34
f Fungsi Pencegahan, yaitu upaya untuk mencegah peserta didik dalam terlibat dalam permasalahan yang akan menghambat
perkembangan peserta didik. g Fungsi Perbaikan, yaitu upaya guru bimbingan dan konseling
dalam membantu mengatasi permasalahan yang dialami peserta didik.
h Fungsi Pemeliharan dan Pengembangan, yaitu membantu konseli dalam memelihara dan menjaga dirinya selalu dalam kondisi yang
kondusif serta mengembangkan potensi yang dimiliki konseli. Semua fungsi yang telah disebutkan semua memiliki
kepentingan untuk memafilitasi konseli dalam mengembangakan diri dan potensi yang dimiliki serta mencegah konseli terlibat dalam maslah.
4. Pelaksana Layanan Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan layanan
bimbingan dan
konseling pribadi
membutuhkan personel- personel yang membantu keterlaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa
“Tanggung jawab pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan
dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling. Dalam melaksanakan layanan, Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling
dapat bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam dan di luar satuan pendidikan”.
35
Departemen Pendidikan Nasional 2008: 233 menyebutkan bahwa personel utama pelaksana layanan bimbingan dan konseling
merupakan tenaga profesional seperti konselor atau guru bimbingan dan konseling serta staf administrasi bimbingan dan konseling. Selain
personel utama, terdapat juga personel pendukung dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pribadi diantaranya adalah segenap
pihak yang terkait dalam pendidikan, seperti kepala sekolah, wakil, kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, staf administrasi sekolah.
Menurut Winkel 2013: 162 disebutkan personil yang mendukung dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang
terdiri dari konselor sekolah, guru-konselor, guru wali kelas, kepala sekolah, psikolog sekolah, psikolog dan psikiater.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diartikan bahwa guru bimbingan dan konseling memiliki tanggung jawab sebagai
pelaksana layanan bimbingan dan konseling, namun dalam memberikan layanan guru bimbingan dan konseling tidak sendiri melainkan
berkolaborasi dengan pihak – pihak terkait dalam pendidikan sehingga
dapat mengoptimalkan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pribadi.
5. Materi Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah menyebutkan bahwa:
36
Untuk memahami kebutuhan dan masalah peserta didikkonseli dapat diperoleh melalui asesmen kebutuhan dan analisis
perkembangan peserta didikkonseli, dengan menggunakan berbagai instrumen, misalnya angket konseli, pedoman
wawancara, pedoman observasi, angket sosiometri, daftar hadir peserta didikkonseli, leger, inventori tugas-tugas perkembangan
ITP, psikotes dan alat ungkap masalah AUM.
Departemen Pendidikan Nasional 2008: 220 mengungkapkan penyusunan materi layanan bimbingan dan konseling pribadi di sekolah
diawali dengan kegiataan assesment atau kegiatan mengidentifikasi aspek – aspek yang dijadikan bahan materi bagi penyusunan materi tersebut,
rumusan hasil need assesment peserta didik merupakan rumusan yang menganut rumusan tugas
– tugas perkembangan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa materi layanan bimbingan dan konseling pribadi harus berdasarkan need assesment kebutuhan siswa yang mencakup tugas
– tugas perkembangan yang harus terpenuhi, need assesment dilakukan
dengan menggunakan berbagai macam instrumen seperti pedoman wawancara, pedoman observasi, angket sosiometri, daftar hadir peserta
didikkonseli, leger, inventori tugas-tugas perkembangan ITP, psikotes dan alat ungkap masalah AUM yang mampu menjawab kebutuhan
siswa secara mendalam.
6. Metode Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi