalam penelitian ini adalah nilai cinta tanah air yang mengajarkan tentang cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan perhargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

d. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air

Menurut Malik Fajar dalam Zubaedi 2011: 277, PKn memiliki peranan penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam mencapai ini tersebut, PKn perlu segera dikembangkan 29 dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi serta model-model pembelajaran yang efektif, dengan memerhatikan empat hal. Pertama, PKn perlu mengembangkan kemampuan dasar terkait dengan kemampuan intelektual, sosial berpikir, bersikap, bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup masyarakat. Kedua, PKn perlu mengembangkan daya nalar state of mind siswasiswa pengembangan kecerdasan civic intelligence, tanggung jawab civic responsibility, dan partisipasi civic participation warga Negara sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga, PKn perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pada pelatihan dan penggunaan logika dan penalaran. Keempat, kelas PKn sebagia laboratorium demokrasi bukan sekedar membutuhkan pemahaman, sikap, dan perilaku demokratis melalui mengajar demokrasi teaching democracy , tetapi memerlukan model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup berdemokrasi. Cogan dalam Darmiyati Zuchdi 2011: 358 mengartikan pendidikan kewarganegaraan berperan penting sebagai penyiapan generasi muda siswa untuk menjadi warga Negara yang memiliki identitas dan kebanggaan nasional, serta memiliki pengetahuan dan kecakapan serta nilai-nilai yang diperlukan untuk menjalankan hak-hak dan kewajibannya. 30 Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan kewarganegaraan mempunyai peran penting dalam pembangunan moral dan karakter bangsa dengan menanamkan nilai-nilai penting dalam pengetahuan, rasa dan perilaku yang berbudaya sesuai dengan identitas dan kebudayaan bangsa untuk mengembangkan rasa cinta tanah air. Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan, pemilihan pokok bahasan wawasan nusantara di Sekolah Dasar menjadi materi yang digunakan sebagai penginternalisasian nilai karakter cinta tanah air. Pokok bahasan wawasan nusantara bertunjuan untuk menanamkan rasa persatuan dan kesatuan siswa. Rasa persatuan dan kesatuan siswa perlu dikembangkan sejak dini untuk pembangunan moral dan karakter bangsa yang kokoh. 31

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal Azhar Arsyad dalam Sukiman, 2012: 28. AECT Association of Education and Communication Technology dalam Sukiman, 2012: 28 memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Asosiasi Pendidikan Nasional National Education Association NEA memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6. Fleming dalam Sukiman, 2012: 38 menyebut media dengan istilah mediator yang diartikan sebagai penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Asnawir mendefinisikan media sebagai sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audiens siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses 32 belajar pada dirinya Asmaun Sahlan Angga Teguh Prastyo, 2012: 105. Dengan demikian media pembelajaran merupakan segala sesuatu baik sarana maupun benda yang digunakan untuk mentransfer pesan dari penyampai pesan yaitu pendidik ke penerima pesan yaitu siswa, dengan tujuan untuk merangsang siswa dalam proses pembelajaran.

b. Tujuan dan Fungsi Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa dalam materi pelajaran yang dipelajari. Berikut fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut Asnawir dan Usman 2002: 24 : 1 Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru 2 Memberikan pengalaman lebih nyata yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit 3 Menarik perhatian siswa lebih besar kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan 4 Semua indra dapat diaktifkan 5 Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

c. Jenis - Jenis Media Pembelajaran

Gagne Briggs dalam Arsyad 2002: 4 mengemukakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran yang terdiri dari, antara lain : buku, tape-recorder, kaset, video kamer, video recorder, film, slide gambar bingkai, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Berikut ini akan diuraikan klasifikasi media pembelajaran menurut Lehsin, dkk., Arsyad, 2008: 81-101, yaitu : 33 1 Media berbasis manusia Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran. 2 Media berbasis cetakan Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerjalatihan, jurnal, majalah, dan lembar lepas. 3 Media berbasis visual Media berbasis visual image atau perumpamaan memegang peranan penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara materi pelajaran dengan dunia nyata. 4 Media berbasis audio-visual Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Contoh media yang berbasis audio-visual adalah video, film, slide bersama tape, televise. 5 Media berbasis komputer Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer-Managed Instruction CMI . Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction CAI. CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media koputer. Berdasarkan beberapa uraian di atas, multimedia yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk media berbasis komputer, dan berjenis model CAI Computer Assisted Instruction , karena dalam penggunaan multimedia pembelajaran ini sebagai media pendukung pembelajaran dan membantu dalam proses belajar. 34

d. Penggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran

Penggunaan dan pemilihan media pembelajaran akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pengembangan media pembelajaran perlu memperhatikan beberapa faktor, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, minat siswa maupun faktor lingkungan. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audiens siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai Asmaun Sahlan Angga Teguh Prastyo, 2012: 105. Menurut Darmawan 2012: 13, kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori: teknologi cetak yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain, teknologi audiovisual, teknologi berasaskan komputer, dan teknologi terpadu. Secara lebih lengkap dari keempat kategori tersebut Darmawan: 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut: Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan bahan visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan 35 informasi oleh manusia, dan teori belajar. Contoh dari teknologi cetak ini seperti, buku, poster, modul, pamflet, dan lain-lain. Berkaitan dengan proses pembelajaran, teknologi cetak cenderung kurang efektif jika dipakai dalam pembelajaran, karena hanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif hanya menerima sehingga siswa cenderung cepat merasa bosan dengan materi yang ada. Teknologi audiovisual adalah merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyampaikan pesan audio dan visual. Secara khusus, teknologi audiovisual memproyeksikan bahan, seperti gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang berukuran besar. Contoh dari teknologi audiovisual seperti film, televisi, VCD Player maupun DVD Player. Proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi audiovisual secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh pengembang. Penggunaan teknologi audiovisual dalam proses pembelajaran, cenderung berpusat pada guru, sehingga kurang memperhatikan interaksi siswa dengan media atau sumber belajar yang telah dirancang. Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Bentuk-bentuk aplikasi dalam teknologi berbasis komputer bersifat tutorial, di mana pembelajaran utama 36 diberikan; latihan dan perulangan, untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya; permainan dan simulasi, untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru baru dipelajari dan sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data yang banyak menggunakan tata cara pengaksesan data yang ditentukan secara eksternal. Penggunaan teknologi berbasis komputer dapat digunakan sesuai dengan keinginan pebelajar yang didalamnya dapat diungkapkan gagasan-gagasan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol, maupun grafis. Kegiatan belajar dengan teknologi ini berpusat pada siswa dengan tingkat interaktivitas yang tinggi. Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Perpaduan teknologi dalam teknologi ini merupakan perpaduan yang rumit, dan juga berkemampuan sangat tinggi untuk pembelajaran dengan melibatkan perpaduan beberapa jenis media dibawah kendali sebuah komputer. Teknologi terpadu dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa, gagasan-gagasam disampaikan secara realistik dalam konteks pengalaman belajar. Penggunaan teknologi terpadu dalam proses pembelajaran akan meningkatkan interaktivitas siswa, karena dalam 37 teknologi ini mengintegrasikan kata-kata maupun visual dari berbagai sumber media. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan penggunaan media yang tepat untuk proses pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi di jaman ini adalah dengan teknologi terpadu. Teknologi terpadu merupakan pemanfaatan media komputer sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai macam unsur-unsur media dalam pembelajaran seperti teks, audio, visual, maupun audiovisual sangat cocok untuk proses pembelajaran. Siswa akan menjadi termotivasi dan lebih terangsang untuk berinteraksi dengan sumber belajar karena pembelajaran menjadi menyenangkan, efektif dan efisien.

5. Multimedia Pembelajaran

a. Pengertian Multimedia Pembelajaran

Menurut Barker dan Tucker, menyatakan bahwa pada tahun 60- an, multimedia pembelajaran dalam taksonomi teknologi pendidikan diartikan sebagai gabungan atau kumpulan dari berbagai peralatan multimedia yang digunakan untuk presentasi. Pada tahun 90-an, konsep multimedia berkembang menjadi suatu pengintegrasian lebih dari satu media, teks, grafik, suara, video, animasi, dimana siswa dapat mengendalikan penyampaian dari elemen-elemen multimedia yang beragam Sunaryo Sunarto, 2005: 116. 38 Robin dan Linda mendefinisikan multimedia sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video. Definisi yang lebih mendalam disampaikan oleh Hofstetter yang mengartikan multimedia sebagai pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak video dan animasi dengan menggabungkan link tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi M.Suyanto, 2005: 20-21. . Menurut Hujair AH Sanaky 2013: 97 Pembelajaran berbasis komputer merupakan program pembelajaran dengan menggunakan software komputer CD pembelajaran berupa program komputer yang berisi tentang muatan pembelajaran meliputi: judul, tujuan, materi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Molenda, Heinich, and Russel 1966: 226 yang menyatakan bahwa: computer system can delivery instruction by allowing them to interact with the lesson programed into the system; this is refered to computer based instruction: Sistem komputer dapat menyampaikan pembelajaran secara individual dan langsung kepada siswa dengan cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem komputer, inilah yang disebut dengan pembelajaran berbasis komputer. Melalui sistem komputer pembelajaran menjadi bersifat interaktif karena adanya interaksi antara siswa dengan multimedia interaktif. Hal ini menjadikan pembelajaran bersifat mandiri karena melatih 39 keterampilan siswa dalam berinteraksi dengan materi pelajaran dengan menggunakan komputer terutama dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Dina Indriana 2011: 116, CD Multimedia pembelajaran Interaktif merupakan media pengajaran dan pembelajaran yang sangat menarik dan paling praktis penyajiannya dengan memanfaatkan komputer. Media komputer dengan menggunakan CD ini bersifat interaktif, yang dapat menerima respon balik dari anak didik sehingga mereka secara langsung belajar dan memahami materi pengajaran yang telah disediakan. Dengan cara yang demikian, media pembelajaran ini akan cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Media ini bersifat interaktif berbentuk multimedia yang memiliki unsur unsur media secara lengkap, seperti sound, animasi, video, teks, dan grafis. Sehingga, media ini dinamakan CD Multimedia interaktif”. Berdasarakan beberapa uraian di atas, pembelajaran dengan multimedia pembelajaran berbasis komputer adalah suatu pembelajaran yang memiliki nilai lebih dibandingkan dengan pembelajaran konvensional seperti biasanya. Multimedia pembelajaran merupakan suatu program yang menggabungkan unsur suara, animasi, video, teks dan grafis yang dihubungkan seracara terkait. Penggunaan beberapa unsur ini didukung dengan penyusunan materi secara terorganisir dan urut. Proses pembelajaran dengan multimedia juga melatih siswa untuk belajar mandiri, respon pembelajaran langsung didapat oleh siswa pada 40 saat pembelajaran dengan multimedia ini. Penggunaan multimedia pembelajaran yang menarik dan praktis ini diharapkan bisa memotivasi siswa dalam belajar secara mandiri.

b. Model-Model Multimedia Pembelajaran

Deni Darmawan 2012: 59-66 menyatakan bahwa ada empat model multimedia interaktif, yaitu model drills, model tutorial, model simulasi, dan model games. 1 Model Drills Model ini pada dasarnya memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dengan penyediaan soal-soal yang berujuan untuk menguji penampilan siswa melalui kecepatan menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Tahapan materi model drills yaitu sebagai berikut. a Program penyajian masalah dalam bentuk soal b Siswa mengerjakan soal-soal latihan c Program merekam penampilan siswa, mengevaluasi, dan memberikan umpan balik d Apablia hasil latihan siswa sudah memenuhi kriteria, maka akan berlanjut ke materi selanjutnya, namun jika belum aka nada fasilitas remidi yang dapat diberikan secara parsial maupun keseluruhan Deni Darmawan, 2012: 61-62. 2 Model Tutorial Model ini memberikan pengalaman belajar dengan cara memberikan materi atau informasi terlebih dahulu, kemudian siswa diberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah disajikan. Penyajian materi dapat dilakukan secara bertahap membentuk siklus. 41 Tahapan pembelajaran dengan model tutorial yaitu: a Introduction pengenalan, b Presentation of information penyajian informasi atau materi, c Questions of respons pertanyaan dan respon, d Judging of responses penilaian respon, e Providing feedback about responses pemberian balikan respon, f Remediation pengulangan, g Sequencing lesson segmen segmen pengaturan pelajaran. Deni Darmawan, 2012: 62-63 3 Model Simulasi Model ini bertjuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Program simulasi akan mendesain bentuk-bentuk animasi yang detail. Ada empat kategori dalam model simulasi yaitu fisik, situasi, prosedur, dan proses. Tahapan materi dalam model simulasi yaitu : a Pengenalan, b Penyajian informasi simulasi 1 , simulasi 2, dan seterusnya, c Pertanyaan dan respon jawaban, d Penilaian respon, e Pemberian feedback umpan balik tentang respon, f Pembetulan, g Segmen pengaturan pengajaran, h Penutup. Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, 2013: 120 4 Model Games Model ini mendesain pembelajaran yang menyenangkan melalui simulasi-simulasi tertentu yang dibutuhkan agar siswa mampu menerapakan semua pengalaman belajarnya dalam 42 menyelesaikan masalah yang diprogramkan. Model games bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk fakta, prinsip, proses, struktur, system yang dinamis, kemampuan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, kemampuan kerja sama, kemampuan sosial, dan kemampuan incidental seperti kompetisi yang harus dialami, bagaimana kerja sama, dan aturan-aturan yang harus dalam membina disiplin siswa. Tahapan materi dalam model games yaitu sebagai berikut. a Introduction pendahuluan, terdiri atas judul, tujuan, aturan, petunjuk, pilihan permainan. b Body of Instructional Games bentuk instruksional permainan, terdiri atas skenario, tingkatan permainan, pelaku permainan, aturan permainan, tantangan dalam mencapai tujuan, rasa ingin tahu, kompetisi positif, hubungan bermakna antara permainan dan pembelajaran, kemamuan melawan tantangan, menang atau kalah, pilihan permainan, alur atau langkah- langkah yang harus dilakukan, pergantian tipe kegiatan, dan interaksi dalam bermain. c Closing penutup berisi pemberitahuan pemenang, pemberian award , informasi terutama feedback untuk pemain dalam meningkatkan penampilan individual, 43 penutup. Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, 2013: 123 Berdasarkan beberapa pilihan model multimedia pembelajaran di atas, peneliti memilih untuk mengembangkan model tutorial dalam penelitian. Penggunaan model tutorial yaitu dengan memberikan materi terlebih dahulu, selanjutnya siswa diberikan evaluasi soal. Melalui multimedia pembelajaran model tutorial, diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri dengan bantuan komputer, selain itu siswa juga dapat memilih dan mengeksplor materi sesuai keinginannya.

