Tujuan Konseling kelompok Tujuan konseling berfokus pada usaha membantu klien

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id klien perlu mempunyai pengalaman individual, baru bersedia memasuki konseling kelompok. Dengan demikian klien tidak akan kesulitan untuk langsung masuk konseling kelompok tanpa diawali dengan tahapan-tahapan sebelumnya. Pengalaman pada konseling individual sangat diperlukan bagi klien; 2. Konselor akan menghadapi masalah lebih kompleks pada konseling kelompok dan konselor secara spontan harus dapat memeberi perhatian kepada setiap klien. Kemampuan secara spontan memberi perhatian untuk banyak klien dan mengamati satu per satu tingkah lakunya sepanjang hubungan konseling adalah keharusan dan hal ini tidak mudah dilakukan oleh seorang konselor; 3. Kelompok dapat berhenti karena masalah” proses kelompok”. Waktu yang tersedia tidak mencukupi dan membutuhkan waktu yang lebih lama dan ini dapat menghambat perhatian terhadap klien; 4. Kekurangan informasi individu yang mana yang lebih baik ditangani dengan konseling kelompok dan yang mana harus ditangani dengan konseling individual; 5. Seseorang dapat muncul untuk sulit percaya kepada anggota kelompok, akhirnya perasaan, sikap, nilai dan tingkah lakunya dapat terbawa ke dalam situasi kelompok. Jika hal ini terjadi hasil yang optimal dari konseling kelompoktidak dapat dicapai. Jika dilihat dari sisi kliennya, menurut George dan Cristiani 1990 konseling kelompok tidak cocok untuk klien yang karakteristiknya sebagai berikut: 1. Dalam keadaan kritis; 2. Menganggap masalahnya bersifat konfidensial dan penting untuk dilindungi; 3. Sedang dalam penginterpretasian test yang dihubungkan dengan self-concept; 4. Memiliki ketakutan bicara yang luar biasa; 5.Benar-benar tidak efektif dalam ketrampilan hubungan interpersonal; 6. Memiliki kesadaran yang sangat terbatas; 7. Klien mengalami penyimpangan seksual, dan 8. Klien membutuhkan perhatian yang sangat besar dan terlalu besar jika diselenggarakan dalam bentuk koneling kelompok. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5. Struktur Dalam Konseling Kelompok

Konseling kelompok memiliki struktur yang sama dengan terapi kelompok pada umumnya. Struktur kelompok yang dimaksud menyangkut orang yang terlibat dalam kelompok, jumlah orang yang menjadi partisipan, banyak waktu yang diperlukan bagi suatu terapi kelompok, dan sifat kelompok Cory, 1995; Gazda, 1989; Ohlsen,1977 ; dan Yalom, 1975. 1.Jumlah anggota kelompok, sebagaimana terapi kelompok interaktif, konseling kelompok umumnya beranggotakan antara 4 sampai 12 orang, berdasarkan hasil berbagai penelitian, jumlah anggota kelompok yang kurang dari 4 orang tidak efektif karena dinamika kelompok menjadi kurang hidup. Sebaliknya jika jumlah klien melebihi 12 orang adalah terlalu besar untuk proses konseling, karena terlalu berat dalam mengelola kelompok Yalom, 1975. Untuk menetapkan jumlah klien yang dapat berpartisipasi dalam konseling kelompok dapat ditetapkan berdasarkan kemampuan konselor dan pertimbangan efektifitas proses konseling. Jika jumlah klien dipandang besar dan membutuhkan pengelolaan yang lebih baik, konselor dapat dibantu oleh ko-konselor.

2. Homogenitas kelompok, apakah kelompok dibuat

homogeny atau hiterogen? Hal ini tidak ada ketentuan yang pasti tentang homogenitas keanggotaan suatu konseling kelompok. Sebagian konseling kelompok dibuat homogeny dari jenis kelamin,jenis masalah dan gangguan, kelompok usia dan lain sebagainya. Pada saat saat kelompok suatu konseling kelompok misalnya dari segi usia diikuti oleh remaja maupun orang dewasa, tanpa ada penyaringan terlebih dahulu kelompok usianya. Penentuan homogenitas keanggotaan ini disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan konselor dalam mengelola konseling kelompok Kaplan dan Sadock, 1971.