PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MATA PELAJARAN PKN POKOK BAHASAN WAWASAN NUSANTARA BAGI SISWA KELAS V SD N 1 JOTANGAN BAYAT KLATEN.

(1)

i

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MATA PELAJARAN PKN

POKOK BAHASAN WAWASAN NUSANTARA BAGI SISWA KELAS V SD N 1 JOTANGAN

BAYAT KLATEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Guntur Dwi Prasetya NIM 12105241033

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Multimedia Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Wawasan Nusantara Bagi Siswa Kelas V SD N 1 Jotangan, Bayat, Klaten “ yang disusun oleh Guntur Dwi Prasetya, NIM 12105241033 ini telah disetujui pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 03 Oktober 2016 Dosen Pembimbing

Prof. Dr. C. Asri Budiningsih NIP 19560214 198303 2 001


(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, maka saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 03 Oktober 2016 Penulis,

Guntur Dwi Prasetya NIM. 12105241033


(4)

(5)

v

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua yang tiada henti selalu menyayangi, mendoakan, mendukung, dan menyemangati untuk terus berusaha menyelesaikan skripsi ini.


(7)

vii

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MATA PELAJARAN PKN

POKOK BAHASAN WAWASAN NUSANTARA BAGI SISWA KELAS V SD N 1 JOTANGAN

BAYAT KLATEN

Oleh : Guntur Dwi Prasetya

NIM 12105241033 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menghasilkan multimedia pembelajaran pendidikan karakter cinta tanah air pokok bahasan Wawasan Nusantara mata pelajaran PKn bagi siswa kelas V SD N 1 Jotangan. Media ini diharapkan mampu menjadi alternatif media pembelajaran dalam mata pelajaran PKn, khususnya tentang cinta tanah air.

Jenis penelitian ini adalah penelitian Research and Development

dengan menggunakan modifikasi model Borg & Gall dan Dick & Carey. Langkah-langkah dalam penelitian ini ada sembilan yaitu (1) pengumpulan data awal; (2) perencanaan; (3) pengembangan; (4) uji coba awal; (5) revisi produk awal; (6) uji coba lapangan; (7) revisi produk utama; (8) uji coba operasional; (9) revisi produk akhir. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 1 Jotangan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, pengamatan, dan angket. Sedangkan metode analisis data pada pengembangan multimedia pembelajaran ini menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan multimedia pembelajaran pendidikan karakter cinta tanah air pokok bahasan Wawasan Nusantara ini layak. Kelayakan media dibuktikan dengan hasil uji validasi materi (85,2 %) dan uji validasi ahli media (80%). Penilaian kelayakan media juga diperkuat dengan hasil uji coba lapangan awal melibatkan 3 siswa. Hasil uji coba lapangan awal diperoleh persentase sebesar 100% sehingga memenuhi kriteria layak. Uji lapangan utama melibatkan 7 siswa diperoleh presentase 92,8%, sedangkan hasil uji coba operasional menghasilkan 97,3%. Sedangkan dalam evaluasi prestasi belajar siswa, memperoleh hasil 84%. Hasil keseluruhan penilaian uji coba Multimedia Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Pokok Bahasan Wawasan Nusantara bagi Siswa Kelas V SD N 1 Jotangan Bayat Klaten ini layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Kata kunci: Multimedia Pembelajaran,Cinta Tanah Air, Wawasan Nusantara, PKn


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Selama penulisan skripsi ini mulai dari awal sampai ahkhir, banyak sekali pihak yang membantu, hingga skripsi ini terselesaikan. Untuk itu atas segala bentuk bantuanya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY yang telah memberikan dukungan dan pengarahan.

4. Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Dr. Wuri Wuryandani, selaku ahli materi yang sudah meluangkan waktu

untuk menilai dan memberi saran dalam penilaian materi dalam multimedia pembelajaran ini.

6. Ariyawan Agung Nugroho, M.Pd, selaku ahli media yang telah memberikan masukan dan penilaian multimedia pembelajaran ini sehingga menjadi layak digunakan sebagai sumber belajar.

7. Dian Wahyuningsih, M.Pd, selaku ahli instrumen yang telah meluangkan waktu untuk menilai dan memberikan saran tentang kelayakan instrumen penelitian yang akan digunakan.

8. Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Jotangan, Nanang Sunarya, S.Pd., yang telah memberikan izin untuk penelitian.

9. Orang tua yang tiada henti memberikan dukungan dan do’a setiap saat. 10.Teman-teman Teknologi Pendidikan 2012 yang sudah banyak membantu.


(9)

ix

11.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 03 Oktober 2016 Penulis,

Guntur Dwi Prasetya NIM 12105241033


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Pengembangan ... 8

F. Manfaat Pengembangan ... 9

G. Spesifikasi Produk ... 10

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 11

I. Definisi Operasional ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 14

1. Pembelajaran PKn di SD ... 14

a. Pengertian Pembelajaran ... 14

b. Tujuan Pembelajaran PKn di SD ... 16 hal.


(11)

xi

c. Karakteristik Pembelajaran PKn di SD ... 18

d. Pokok Bahasan Wawasan Nusantara ... 20

2. Karakteristik Siswa SD ... 21

3. Pendidikan Karakter... 24

a. Pengertian Pendidikan Karakter ... 24

b. Tujuan Pendidikan Karakter... 25

c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter... 27

d. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air ... 28

4. Media Pembelajaran... 31

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 31

b. Tujuan & Fungsi Media Pembelajaran... 32

c. Jenis-Jenis Media Pembelajaran... 32

d. Pengggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran ... 34

5. Multimedia Pembelajaran ... 37

a. Pengertian Multimedia Pembelajaran ... 37

b. Model-Model Multimedia Pembelajaran ... 40

c. Prinsip dan Karakteristik Multimedia Pembelajaran ... 43

d. Kelebihan dan Manfaat Multimedia Pembelajaran ... 44

e. Prosedur Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 47

f. Teori Belajar yang Mendukung Pengembangan Media Pembelajaran ... 48

B. Kerangka Berpikir ... 52

C. Kedudukan Penelitian pada Bidang Garapan Teknologi Pendidikan ... 54

D. Penelitian yang Relevan ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

A. Jenis Penelitian ... 59

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 59

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 72

D. Subjek Uji Coba ... 72


(12)

xii

F. Langkah-Langkah Pengembangan Instrumen ... 74

G. Teknik Analisis Data ... 83

H. Kriteria Kelayakan Produk ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 86

1. Hasil Pengumpulan Data ... 86

2. Hasil Perencanaan ... 89

3. Hasil Pengembangan ... 95

4. Hasil Uji Coba Awal ... 109

5. Hasil Revisi Produk Awal ... 111

6. Hasil Uji Coba Lapangan ... 111

7. Hasil Revisi Produk Utama ... 113

8. Hasil Uji Coba Operasional ... 113

9. Hasil Revisi Produk Akhir ... 119

B. Pembahasan ... 119

C. Keterbatasan Pengembangan ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

LAMPIRAN ... 129


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Definisi Teknologi Pendidikan, AECT 2008……….. 54 Gambar 2. Model Pengembangan Pembelajaran Dick&Carey…..……….. 61 Gambar 3. Model Pengembangan Borg&Gall………...……….. 61

Gambar 4. Flowchart……… 96


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 18

Tabel 2. Kisi-Kisi Alat Evaluasi untuk Siswa ... 64

Tabel 3. Rekap Hasil Evaluasi Siswa ... 65

Tabel 4. Kisi-Kisi Alat Evaluasi untuk Siswa ... 70

Tabel 5. Rekap Hasil Evaluasi Siswa ... 71

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Ahli Media ... 74

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Ahli Materi ... 74

Tabel 8. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Siswa ... 74

Tabel 9. Instrumen untuk Ahli Materi sebelum divalidasi ... 76

Tabel 10. Instrumen untuk Ahli Materi sesudah divalidasi ... 78

Tabel 11. Instrumen untuk Ahli Media sesudah divalidasi ... 79

Tabel 12. Instrumen untuk Siswa sebelum divalidasi ... 81

Tabel 13. Instrumen untuk Siswa sesudah divalidasi ... 82

Tabel 14. Skala Guttman ... 84

Tabel 15. Kriteria Kelayakan Produk... 85

Tabel 16. Alat Evaluasi untuk Siswa ... 93

Tabel 17. Hasil Evaluasi Kemampuan Awal Siswa ... 94

Tabel 18. Storyboard ... 97

Tabel 19. Hasil Validasi Ahli Materi ... 103

Tabel 20. Hasil Revisi dari Masukan Ahli Materi ... 105

Tabel 21. Hasil Validasi Ahli Media Tahap I ... 106

Tabel 22. Hasil Revisi dari Masukan Ahli Media ... 107 hal.