c. Prinsip dan Karakteristik Multimedia Pembelajaran

Pemanfaatan multimedia pembelajaran sebaiknya berdasarkan pada pertimbangan prinsip-prinsip pembelajaran. Pengembangan software pembelajaran, penting untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam mendesain multimedia pembelajaran. Dalam referensi buku yang berjudul Multimedia learning karangan Mayer 2009: 270 mengungkapkan bahwa terdapat beberapa prinsip multimedia yaitu: 1 prinsip multimedia, 2 prinsip kedekatan ruang, 3 prinsip keterdekatan waktu, 4 prinsip koherensi, 5 prinsip modalitas, 6 prinsip redudansi, 7 prinsip perbedaan individu. Lebih lanjut dijelaskan oleh Yudhi Munadi 2008: 153 bahwa untuk merancang multimedia interaktif perlu memperhatikan beberapa kriteria penilaian sebagai berikut: 1 Kriteria kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin untuk 44 memudahkan siswa mempelajarinya sehingga siswa tidak perlu belajar komputer terlebih dahulu, 2 Kriteria kandungan kognisi. Kandungan isi program harus memberikan pengalaman yang dibutuhkan siswa, 3 Kriteria integrasi media, memberikan penekanan pada pengintegrasian berbagai keterampilan, 4 untuk menarik minat siswa, program harus mempunyai tampilan yang artistik dan estetik, 5 Kriteria penilaian terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Multimedia sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaannya juga harus memperhatikan karakteristik pembelajaran, seperti: tujuan, materi, strategi, dan evaluasi pembelajaran. Prinsip-prinsip di atas, menjadi landasan dalam pengembangan multimedia pembelajaran ini, karena terdapat hal-hal pokok yang harus ada dalam multimedia pembelajaran ini nantinya. Melalui multimedia pembelajaran ini, guru dapat mengatur materi apa saja yang akan diberikan. Guru tidak hanya memiliki control terhadap kedalaman, penelusuran, dan pemilian bahan tetapi juga proses interaksi dalam pelaksanaan komunikasi dengan multimedia pembelajaran ini.