(15)

xiv

Tabel 23. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ... 109

Tabel 24. Hasil Uji Coba Awal ... 110

Tabel 25. Hasil Uji Coba Lapangan ... 111

Tabel 26. Hasil Uji Coba Operasional ... 113

Tabel 27. Alat Evaluasi untuk Siswa ... 115


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 130

Lampiran 2. Validasi Instrumen ... 135

Lampiran 3. Validasi Materi ... 142

Lampiran 4. Validasi Media ... 147

Lampiran 5. Uji Coba Siswa ... 154

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan ... 174 hal.


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih belum sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Undang-Undang Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu tentang pendidikan yang membentuk siswa yang cerdas, namun juga memiliki karakter. Pengembangan karakter sekarang sangat penting untuk diutamakan dalam proses pembelajaran. Krisis moral di Negara Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan mencontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan, perampasan dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas (Zubaedi, 2011:1-2).

Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan siswa mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga siswa berperilaku sebagai insan kamil (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2011: 8). Lickona (Muslich Masnur, 2011: 75) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu


(18)

2

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Berdasarkan uraian di atas, karakter merupakan salah satu potensi siswa yang perlu untuk dikembangkan dan diajarkan dalam proses pembelajaran guna melandasi soft skills siswa. Karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika.

Pada pendidikan dasar, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran, diantaranya adalah PKn. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial-budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006:2). Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar bertujuan untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa menjadi satu kesatuan yang utuh agar tumbuh kebanggaan dan rasa cinta tanah air.

Proses pembelajaran akan berjalan lancar apabila proses penyampaian pesan dari guru ke siswa terjalin interaksi yang aktif, sehingga proses penyampaian pesan menjadi efektif dan mudah diterima. Penggunaan media yang tepat menjadi salah satu faktor utama dalam menciptakan suasana belajar yang efektif. Menurut Hamalik (1996), pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan


(19)

3

motivasi dan merangsang kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis (Sukiman, 2012: 41). Oleh karena itu, penggunaan media dalam pembelajaran akan bermanfaat bagi siswa dalam menerima pesan maupun bagi guru dalam menyampaikan pesan sehingga tujuan belajar akan benar-benar tercapai.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SD N 1 Jotangan diperoleh informasi tentang masih kurangnya internalisasi nilai-nilai karakter, khususnya nilai cinta tanah air. Hal ini terlihat dari persatuan dan kesatuan antar warga sekolah khususnya siswa masih terdapat beberapa kesenjangan dan ketidakharmonisan. Suasana yang tercipta di lingkungan sekolah menjadi kurang harmonis karena masih ada beberapa siswa yang kurang menghormati antar sesama siswa. Selain itu pada saat upacara bendera maupun peringatan hari-hari nasional, masih banyak siswa yang kurang memaknai kegiatan tersebut. Pada saat upacara bendera, masih ada siswa yang bercakap-cakap maupun saling bercanda pasa saat kegiatan upacara.

Di SD N 1 Jotangan sering terjadi kasus perkelahian antar siswa. Ada anak-anak yang selalu ingin membuat onar dalam lingkungan sekolah. Ada anak yang sering mengajak teman-temannya untuk tidak mengerjakan PR maupun mengadu domba antar sesama teman. Hal ini menimbulkan suasana yang kurang tentram baik dalam proses pembelajaran maupun di lingkungan sekolah. Dalam kasus ini, siswa harus tahu pentingnya mewujudkan ketertiban dan ketentraman di lingkungan sekitar, karena sebagai sesama warga Negara Indonesia mereka adalah satu kesatuan dan satu bangsa.


(20)

4

Beberapa kasus di atas merupakan kasus kurangnya sikap cinta tanah air yang terjadi di lingkungan sekolah. Penanaman nilai cinta tanah air kepada siswa adalah suatu sikap preventif guna meminimalisir semakin lunturnya sikap cinta tanah air pada siswa. Sebagai penerus bangsa, siswa wajib menjunjung tinggi sikap cinta tanah air guna pembangunan bangsa menuju masyarakat yang bersatu. Sikap-sikap yang mencerminkan saling menghormati antar sesama warga Negara harus ditunjukkan melalui sebuah keteladanan. Sebagai warga Negara yang baik, saling menghormati antar sesama siswa merupakan suatu perwujudan dari sikap cinta tanah air. Sebagai warga Negara Indonesia, semua warga Negara memiliki kewajiban yang sama dalam menjaga keutuhan NKRI, sebagai satu darah dan satu bangsa Indonesia.

Dalam proses pembelajaran di SD N 1 Jotangan, guru sebagai sumber belajar hanya menunjukkan dan mengajarkan teori saja. Selain itu, guru juga kurang memiliki motivasi dalam mengajarkan nilai-nilai teori dari pendidikan karakter tersebut, dan menyebabkan pembelajaran tentang nilai-nilai karakter ini cukup sulit untuk dilakukan. Pelaksanaan inovasi belajar yang baru, akan lebih memotivasi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu inovasi yang perlu digunakan adalah penggunaan multimedia pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD N 1 Jotangan, guru masih memiliki keterbatasan pada penggunaan media belajar dalam mata pelajaran PKn. Hal ini terjadi karena kurang dikembangkannya multimedia untuk pelajaran tersebut, sehingga proses


(21)

5

pembelajaran menjadi kurang variatif dan siswa kurang memahami apa yang diajarkan oleh guru. Ketika siswa diberikan contoh multimedia pembelajaran secara langsung, siswa terlihat tertarik dengan media pembelajaran tersebut. Siswa terlihat sangat antusias untuk belajar dengan multimedia pembelajaran. Oleh karena itu pengembangan multimedia pembelajaran dinilai cukup tepat untuk dikembangkan di SD N 1 Jotangan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dengan pengembangan multimedia pembelajaran diharapkan siswa akan lebih senang dan termotivasi dalam belajar, sehingga hal ini akan mendukung dalam proses internalisasi nilai karakter. Siswa kelas 5 SD tergolong pada tahap masa kanak-kanak akhir. Pada masa ini anak mampu berfikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami (Rita Eka Izzaty, 2008: 116). Penggunaan multimedia pembelajaran dapat menampilkan sifat-sifat keteladanan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari melalui visualisasi dalam multimedia. Oleh karena itu, dengan menggunakan multimedia siswa akan dapat terangsang untuk berfikir secara konkret karena diberikan stimulus berupa gambaran kejadian ataupun objek-objek yang konkret.

Program Pembelajaran Interaktif berbasis komputer memiliki nilai lebih, dibanding bahan pembelajaran tercetak biasa. Nilai lebih dari multimedia pembelajaran ini dapat diimplementasikan dalam pengembangan

moral knowing, moral feeling dan moral action bagi siswa. Bentuk pengembangan tersebut adalah dengan menampilkan suatu ilustrasi kegiatan


(22)

6

atau peristiwa yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter yang dipelajari. Berdasarkan pernyataan tersebut, dengan menggunakan multimedia pemahaman tentang materi apa yang disampaikan dalam multimedia dapat terimplementasikan sesuai dengan apa yang dipelajari siswa. Selanjutnya, pemahaman tentang konsep moral yang diajarkan dapat mudah tercerna oleh siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti mencoba

melaksanakan penelitian dengan judul “Pengembangan Multimedia

Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Wawasan Nusantara Bagi Siswa Kelas V SD N 1 Jotangan,

Bayat, Klaten.”

Definisi teknologi pembelajaran menurut AECT (Association for Educational Comunications and Technology) sebagai berikut , Instructional Technology is the thory and practice of design, development, utilization, management, and evalua stion of process and resources for learning (Seels & Richey, 1994:10). Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dari perancangan, pengembangan, pemanfaatan, manajemen dan evaluasi pada proses dan sumber untuk belajar.

Menurut Seels & Richey (1994: 38), kawasan pengembangan merupakan proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Ada 4 cakupan utama dalam kawasan pengembangan, meliputi pengembangan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbasis komputer, dan teknologi multimedia.


(23)

7

Sedangkan menurut AECT 2008 dalam Januszewski dan Molenda

(2008: 1), mendefinisikan, “Educational Technology is the study an d ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological process and resources”.

Definisi tersebut menyatakan bahwa teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.

Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini termasuk ke dalam ranah pengembangan dan masuk kedalam cakupan teknologi multimedia. Penelitian ini juga termasuk dalam studi dan praktek dalam memfasilitasi pembelajaran melalui sumber daya teknologi.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari uraian latar belakang masalah antara lain.

1. Kurangnya sikap cinta tanah air pada siswa kelas V di SD N 1 Jotangan. 2. Siswa belum mengerti pentingnya kesatuan antar sesama warga Negara.

Kepedulian siswa antar sesama teman maupun antar warga sekolah masih kurang.

3. Guru kurang memiliki motivasi dalam mengajarkan nilai-nilai pendidikan karakter dan pembelajaran tentang nilai-nilai karakter cukup sulit dilakukan.


(24)

8

4. Guru masih memiliki keterbatasan pada penggunaan media belajar dalam mata pelajaran PKn, karena kurang dikembangkannya media belajar dalam mata pelajaran tersebut.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada pengembangan Multimedia Pembelajaran Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air mata pelajaran PKn pokok bahasan Wawasan Nusantara untuk siswa kelas lima di SD N 1 Jotangan.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah

yang diteliti adalah : “Bagaimana menghasilkan multimedia pembelajaran pendidikan karakter cinta tanah air mata pelajaran PKn pokok bahasan Wawasan Nusantara yang layak bagi siswa kelas V SD N 1 Jotangan, Bayat, Klaten ?.”

E. Tujuan Pengembangan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia pembelajaran pendidikan karakter cinta tanah air mata pelajaran PKn pokok bahasan Wawasan Nusantara yang layak bagi siswa Kelas V SD N 1 Jotangan, Bayat, Klaten.


(25)

9

F. Manfaat Pengembangan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini menambah informasi empirik terkait dengan pengembangan multimedia bagi pendidikan nilai karakter cinta tanah air untuk siswa SD.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah, serta menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengembangan multimedia pembelajaran bagi pendidikan karakter cinta tanah air di SD.

b. Bagi Siswa SD N 1 Jotangan

Manfaat bagi siswa dari pengembangan multimedia pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

1) Mendorong siswa untuk lebih memahami arti rasa cinta tanah air dan mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari siswa.

2) Meningkatkan daya tarik siswa dalam belajar, dan juga meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.


(26)

10 c. Bagi Guru

Multimedia pembelajaran tentang rasa cinta tanah air dapat menjadi salah satu alternatif media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dalam menginternalisasi nilai karakter cinta tanah air dan perubahan sikap siswa dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

G. Spesifikasi Produk

Produk penelitian pengembangan ini dirancang dengan memiliki spesifikasi sebagai berikut :

1. Berbentuk multimedia pembelajaran PKn tentang Wawasan Nusantara yang dikembangkan untuk siswa tingkat SD kelas V.

2. Multimedia pembelajaran PKn tentang Wawasan Nusantara ini dikemas dalam bentuk Digital Versatile Disc(DVD).

3. Format yang digunakan dalam multimedia pembelajaran PKn ini dalam bentuk file exe.

4. Pengembangan multimedia pembelajaran PKn dikembangkan dalam bentuk multimedia berbasis komputer yang merupakan penggabungan teks, gambar dan audio, sehingga melalui multimedia pembelajaran ini memudahkan pengguna dalam memahami materi.

5. Produk pengembangan ini memungkinkan siswa untuk lebih mudah dalam belajar, karena disertai : a) Petunjuk Penggunaan, b) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) dan Tujuan, c) Materi dalam multimedia pembelajaran dilengkapi dengan materi Indonesia sebagai


(27)

11

Negara kesatuan, pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, d) Latihan dan soal evaluasi.

6. Multimedia pembelajaran PKn dikembangkan dengan software Adobe Flash Profesional CS6, Adobe Audition dan Format Factory.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi pengembangan multimedia pembelajaran pendidikan karakter cinta tanah air mata pelajaran PKn pokok bahasan Wawasan Nusantara bagi siswa kelas V SD N 1 Jotangan didasarkan pada hal-hal sebagai berikut. 1. Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia

dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

2. Belajar akan lebih efektif jika menggunakan media, karena menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih variatif dan juga memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berminat dalam belajar.

3. Multimedia pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan belajar secara jelas karena didukung dengan berbagai unsur seperti teks, gambar, audio, video maupun animasi yang dihubungkan saling terkait sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa dan juga siswa lebih memaknai materi yang dipelajari.


(28)

12

4. Meskipun belum semua siswa sekolah dasar kelas V mampu mengoperasikan komputer, namun sebagian telah mampu mengoperasikan komputer, sehingga dapat memanfaatkan komputer untuk belajar secara mandiri.

5. Guru kelas V mampu mengoperasikan komputer, menyesuaikan waktu belajar yang ada dan melihat kembali tujuan belajar yang disesuaikan dengan penggunaan multimedia. Dengan demikian penggunaan multimedia dapat membantu siswa dalam pencapaian tujuan belajar. 6. Terdapat sarana prasarana komputer yang mendukung pemanfaatan

multimedia pembelajaran, sehingga guru dan siswa mampu memanfaatkan multimedia dengan sarana prasarana tersebut dalam proses pembelajaran

Pengembangan multimedia pembelajaran ini juga memiliki keterbatasan, yaitu keterbatasan alat dalam produksi multimedia, sehingga produk yang dikembangkan belum bisa optimal.

I. Definisi Operasional

1. Multimedia Pembelajaran

Multimedia pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah multimedia pembelajaran berbasis komputer dan dikembangkan dengan bantuan software komputer.


(29)

13 2. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air

Pendidikan karakter cinta tanah air merupakan suatu nilai tentang bagaimana cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik bangsa.

3. Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Wawasan Nusantara

Pokok bahasan Wawasan Nusantara dalam mata pelajaran PKn kelas V SD merupakan suatu materi yang berisikan tentang materi yang mengajarakan tentang pengamalan sila persatuan Indonesia dalam Pancasila.


(30)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran PKn di SD

a. Pengertian Pembelajaran

Berbagai definisi mengenai pembelajaran dikemukakan oleh para ahli. Proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Zainal Aqib, 2014: 66). Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu yang dipersiapkan oleh guru guna menarik dalam memberi informasi kepada siswa, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh guru dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. Sedangkan definisi pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2005: 57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.

Dari beberapa definisi pembelajaran menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara pendidik, sumber belajar/media dan siswa dalam bertukar pengetahuan dalam suatu lingkungan belajar dengan tujuan mencapai suatu tujuan belajar.