d. Kelebihan dan Manfaat Multimedia Pembelajaran

Dalam pembelajaran, peranan multimedia berbasis komputer menjadi semakin penting di masa kini, karena sistem multimedia yang terdiri dari komponen media-media teks, gambar, grafis, animasi, audiodan video tersebut dirancang untuk saling melengkapi sehingga menjadi suatu sistem yang berdaya guna dan tepat guna, di mana suatu 45 kesatuan menjadi lebih baik daripada jumlah bagian-bagiannya the whole is greater than the sum of its parts . Penggunaan multimedia berbasis komputer dapat diterima dalam pembelajaran atas dasar mempertinggi proses belajar mandiri serta peran aktif dari siswa CBSA. Sistem multimedia berbasis komputer juga memberikan rangsangan bagi proses pembelajaran yang berlangsung di luar ruang kelas Dwi Priyanto, 2009: 3. Penggunaan multimedia pembelajaran berbasis komputer juga dapat membuat pembelajar lebih mengingat materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan hasil riset dari Computer Technology Reaserch tahun 1993 bahwa “Seseorang hanya dapat mengingat apa yang dia lihat sebesar 20, dan apa yang dia dengar sebesar 30, apa yang dia dengar dan lihat sebesar 50, dan sebesar 80 dari apa yang dia lihat, dengar, dan kerjakan secara simultan. Pencapaian 80 tersebut sangat dimungkinkan dapat dicapai dengan menggunakan multimedia pembelajaran berbasis komputer yang interaktif. Hal ini diperjelas pendapat Blackwell dalam Dwi Priyanto 2009: 4 bahwa: “ Multimedia lets the teacherlearner navigate, interact, and communicate with the computer. When you allow the user the viewer to control what and when these elements are delivered, it is interactive multimedia.” Multimedia membiarkan siswa menggunakan tombol-tombol yang tersedia, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan komputer. Dan 46 ketika siswa mengontrol semua media yang ada di dalamnya, itulah yang dinamakan multimedia yang interaktif. Vaughan 2006:6 menegaskan bahwa dengan multimedia akan sesuai kapanpun manusia mengoneksikan pengguna manusia pada informasi elektronik dalam berbagai jenis. Multimedia meningkatkan antarmuka komputer text-only minimalis dan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dengan mencari dan menarik perhatian dan ketertarikan; multimedia memperkuat ingatan terhadap informasi. Multimedia juga memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain. Munir 2009: 235 memaparkan keistimewaan multimedia antara lain: 1 multimedia memberikan kemudahan umpan balik; 2 multimedia memberikan kebebasan kepada pelajar dalam menentukan topik proses pembelajaran; 3 multimedia memberikan kemudahan kontrol yang sistematis dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa keunggulan yaitu membuat suasana proses belajar mengajar menjadi lebih efektif, interaktif, dan menarik. Multimedia pembelajaran juga memudahkan siswa dalam menggali materi dengan tampilan yang sudah terorganisir secara materi. 47

e. Prosedur Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Model pengembangan multimedia pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian pengembangan ini menggunakan model Borg Gall 1983:775-783. Model penelitian ini memiliki sepuluh langkah pelaksanaan penelitian,yaitu 1 studi pendahuluan, 2 perencanaan, 3 mengembangkan produk awal, 4 ujicoba awal, 5 revisi untuk menyusun produk utama, 6 uji coba lapangan, 7 revisi untuk menyusun produk operasional, 8 uji coba produk operasional, 9 revisi tahap akhir, dan 10 diseminasidan implementasi produk hasil pengembangan. Model pengembangan Borg Gall 1983:775-783 ini secara garis besar langkah-langkahnya dapat dikelompokkan ke dalam empat tahap yaitu: 1 Studi pendahuluan, meliputi: a studi pustaka yaitu mengkaji teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan; dan b studi lapangan yaitu melakukan survey ke sekolah, menganalisis karakteristik siswa dan melihat kemungkinan-kemungkinan dapat diterapkannya produk penelitian pengembangan yang berupa multimedia pembelajaran di sekolah tersebut. 2 Pengembangan, meliputi: a merumuskan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian pengembangan yang akan dilakukan; b memperkirakan biaya, waktu, tenaga, prosedur kerja dan kemampuan peneliti yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian pengembangan; dan c mengembangkan bentuk produk awal terkait perancangan draf awal produk termasuk sarana dan prasarana yang diperlukan untuk uji coba validasi produk dan alat evaluasi serta lain sebagainya. 3 Uji Lapangan, meliputi: setelah produk divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba lapangan dalam hal ini kepada siswa dengan tahapannya adalah: a preliminary field testing uji lapangan terbatas; b 48 main field testing uji lapangan lebih luas; dan c operational field testing uji oprasional. 4 Desiminasi dan Sosialisasi, meliputi: Membuat laporan mengenai produk pada pertemuan profesional dan dalam jurnal, bekerja sama dengan penerbit untuk melakukan distribusi secara komersial, membantu distribusi untuk memberikan kendali mutu sehingga produk hasil pengembangan berupa pembelajaran inidapat digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini menggunakan tahap studi pendahuluan yang meliputi studi pustaka dan studi lapangan. Pengembangan yang meliputi merumuskan tujuan, mengembangkan poduk, serta memperkirakan waktu penelitian. Uji lapangan meliputi uji coba kelompok kecil dan kelompok besar. Tahapan terakhir adalah diseminasi dan implementasi yaitu penyampaian hasil pengembangan produk.