(31)

15

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan sebagai pendidikan politik yang fokus materinya adalah peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara (Cholisin dalam Winarno, 2013: 6). PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar memiliki misi untuk menanamkan nilai Pancasila dan kewarganegaraan bagi warga negara usia muda di lingkup sekolah dasar. Di Sekolah Dasar, PKn dititikberatkan pada penghayatan dan pembiasaan diri berperan sebagai warga negara yang demokratis dalam konteks Indonesia (Suharno, dkk., 2006: 13).

Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan maupun nilai-nilai budaya Negara Indonesia kepada siswa untuk bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan kewarganegaraan juga memberikan pendidikan moral dan budi pekerti kepada siswa, agar nantinya mampu mempertahankan negara dari berbagai ancaman dari luar maupun dari dalam negara sendiri.


(32)

16

b. Tujuan Pembelajaran PKn di SD

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan pembelajaran PKn di SD. Dalam kurikulum KTSP 2006, tujuan pembelajaran PKn adalah sebagai berikut (Suharno, dkk., 2006: 18) :

1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdsarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Sedangkan tujuan PKn yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri (1994/1995:10) adalah sebagai berikut :

1) Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu :

“Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

2) Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.


(33)

17

Menurut Branson (1999:7) tujuan civics education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn sebagai suatu mata pelajaran tidak hanya memberikan pengetahuan kogintif saja kepada siswa, namun juga memberikan dan menanamkan nilai afektif dan psikomotorik dalam pembentukan karakter siswa.

Berkaitan dengan pokok bahasan yang dipilih dalam pengembangan multimedia, tujuan pembelajaran PKn yang ingin dicapai adalah memberikan pengetahuan tentang makna persatuan dan kesatuan dalam membangun Negara Indonesia. Selain memberikan pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai dalam pokok bahasan wawasan nusantara adalah untuk memberikan contoh sikap moral siswa untuk bisa memahami dan mengimplementasikan sikap cinta tanah air, khususnya dalam persatuan dan kesatuan Negara Indonesia.

Pengembangan multimedia pembelajaran ini mengacu pada standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn tentang pokok bahasan Wawasan Nusantara untuk siswa kelas V Sekolah Dasar, yaitu sebagai berikut.


(34)

18

Tabel 1. Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

1.1. Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia

1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.3. Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Karakteristik Pembelajaran PKn di SD

Sejalan dengan perkembangan bangsa Indonesia menuju masyarakat madani yang ditandai dengan semakin meningkatnya laju globalisasi maupun persaingan antar bangsa yang semakin ketat, pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang sedang berubah. Proses pembangunan karakter bangsa dirasakan sangat perlu untuk dilakukan. Karakter perlu dibangun sejak dini untuk generasi muda guna membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi laju perkembangan zaman.

Tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic intelligence), membina


(35)

19

tanggung jawab warga negara (civic responsibility), dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation) (Suharno, dkk., 2006: 11).

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn yaitu religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, nasionalis, patuh pada aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain (Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo, 2012: 56). Sebagai salah satu pembelajaran yang menekankan pada pengembangan nilai karakter, strategi dan model pembelajaran yang tepat menjadi faktor utama tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo (2012, 63), agar pendidikan karakter dapat teringat dan terinspirasi selalu dalam kehidupan siswa (long term memory), mapel ini harus disajikan dengan contoh yang ada sangkut pautnya dengan kehidupan siswa. Penyajian pendidikan karakter yang banyak bersentuhan dengan persoalan yang menukik dengan keseharian siswa akan menjadikan siswa tidak hanya sekadar mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut, tetapi juga karena mereka merasa butuh.

Penyajian materi pembelajaran dengan menghubungkan materi dengan contoh perilaku kehidupan sehari-hari akan menjadi lebih bermakna dan kontekstual. Oleh karena itu, dengan penyajian materi secara kontekstual menjadi suatu pilihan yang tepat dalam menyajikan materi dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dalam materi pembelajaran PKn.


(36)

20

d. Pokok Bahasan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan pertahanan keamanan harus tercermin dalam pola piker, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia di atas kepentingan pribadi dan golongan (S. Sumarsono, dkk., 2001: 81).

Sebagai wawasan nasional, wawasan nusantara mempunyai tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan ke dalam adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa Indonesia. Aspek tersebut meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Sedangkan tujuan ke luar adalah agar mampu mengadakan kerjasama dalam forum internasional dalam upaya mewujudkan kepentingan nasional Indonesia di dunia. Secara umum, wawasan nusantara merupakan bentuk nyata pengamalan Pancasila, khususnya sila Persatuan Indonesia (Tijan,dkk., 2007: 11).

Dalam S. Sumarsono, dkk., (2001: 81). Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.


(37)

21

Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini, wawasan nusantara dalam tingkat sekolah dasar merupakan materi yang mempelajari pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Karakteristik Siswa SD

Siswa SD kelas V berkisar pada usia 11-12 tahun pada masa ini disebut dengan masa kanak-kanak akhir. Anak dengan usia 11-12 tahun tergolong dalam masa kanak-kanak akhir fase masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116) ciri-ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi Sekolah dasar adalah :

a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajaranya di sekolah

e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup

untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Menurut Piaget dalam Izzaty (2008: 105), masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasional konkret dalam berfikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret.

Berdasarkan uraian di atas, anak dengan umur 11-12 tahun termasuk kedalam masa kanak-kanak akhir dimana dalam tahap perkembangan kognitif anak, mereka berpikir secara konkret dengan rasa


(38)

22

ingin tahu dan ingin belajar secara realistis. Dalam pembelajaran, penggunaan media pembelajaran yang bersifat konkret akan sangat membantu proses belajar siswa. Oleh karena itu, dengan menggunakan media pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu terpacu untuk bisa memahami materi dengan stimulus yang diberikan dalam media pembelajaran yang berupa visualisasi materi agar mudah dipahami.

Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst (Monks, 2006: 23-24) yaitu sebagai berikut: (1) memiliki ketangkasan fisik yang diperlukan dalam melaksanakan permainan/olahraga; (2) membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang; (3) belajar peranan sesuai jenis kelamin dan bergaul bersama teman sebaya; (4) belajar membentuk sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga; (5) mengembangkan nurani, moralitas dan skala nilai; dan (6) belajar membaca, menulis, berhitus, serta belajar pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari.

Dalam tugas perkembangannya, perkembangan sosial anak usia sekolah ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial (Monks, 2006: 183). Selain itu, menurut Piaget (Allen dan Marotz, 2010: 159) dalam masa akhir kanak-kanak tersebut anak menjadi tidak bergantung pada orang tuanya karena hubungan pertemanan semakin meluas. Rita Eka Izzaty (2008: 114) menyatakan bahwa pemahaman tentang diri dan perubahan dalam perkembangan gender dan moral menandai perkembangan anak selama masa kanak-kanak akhir. Menurut Izzaty,


(39)

23

perkembangan sosial masa kanak-kanak akhir dapat dilihat dari kegiatan bermain dan hubungan teman sebaya.

Dari paparan mengenai perkembangan sosial anak menurut beberapa ahli di atas, dapat diketahui pada tahapan ini perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau kelompok bermain mereka. Berkaitan dengan penelitian ini, internalisasi nilai karakter dapat dimulai dengan memberikan contoh sikap-sikap dalam konteks lingkungan bermain siswa. Selain itu, perkembangan sosial anak akan mejadi lebih optimal dan menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebayanya dan juga masyarakat sekitar.

Tahap perkembangan emosi (psikososial) pada usia sekolah menurut Erik Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 222-223) mencakup perkembangan anak sekitar usia 6 tahun sampai kira-kira 12 atau 13 tahun. Pada tahap ini bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka untuk mengetahui sesuatu akan bertambah kuat dan terikat erat dengan perjuangan dasar untuk mencapai kompetensi. Dalam perkembangan yang normal anak-anak berjuang secara produktif untuk bisa belajar kemampuan-kemampuan yang diperlukan. Tahap keempat ini meliputi produktivitas versus Inferioritas (kemampuan menghasilkan versus rasa tidak berguna). Pada masa sekolah (school age) ditandai adanya kecenderungan industry-inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mampelajari apa saja yang ada di lingkungannya.