f. Teori Belajar yang Melandasi Pengembangan Multimedia

Pembelajaran Berikut ini adalah beberapa teori pembelajaran yang mendukung dalam pengembangan media pembelajaran ini : 1. Teori Belajar Behavioristik Menurut Thorndike dalam Asri Budiningsih, 2012: 21, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui indera. Sedangkan respon yaitu 49 reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakantindakan. Terkait dengan pengembangan media pembelajaran ini, siswa perlu diberikan stimulus dalam proses pembelajaran. Stimulus yang diberikan dapat berupa teks, gambar, video, dan audio, sehingga nantinya siswa akan memberikan respon sesuai dengan kemampuannya tentang materi yang diberikan melalui media pembelajaran ini. 2. Teori Kognitif Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak Asri Budiningsih, 2012: 34. Ada lima tahapan teori kognitif pada multimedia pembelajaran seperti yang dikatakan oleh Mayer 2009:80-84 yaitu: a. Selecting Relevant Word Tahap ini melibatkan perhatian dan berdasarkan kata- kata yang ditampilkan secara lisan di multimedia. Jika kata-kata disampaikan secara lisan, proses ini dimulai di 50 channel auditory , sedangkan apabila kata-kata disampaikan dalambentuk teks, proses ini dimulai di channel visual . b. Selecting Relevan Image Pada proses ini yang terlibat adalah perhatian dan gambar. Input dalam tahap ini adalah gambar-gambar multimedia yang secara jelas masuk dalam sensor virtual. Output pada tahap ini adalah sebuah gambar yang merupakan hasil kerja pemilihan dari beberapa gambar yang tersedia. Proses ini dimulai tidak hanya channel visual, tetapi juga memungkinkan untuk menggantikan bagian ini dengan channel auditory . c. Organizing Selected Word Pada tahap ini adalah mengorganisasikan kata-kata ke dalam tampilan yang berkesinambungan misalnya frase atau kalimat yang bermakna. Input dalam tahap ini adalah kata- kata lisan atau frase yang berasal dari pesan verbal. Output adalah kata- kata atau frase yang berkesinambungan atau bermakna. d. Organizing Selected Image Pada tahap ini, siswa mengorganisasikan gambar yang dimaksud di multimedia menjadi satu rangkaian gambar yang berkesinambungan atau serangkaian gambar yang bermakna. Inputnya adalah gambar-gambar lepas yang masuk kedalam memori siswa dan outputnya adalah gambar- gambar yang tersusun rapi serta bermakna. e. Integrating word-based and image-based representations Tahap terakhir adalah tahap yang melibatkan hubungan antara word-based dan image-based presentations . Tahap ini melibatkan perubahan dari dua bagian yang berbeda berdasarkan kata dan gambar yang menjadi satu bagian yang bermakna. Input tahap ini adalah model verbal dan visual yang diproses untuk menghasilkan output yang terintegrasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya. Implikasi dari teori kognitif dalam multimedia pembelajaran ini yaitu dapat mengarahkan perhatian siswa dengan visualisasi tampilan yang menarik dan variatif dan penyajian materi dengan bentuk gambar sehingga mampu 51 membuat siswa lebih memahami materi dan dapat disimpan dalam memori jangka panjang long term memory . 3. Teori Konstruktivistik Teori konstruktivistik berpendapat bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal akan tetapi, proses pengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman Wina Sanjaya, 2008:246. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberikan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang Asri Budiningsih, 2012: 59-60. Berdasarkan beberapa uraian di atas, karakteristik pembelajaran melalui teori konstruktivitsik memiliki implikasi dalam pengembangan media pembelajaran, dalam segi pembentukan pengetahuan melalui pengalaman belajar siswa. Proses pembelajaran lebih difokuskan kepada siswa student centered , agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajar mereka secara mandiri. 52

B. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih belum sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Undang-Undang Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu tentang pendidikan yang membentuk siswa yang cerdas, namun juga memiliki karakter. Pengembangan karakter sekarang sangat penting untuk diutamakan dalam proses pembelajaran. Pada pendidikan dasar, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran, diantaranya adalah PKn. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar bertujuan untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa menjadi satu kesatuan yang utuh agar tumbuh kebanggaan dan rasa cinta tanah air. Proses pembelajaran akan berjalan lancar apabila proses penyampaian pesan dari guru ke siswa terjalin interaksi yang aktif, sehingga proses penyampaian pesan menjadi efektif dan mudah diterima. Menurut Hamalik 1996, pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis Sukiman, 2012: 41. Oleh karena itu, penggunaan media dalam pembelajaran akan bermanfaat bagi siswa dalam menerima pesan maupun bagi guru dalam menyampaikan pesan sehingga tujuan belajar akan benar-benar tercapai. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SD N 1 Jotangan diperoleh informasi tentang masih kurangnya internalisasi nilai-nilai karakter, khususnya nilai cinta tanah air. Misalnya seperti pada saat upacara 53 bendera, masih ada siswa yang bercakap-cakap maupun saling bercanda pasa saat kegiatan upacara. Selain itu, dalam proses pembelajaran di SD N 1 Jotangan, guru sebagai sumber belajar hanya menunjukkan dan mengajarkan teori saja. Selain itu, guru juga kurang memiliki motivasi dalam mengajarkan nilai-nilai teori dari pendidikan karakter tersebut, dan menyebabkan pembelajaran tentang nilai-nilai karakter ini cukup sulit untuk dilakukan. Pelaksanaan inovasi belajar yang baru, akan lebih memotivasi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu inovasi yang perlu digunakan adalah penggunaan multimedia pembelajaran. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dengan pengembangan multimedia pembelajaran diharapkan siswa akan lebih senang dan termotivasi dalam belajar, sehingga hal ini akan mendukung dalam proses internalisasi nilai karakter. Siswa kelas 5 SD tergolong pada tahap masa kanak-kanak akhir. Pada masa ini anak mampu berfikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami Rita Eka Izzaty, 2008: 116. Penggunaan multimedia pembelajaran dapat menampilkan sifat-sifat keteladanan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari melalui visualisasi dalam multimedia. Oleh karena itu, dengan menggunakan multimedia siswa akan dapat terangsang untuk berfikir secara konkret karena diberikan stimulus berupa gambaran kejadian ataupun objek-objek yang konkret. Berdasarkan pernyataan tersebut, dengan menggunakan multimedia pemahaman tentang materi apa yang disampaikan dalam multimedia dapat terimplementasikan

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS FLASH PADA MATA PELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN ELASTISITAS KELAS XI SMA N 1 SUKOREJO

0 32 148

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS POKOK BAHASAN INTRODUCTION KELAS VII DI SMP 1 GEBOG KUDUS

1 17 81

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ANIMASI POKOK BAHASAN KEUNGGULAN TANAH DI INDONESIA Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Animasi Pokok Bahasan Keunggulan Tanah Di Indonesia Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII DI SMP N 2 Colomadu Kabu

0 3 9

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ANIMASI POKOK BAHASAN KEUNGGULAN TANAH DI INDONESIA Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Animasi Pokok Bahasan Keunggulan Tanah Di Indonesia Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII DI SMP N 2 Colomadu Kabu

0 2 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DALAM PEMBELAJARAN PKn Implementasi Pendidikan Karakter Dan Budaya Bangsa Dalam Pembelajaran Pkn( Studi Kasus di Kelas V SD N Wirun ).

0 2 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DALAM PEMBELAJARAN PKn TERHADAP Implementasi Pendidikan Karakter Dan Budaya Bangsa Dalam Pembelajaran Pkn( Studi Kasus di Kelas V SD N Wirun ).

0 3 12

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA Penanaman Karakter Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas VII Smp Kasatriyan 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 16

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA Penanaman Karakter Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas VII Smp Kasatriyan 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 12

Pembelajaran PKN dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air siswa kelas III SD N Adisucipto 2.

0 0 213

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MATA PELAJARAN IPS KELAS V POKOK BAHASAN PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAH.

0 0 177