(40)

24

Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa dirinya tidak berguna, tidak bisa berbuat apa-apa. Tahap ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 atau 13 tahun.

Berkaitan dengan perkembangan emosi siswa pada tahap masa kanak-kanak akhir, siswa sangat aktif dalam mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, penyusunan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa akan membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

3. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan proses untuk mengembangkan potensi pada diri setiap siswa kesadaran sebagai warga bangsa yang bermartabat, merdeka dan berdaulat dan berkemauan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan tersebut (Darmiyati Zuchdi, 2011: 159).

Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha


(41)

25

kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal) (Zubaedi, 2011: 14).

Selanjutnya, Williams & Schnaps dalam Zubaedi (2011: 15)

mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Any deliberate approach by which school personnel, often in conjunction with parents and community members, help children and youth become caring, principled and responsible”. Artinya, pendidikan karakter merupakan berbagai cara yang dilakukan oleh para warga sekolah dan dilakukan bersama-sama dengan orang tua maupun warga masyarakat untuk membantu anak melatih sifat kepedulian, berpendirian dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh berbagai elemen warga Negara untuk mengembangkan sifat-sifat kepedulian, berpendirian maupun bertanggung jawab untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara sebagai warga Negara yang bermartabat.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Doni Kesuma dalam Novan Ardy Wiyani (2007: 70-72), secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut.

1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

2. Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.


(42)

26

3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama.

Sedangkan menurut Said Hamid Hasan dalam Zubaedi (2011: 18), pendidikan karakter secara perinci memiliki lima tujuan. Pertama,

mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. Kedua, mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.

Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa. Keempat, mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah memberikan pengetahuan siswa tentang pentingnya nilai-nilai karakter, khususnya nilai karakter cinta tanah air. Selain memberikan pengetahuan tentang nilai karakter cinta tanah air, diharapkan siswa akan termotivasi untuk merasakan dan mengaplikasikan nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga Negara yang berwawasan kebangsaan.


(43)

27

c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter terdiri dari beberapa jenis, diantaranya yaitu: Pertama, pendidikan karakter berdasarkan nilai religious, jenis pendidikan ini merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral). Kedua, pendidikan karakter berdasar nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan). Ketiga, pendidikan karakter berdasar potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis). Pendidikan karakter berdasarkan potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala upaya sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik agar mampu mengatasi diri serta mampu mengembangkan segala potensi yang dimilikinya (Yahya Khan, 2010: 2).

Menurut Lickona (Ajat Sudrajat, 2011: 49) ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan. Ketujuh alasan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian baik dalam kehidupannya.

2) Cara meningkatkan prestasi akademik.

3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya sendiri di tempat lain.

4) Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat beragam.

5) Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah.


(44)

28

7) Pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban.

Menurut Kemdiknas (2010: 33-39), nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Sekolah Dasar diantaranya :

1) Religius 2) Jujur 3) Toleransi 4) Disiplin 5) Kerja keras 6) Kreatif 7) Mandiri 8) Demokratis 9) Rasa ingin tahu 10)Semangat kebangsaan 11)Cinta tanah air

12)Menghargai prestasi 13)Bersahabat / komunikatif 14)Cinta damai

15)Gemar membaca 16)Peduli sosial 17)Peduli lingkungan

Berdasarkan uraian di atas, nilai karakter yang dipilih dalam penelitian ini adalah nilai cinta tanah air yang mengajarkan tentang cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan perhargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

d. Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air

Menurut Malik Fajar dalam Zubaedi (2011: 277), PKn memiliki peranan penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam mencapai ini tersebut, PKn perlu segera dikembangkan


(45)

29

dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi serta model-model pembelajaran yang efektif, dengan memerhatikan empat hal. Pertama, PKn perlu mengembangkan kemampuan dasar terkait dengan kemampuan intelektual, sosial (berpikir, bersikap, bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup masyarakat). Kedua, PKn perlu mengembangkan daya nalar (state of mind) siswa/siswa pengembangan kecerdasan (civic intelligence), tanggung jawab (civic responsibility), dan partisipasi (civic participation) warga Negara sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga, PKn perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pada pelatihan dan penggunaan logika dan penalaran. Keempat, kelas PKn sebagia laboratorium demokrasi bukan sekedar membutuhkan pemahaman, sikap, dan perilaku demokratis melalui mengajar demokrasi (teaching democracy), tetapi memerlukan model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup berdemokrasi.

Cogan dalam Darmiyati Zuchdi (2011: 358) mengartikan pendidikan kewarganegaraan berperan penting sebagai penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga Negara yang memiliki identitas dan kebanggaan nasional, serta memiliki pengetahuan dan kecakapan serta nilai-nilai yang diperlukan untuk menjalankan hak-hak dan kewajibannya.


(46)

30

Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan kewarganegaraan mempunyai peran penting dalam pembangunan moral dan karakter bangsa dengan menanamkan nilai-nilai penting dalam pengetahuan, rasa dan perilaku yang berbudaya sesuai dengan identitas dan kebudayaan bangsa untuk mengembangkan rasa cinta tanah air.

Berkaitan dengan multimedia pembelajaran yang dikembangkan, pemilihan pokok bahasan wawasan nusantara di Sekolah Dasar menjadi materi yang digunakan sebagai penginternalisasian nilai karakter cinta tanah air. Pokok bahasan wawasan nusantara bertunjuan untuk menanamkan rasa persatuan dan kesatuan siswa. Rasa persatuan dan kesatuan siswa perlu dikembangkan sejak dini untuk pembangunan moral dan karakter bangsa yang kokoh.


(47)

31

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6). Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar Arsyad) dalam (Sukiman, 2012: 28).

AECT (Association of Education and Communication Technology) (dalam Sukiman, 2012: 28) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca (Arief S. Sadiman, dkk., 2006: 6). Fleming dalam (Sukiman, 2012: 38) menyebut media dengan istilah mediator yang diartikan sebagai penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.

Asnawir mendefinisikan media sebagai sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses


(48)

32

belajar pada dirinya (Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo, 2012: 105).

Dengan demikian media pembelajaran merupakan segala sesuatu baik sarana maupun benda yang digunakan untuk mentransfer pesan dari penyampai pesan yaitu pendidik ke penerima pesan yaitu siswa, dengan tujuan untuk merangsang siswa dalam proses pembelajaran.

b. Tujuan dan Fungsi Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa dalam materi pelajaran yang dipelajari. Berikut fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut Asnawir dan Usman (2002: 24) :

1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru

2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit)

3) Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan) 4) Semua indra dapat diaktifkan

5) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

c. Jenis - Jenis Media Pembelajaran

Gagne & Briggs dalam Arsyad (2002: 4) mengemukakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran yang terdiri dari, antara lain : buku, tape-recorder, kaset, video kamer, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Berikut ini akan diuraikan klasifikasi media pembelajaran menurut Lehsin, dkk., (Arsyad, 2008: 81-101), yaitu :


(49)

33 1) Media berbasis manusia

Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran.

2) Media berbasis cetakan

Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja/latihan, jurnal, majalah, dan lembar lepas.

3) Media berbasis visual

Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara materi pelajaran dengan dunia nyata.

4) Media berbasis audio-visual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Contoh media yang berbasis audio-visual adalah video, film, slide bersama tape, televise.

5) Media berbasis komputer

Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama

Computer-Managed Instruction (CMI). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media koputer.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, multimedia yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk media berbasis komputer, dan berjenis model CAI (Computer Assisted Instruction), karena dalam penggunaan multimedia pembelajaran ini sebagai media pendukung pembelajaran dan membantu dalam proses belajar.


(50)

34

d. Penggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran

Penggunaan dan pemilihan media pembelajaran akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pengembangan media pembelajaran perlu memperhatikan beberapa faktor, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, minat siswa maupun faktor lingkungan. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audiens (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo, 2012: 105).

Menurut Darmawan (2012: 13), kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori: teknologi cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audiovisual, teknologi berasaskan komputer, dan teknologi terpadu.

Secara lebih lengkap dari keempat kategori tersebut (Darmawan: 2012) dapat dijelaskan sebagai berikut:

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan bahan visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan


(51)

35

informasi oleh manusia, dan teori belajar. Contoh dari teknologi cetak ini seperti, buku, poster, modul, pamflet, dan lain-lain.

Berkaitan dengan proses pembelajaran, teknologi cetak cenderung kurang efektif jika dipakai dalam pembelajaran, karena hanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif (hanya menerima) sehingga siswa cenderung cepat merasa bosan dengan materi yang ada.

Teknologi audiovisual adalah merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyampaikan pesan audio dan visual. Secara khusus, teknologi audiovisual memproyeksikan bahan, seperti gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang berukuran besar. Contoh dari teknologi audiovisual seperti film, televisi, VCD Player

maupun DVD Player.

Proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi audiovisual secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh pengembang. Penggunaan teknologi audiovisual dalam proses pembelajaran, cenderung berpusat pada guru, sehingga kurang memperhatikan interaksi siswa dengan media atau sumber belajar yang telah dirancang.

Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Bentuk-bentuk aplikasi dalam teknologi berbasis komputer bersifat tutorial, di mana pembelajaran utama


(52)

36

diberikan; latihan dan perulangan, untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya; permainan dan simulasi, untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru baru dipelajari dan sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data yang banyak menggunakan tata cara pengaksesan data yang ditentukan secara eksternal.

Penggunaan teknologi berbasis komputer dapat digunakan sesuai dengan keinginan pebelajar yang didalamnya dapat diungkapkan gagasan-gagasan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol, maupun grafis. Kegiatan belajar dengan teknologi ini berpusat pada siswa dengan tingkat interaktivitas yang tinggi.

Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Perpaduan teknologi dalam teknologi ini merupakan perpaduan yang rumit, dan juga berkemampuan sangat tinggi untuk pembelajaran dengan melibatkan perpaduan beberapa jenis media dibawah kendali sebuah komputer.

Teknologi terpadu dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa, gagasan-gagasam disampaikan secara realistik dalam konteks pengalaman belajar. Penggunaan teknologi terpadu dalam proses pembelajaran akan meningkatkan interaktivitas siswa, karena dalam


(53)

37

teknologi ini mengintegrasikan kata-kata maupun visual dari berbagai sumber media.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan penggunaan media yang tepat untuk proses pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi di jaman ini adalah dengan teknologi terpadu. Teknologi terpadu merupakan pemanfaatan media komputer sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai macam unsur-unsur media dalam pembelajaran seperti teks, audio, visual, maupun audiovisual sangat cocok untuk proses pembelajaran. Siswa akan menjadi termotivasi dan lebih terangsang untuk berinteraksi dengan sumber belajar karena pembelajaran menjadi menyenangkan, efektif dan efisien.

5. Multimedia Pembelajaran

a. Pengertian Multimedia Pembelajaran

Menurut Barker dan Tucker, menyatakan bahwa pada tahun 60- an, multimedia pembelajaran dalam taksonomi teknologi pendidikan diartikan sebagai gabungan atau kumpulan dari berbagai peralatan multimedia yang digunakan untuk presentasi. Pada tahun 90-an, konsep multimedia berkembang menjadi suatu pengintegrasian lebih dari satu media, teks, grafik, suara, video, animasi, dimana siswa dapat mengendalikan penyampaian dari elemen-elemen multimedia yang beragam (Sunaryo Sunarto, 2005: 116).


(54)

38

Robin dan Linda mendefinisikan multimedia sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video. Definisi yang lebih mendalam disampaikan oleh Hofstetter yang mengartikan multimedia sebagai pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi (M.Suyanto, 2005: 20-21).

. Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 97) Pembelajaran berbasis komputer merupakan program pembelajaran dengan menggunakan

software komputer (CD pembelajaran) berupa program komputer yang berisi tentang muatan pembelajaran meliputi: judul, tujuan, materi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Molenda, Heinich, and Russel (1966: 226) yang menyatakan bahwa:

computer system can delivery instruction by allowing them to interact with the lesson programed into the system; this is refered to computer based instruction: Sistem komputer dapat menyampaikan pembelajaran secara individual dan langsung kepada siswa dengan cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem komputer, inilah yang disebut dengan pembelajaran berbasis komputer.

Melalui sistem komputer pembelajaran menjadi bersifat interaktif karena adanya interaksi antara siswa dengan multimedia interaktif. Hal ini menjadikan pembelajaran bersifat mandiri karena melatih


(55)

39

keterampilan siswa dalam berinteraksi dengan materi pelajaran dengan menggunakan komputer terutama dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.

Menurut Dina Indriana (2011: 116), CD Multimedia pembelajaran Interaktif merupakan media pengajaran dan pembelajaran yang sangat menarik dan paling praktis penyajiannya dengan memanfaatkan komputer. Media komputer dengan menggunakan CD ini bersifat interaktif, yang dapat menerima respon balik dari anak didik sehingga mereka secara langsung belajar dan memahami materi pengajaran yang telah disediakan. Dengan cara yang demikian, media pembelajaran ini akan cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Media ini bersifat interaktif berbentuk multimedia yang memiliki unsur unsur media secara lengkap, seperti sound, animasi, video, teks, dan

grafis. Sehingga, media ini dinamakan CD Multimedia interaktif”.

Berdasarakan beberapa uraian di atas, pembelajaran dengan multimedia pembelajaran berbasis komputer adalah suatu pembelajaran yang memiliki nilai lebih dibandingkan dengan pembelajaran konvensional seperti biasanya. Multimedia pembelajaran merupakan suatu program yang menggabungkan unsur suara, animasi, video, teks dan grafis yang dihubungkan seracara terkait. Penggunaan beberapa unsur ini didukung dengan penyusunan materi secara terorganisir dan urut. Proses pembelajaran dengan multimedia juga melatih siswa untuk belajar mandiri, respon pembelajaran langsung didapat oleh siswa pada


(56)

40

saat pembelajaran dengan multimedia ini. Penggunaan multimedia pembelajaran yang menarik dan praktis ini diharapkan bisa memotivasi siswa dalam belajar secara mandiri.

b. Model-Model Multimedia Pembelajaran

Deni Darmawan (2012: 59-66) menyatakan bahwa ada empat model multimedia interaktif, yaitu model drills, model tutorial, model simulasi, dan model games.

1) Model Drills

Model ini pada dasarnya memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dengan penyediaan soal-soal yang berujuan untuk menguji penampilan siswa melalui kecepatan menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

Tahapan materi model drills yaitu sebagai berikut. a) Program penyajian masalah dalam bentuk soal b) Siswa mengerjakan soal-soal latihan

c) Program merekam penampilan siswa, mengevaluasi, dan memberikan umpan balik

d) Apablia hasil latihan siswa sudah memenuhi kriteria, maka akan berlanjut ke materi selanjutnya, namun jika belum aka nada fasilitas remidi yang dapat diberikan secara parsial maupun keseluruhan (Deni Darmawan, 2012: 61-62). 2) Model Tutorial

Model ini memberikan pengalaman belajar dengan cara memberikan materi atau informasi terlebih dahulu, kemudian siswa diberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah disajikan. Penyajian materi dapat dilakukan secara bertahap membentuk siklus.


(57)

41

Tahapan pembelajaran dengan model tutorial yaitu: a) Introduction (pengenalan),

b) Presentation of information (penyajian informasi atau materi),

c) Questions of respons (pertanyaan dan respon), d) Judging of responses (penilaian respon),

e) Providing feedback about responses (pemberian balikan respon),

f) Remediation (pengulangan),

g) Sequencing lesson segmen (segmen pengaturan pelajaran). (Deni Darmawan, 2012: 62-63)

3) Model Simulasi

Model ini bertjuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Program simulasi akan mendesain bentuk-bentuk animasi yang detail. Ada empat kategori dalam model simulasi yaitu fisik, situasi, prosedur, dan proses.

Tahapan materi dalam model simulasi yaitu : a) Pengenalan,

b) Penyajian informasi (simulasi 1 , simulasi 2, dan seterusnya),

c) Pertanyaan dan respon jawaban, d) Penilaian respon,

e) Pemberian feedback (umpan balik) tentang respon, f) Pembetulan,

g) Segmen pengaturan pengajaran,

h) Penutup. (Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, 2013: 120)

4) Model Games

Model ini mendesain pembelajaran yang menyenangkan melalui simulasi-simulasi tertentu yang dibutuhkan agar siswa mampu menerapakan semua pengalaman belajarnya dalam


(58)

42

menyelesaikan masalah yang diprogramkan. Model games

bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk fakta, prinsip, proses, struktur, system yang dinamis, kemampuan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, kemampuan kerja sama, kemampuan sosial, dan kemampuan incidental seperti kompetisi yang harus dialami, bagaimana kerja sama, dan aturan-aturan yang harus dalam membina disiplin siswa.

Tahapan materi dalam model games yaitu sebagai berikut.

a) Introduction (pendahuluan), terdiri atas judul, tujuan, aturan, petunjuk, pilihan permainan.

b) Body of Instructional Games (bentuk instruksional permainan), terdiri atas skenario, tingkatan permainan, pelaku permainan, aturan permainan, tantangan dalam mencapai tujuan, rasa ingin tahu, kompetisi positif, hubungan bermakna antara permainan dan pembelajaran, kemamuan melawan tantangan, menang atau kalah, pilihan permainan, alur atau langkah-langkah yang harus dilakukan, pergantian tipe kegiatan, dan interaksi dalam bermain.

c) Closing (penutup) berisi pemberitahuan pemenang, pemberian award, informasi terutama feedback untuk pemain dalam meningkatkan penampilan individual,


(59)

43

penutup. (Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, 2013: 123)

Berdasarkan beberapa pilihan model multimedia pembelajaran di atas, peneliti memilih untuk mengembangkan model tutorial dalam penelitian. Penggunaan model tutorial yaitu dengan memberikan materi terlebih dahulu, selanjutnya siswa diberikan evaluasi soal. Melalui multimedia pembelajaran model tutorial, diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri dengan bantuan komputer, selain itu siswa juga dapat memilih dan mengeksplor materi sesuai keinginannya.

c. Prinsip dan Karakteristik Multimedia Pembelajaran

Pemanfaatan multimedia pembelajaran sebaiknya berdasarkan pada pertimbangan prinsip-prinsip pembelajaran. Pengembangan software pembelajaran, penting untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam mendesain multimedia pembelajaran. Dalam referensi buku yang berjudul Multimedia learning karangan Mayer (2009: 270) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa prinsip multimedia yaitu: 1) prinsip multimedia, 2) prinsip kedekatan ruang, 3) prinsip keterdekatan waktu, 4) prinsip koherensi, 5) prinsip modalitas, 6) prinsip redudansi, 7) prinsip perbedaan individu.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Yudhi Munadi (2008: 153) bahwa untuk merancang multimedia interaktif perlu memperhatikan beberapa kriteria penilaian sebagai berikut: 1) Kriteria kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin untuk


(60)

44

memudahkan siswa mempelajarinya sehingga siswa tidak perlu belajar komputer terlebih dahulu, 2) Kriteria kandungan kognisi. Kandungan isi program harus memberikan pengalaman yang dibutuhkan siswa, 3) Kriteria integrasi media, memberikan penekanan pada pengintegrasian berbagai keterampilan, 4) untuk menarik minat siswa, program harus mempunyai tampilan yang artistik dan estetik, 5) Kriteria penilaian terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Multimedia sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaannya juga harus memperhatikan karakteristik pembelajaran, seperti: tujuan, materi, strategi, dan evaluasi pembelajaran.

Prinsip-prinsip di atas, menjadi landasan dalam pengembangan multimedia pembelajaran ini, karena terdapat hal-hal pokok yang harus ada dalam multimedia pembelajaran ini nantinya. Melalui multimedia pembelajaran ini, guru dapat mengatur materi apa saja yang akan diberikan. Guru tidak hanya memiliki control terhadap kedalaman, penelusuran, dan pemilian bahan tetapi juga proses interaksi dalam pelaksanaan komunikasi dengan multimedia pembelajaran ini.

d. Kelebihan dan Manfaat Multimedia Pembelajaran

Dalam pembelajaran, peranan multimedia berbasis komputer menjadi semakin penting di masa kini, karena sistem multimedia yang terdiri dari komponen media-media (teks, gambar, grafis, animasi, audiodan video) tersebut dirancang untuk saling melengkapi sehingga menjadi suatu sistem yang berdaya guna dan tepat guna, di mana suatu


(61)

45

kesatuan menjadi lebih baik daripada jumlah bagian-bagiannya (the whole is greater than the sum of its parts). Penggunaan multimedia berbasis komputer dapat diterima dalam pembelajaran atas dasar mempertinggi proses belajar mandiri serta peran aktif dari siswa (CBSA). Sistem multimedia berbasis komputer juga memberikan rangsangan bagi proses pembelajaran yang berlangsung di luar ruang kelas (Dwi Priyanto, 2009: 3).

Penggunaan multimedia pembelajaran berbasis komputer juga dapat membuat pembelajar lebih mengingat materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan hasil riset dari Computer Technology Reaserch tahun

1993 bahwa “Seseorang hanya dapat mengingat apa yang dia lihat

sebesar 20%, dan apa yang dia dengar sebesar 30%, apa yang dia dengar dan lihat sebesar 50%, dan sebesar 80% dari apa yang dia lihat, dengar, dan kerjakan secara simultan. Pencapaian 80% tersebut sangat dimungkinkan dapat dicapai dengan menggunakan multimedia pembelajaran berbasis komputer yang interaktif. Hal ini diperjelas pendapat Blackwell dalam Dwi Priyanto (2009: 4) bahwa:

“Multimedia lets the teacher/learner navigate, interact, and communicate with the computer. When you allow the user (the viewer) to control what and when these elements are delivered, it is interactive multimedia.”

Multimedia membiarkan siswa menggunakan tombol-tombol yang tersedia, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan komputer. Dan


(62)

46

ketika siswa mengontrol semua media yang ada di dalamnya, itulah yang dinamakan multimedia yang interaktif.

Vaughan (2006:6) menegaskan bahwa dengan multimedia akan sesuai kapanpun manusia mengoneksikan pengguna manusia pada informasi elektronik dalam berbagai jenis. Multimedia meningkatkan antarmuka komputer text-only minimalis dan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dengan mencari dan menarik perhatian dan ketertarikan; multimedia memperkuat ingatan terhadap informasi.

Multimedia juga memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain. Munir (2009: 235) memaparkan keistimewaan multimedia antara lain: 1) multimedia memberikan kemudahan umpan balik; 2) multimedia memberikan kebebasan kepada pelajar dalam menentukan topik proses pembelajaran; 3) multimedia memberikan kemudahan kontrol yang sistematis dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa keunggulan yaitu membuat suasana proses belajar mengajar menjadi lebih efektif, interaktif, dan menarik. Multimedia pembelajaran juga memudahkan siswa dalam menggali materi dengan tampilan yang sudah terorganisir secara materi.


(63)

47

e. Prosedur Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Model pengembangan multimedia pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian pengembangan ini menggunakan model Borg & Gall (1983:775-783). Model penelitian ini memiliki sepuluh langkah pelaksanaan penelitian,yaitu (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) mengembangkan produk awal, (4) ujicoba awal, (5) revisi untuk menyusun produk utama, (6) uji coba lapangan, (7) revisi untuk menyusun produk operasional, (8) uji coba produk operasional, (9) revisi tahap akhir, dan (10) diseminasidan implementasi produk hasil pengembangan.

Model pengembangan Borg & Gall (1983:775-783) ini secara garis besar langkah-langkahnya dapat dikelompokkan ke dalam empat tahap yaitu:

1) Studi pendahuluan, meliputi: (a) studi pustaka yaitu mengkaji teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan; dan (b) studi lapangan yaitu melakukan survey ke sekolah, menganalisis karakteristik siswa dan melihat kemungkinan-kemungkinan dapat diterapkannya produk penelitian pengembangan yang berupa multimedia pembelajaran di sekolah tersebut.

2) Pengembangan, meliputi: (a) merumuskan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian pengembangan yang akan dilakukan; (b) memperkirakan biaya, waktu, tenaga, prosedur kerja dan kemampuan peneliti yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian pengembangan; dan (c) mengembangkan bentuk produk awal terkait perancangan draf awal produk termasuk sarana dan prasarana yang diperlukan untuk uji coba validasi produk dan alat evaluasi serta lain sebagainya.

3) Uji Lapangan, meliputi: setelah produk divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba lapangan dalam hal ini kepada siswa dengan tahapannya adalah: (a) preliminary field testing (uji lapangan terbatas); (b)


(64)

48

main field testing (uji lapangan lebih luas); dan (c) operational field testing (uji oprasional).

4) Desiminasi dan Sosialisasi, meliputi: Membuat laporan mengenai produk pada pertemuan profesional dan dalam jurnal, bekerja sama dengan penerbit untuk melakukan distribusi secara komersial, membantu distribusi untuk memberikan kendali mutu sehingga produk hasil pengembangan berupa pembelajaran inidapat digunakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini menggunakan tahap studi pendahuluan yang meliputi studi pustaka dan studi lapangan. Pengembangan yang meliputi merumuskan tujuan, mengembangkan poduk, serta memperkirakan waktu penelitian. Uji lapangan meliputi uji coba kelompok kecil dan kelompok besar. Tahapan terakhir adalah diseminasi dan implementasi yaitu penyampaian hasil pengembangan produk.

f. Teori Belajar yang Melandasi Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Berikut ini adalah beberapa teori pembelajaran yang mendukung dalam pengembangan media pembelajaran ini :

1. Teori Belajar Behavioristik

Menurut Thorndike dalam (Asri Budiningsih, 2012: 21), belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui indera. Sedangkan respon yaitu


(65)

49

reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

Terkait dengan pengembangan media pembelajaran ini, siswa perlu diberikan stimulus dalam proses pembelajaran. Stimulus yang diberikan dapat berupa teks, gambar, video, dan audio, sehingga nantinya siswa akan memberikan respon sesuai dengan kemampuannya tentang materi yang diberikan melalui media pembelajaran ini.

2. Teori Kognitif

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak (Asri Budiningsih, 2012: 34).

Ada lima tahapan teori kognitif pada multimedia pembelajaran seperti yang dikatakan oleh Mayer (2009:80-84) yaitu:

a. Selecting Relevant Word

Tahap ini melibatkan perhatian dan berdasarkan kata-kata yang ditampilkan secara lisan di multimedia. Jika kata-kata disampaikan secara lisan, proses ini dimulai di


(66)

50

channel auditory, sedangkan apabila kata-kata disampaikan dalambentuk teks, proses ini dimulai di channel visual.

b. Selecting Relevan Image

Pada proses ini yang terlibat adalah perhatian dan gambar. Input dalam tahap ini adalah gambar-gambar multimedia yang secara jelas masuk dalam sensor virtual. Output pada tahap ini adalah sebuah gambar yang merupakan hasil kerja pemilihan dari beberapa gambar yang tersedia. Proses ini dimulai tidak hanya channel visual, tetapi juga memungkinkan untuk menggantikan bagian ini dengan

channel auditory.

c. Organizing Selected Word

Pada tahap ini adalah mengorganisasikan kata-kata ke dalam tampilan yang berkesinambungan misalnya frase atau kalimat yang bermakna. Input dalam tahap ini adalah kata-kata lisan atau frase yang berasal dari pesan verbal. Output

adalah kata- kata atau frase yang berkesinambungan atau bermakna.

d. Organizing Selected Image

Pada tahap ini, siswa mengorganisasikan gambar yang dimaksud di multimedia menjadi satu rangkaian gambar yang berkesinambungan atau serangkaian gambar yang bermakna. Inputnya adalah gambar-gambar lepas yang masuk kedalam memori siswa dan outputnya adalah gambar-gambar yang tersusun rapi serta bermakna.

e. Integrating word-based and image-based representations

Tahap terakhir adalah tahap yang melibatkan hubungan antara word-based dan image-based presentations. Tahap ini melibatkan perubahan dari dua bagian yang berbeda berdasarkan kata dan gambar yang menjadi satu bagian yang bermakna. Input tahap ini adalah model verbal dan visual yang diproses untuk menghasilkan output yang terintegrasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya.

Implikasi dari teori kognitif dalam multimedia pembelajaran ini yaitu dapat mengarahkan perhatian siswa dengan visualisasi tampilan yang menarik dan variatif dan penyajian materi dengan bentuk gambar sehingga mampu


(67)

51

membuat siswa lebih memahami materi dan dapat disimpan dalam memori jangka panjang (long term memory).

3. Teori Konstruktivistik

Teori konstruktivistik berpendapat bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal akan tetapi, proses pengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman (Wina Sanjaya, 2008:246). Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberikan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang (Asri Budiningsih, 2012: 59-60).

Berdasarkan beberapa uraian di atas, karakteristik pembelajaran melalui teori konstruktivitsik memiliki implikasi dalam pengembangan media pembelajaran, dalam segi pembentukan pengetahuan melalui pengalaman belajar siswa. Proses pembelajaran lebih difokuskan kepada siswa (student centered), agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajar mereka secara mandiri.


(1)

(2)

(3)

(4)

174 Lampiran 6. Dokumentasi


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS FLASH PADA MATA PELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN ELASTISITAS KELAS XI SMA N 1 SUKOREJO

0 32 148

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS POKOK BAHASAN INTRODUCTION KELAS VII DI SMP 1 GEBOG KUDUS

1 17 81

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ANIMASI POKOK BAHASAN KEUNGGULAN TANAH DI INDONESIA Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Animasi Pokok Bahasan Keunggulan Tanah Di Indonesia Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII DI SMP N 2 Colomadu Kabu

0 3 9

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ANIMASI POKOK BAHASAN KEUNGGULAN TANAH DI INDONESIA Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Animasi Pokok Bahasan Keunggulan Tanah Di Indonesia Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII DI SMP N 2 Colomadu Kabu

0 2 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DALAM PEMBELAJARAN PKn Implementasi Pendidikan Karakter Dan Budaya Bangsa Dalam Pembelajaran Pkn( Studi Kasus di Kelas V SD N Wirun ).

0 2 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DALAM PEMBELAJARAN PKn TERHADAP Implementasi Pendidikan Karakter Dan Budaya Bangsa Dalam Pembelajaran Pkn( Studi Kasus di Kelas V SD N Wirun ).

0 3 12

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA Penanaman Karakter Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas VII Smp Kasatriyan 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 16

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA Penanaman Karakter Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas VII Smp Kasatriyan 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 12

Pembelajaran PKN dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air siswa kelas III SD N Adisucipto 2.

0 0 213

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MATA PELAJARAN IPS KELAS V POKOK BAHASAN PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAH.

0 0 177