Usia Pendidikan Aplikasi Regresi Cox Proportional Hazard Pada Analisis Kesintasan Dan Identifikasi Faktor Resiko (Studi Kasus Penderita Kanker Serviks Pasien RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2009)

5.2 Usia

Penderita kanker serviks yang datang berobat ke RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 banyak dijumpai berusia 41-50 tahun yaitu 43 orang 45,3, dilanjutkan usia 51-60 tahun, 31-40 tahun dan 60 tahun yang masing-masing berjumlah 33 orang 15,8, 15 orang 15,8 dan 4 orang 4,2. Hasil yang sama tentang usia penderita kanker serviks juga didapatkan dari penelitian Sirait et al 2003, frekuensi usia tertinggi penderita kanker serviks di RS Kanker Dharmais Jakarta ialah usia 40- 49 tahun 35,9 dan usia 50-59 tahun 28,3. Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian Nasution 2008 yang menyatakan penderita kanker serviks terbanyak dijumpai di RSU. Dr. Pirngadi Medan berusia antar 40-49 tahun yaitu 47,5. Dengan analisis Kaplan-Meier diperoleh probabilitas kesintasan penderita kanker serviks yang berusia 31-40 tahun sebesar 0,657 65,7, usia 41-50 tahun sebesar 0,610 61, sementara untuk kelompok usia 51-60 dan 60 tahun sebesar 0,559 55,9 dan 0,75 75. Hasil uji kemaknaan dengan uji log rank menunjukkan bahwa ada perbedaan antara usia dengan kesintasan 1 tahun penderita kanker serviks. Namun berdasarkan hasil penelitian Sirait et al 2003 tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara kelompok usia dengan kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks. Penderita dengan kelompok usia 59 tahun sebesar 0,4720 dan kelompok usia 40-49 tahun sekitar 0,4453.

5.3 Pendidikan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penderita kanker serviks yang datang berobat ke RSUP. H. Adam Malik Medan paling banyak berpendidikan ≤ SD yaitu 41,1 dan paling sedikit berpendidikan sampai perguruan tinggi 6,3, sisanya berpendidikan SLTP dan SLTA masing-masing 25,3 dan 27,4. Hasil yang hampir sama juga terlihat pada penelitian di RSU. Dr. Pirngadi diperoleh penderita kanker serviks yang berpendidikan rendah sebesar 50,3, berpendidikan menengah 38,8 dan berpendidikan tinggi sebesar 10,9 Nasution, 2008. Hal ini berarti penderita kanker serviks paling banyak diderita oleh wanita yang berpendidikan rendah. Kurangnya pendidikan diestimasi merupakan penyebab kurangnya kesadaran masyarakat tentang Universitas Sumatera Utara kesehatan terutama bahaya penyakit kanker dan besarnya manfaat deteksi dini kanker untuk mengurangi kematian akibat penyakit kanker. Menurut Sirait et al 2003, penderita yang berpendidikan 1-6 tahun dan 12 tahun memiliki probabilitas kesintasan 5 tahun masing-masing 0,4157 dan 0,4154. Ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara pendidikan dengan kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks. Sebaliknya pada penelitian ini ditemukan adanya perbedaan yang bermakna antara pendidikan dengan kesintasan 1 tahun penderita kanker serviks, terlihat dari hasil uji log rank pada p = 0,176 0,26. Dengan analisis Kaplan-Meier diperoleh probabilitas kesintasan 1 tahun penderita kanker serviks yang berpendidikan terakhir SD sebesar 0,664 66,4, pendidikan SLTP sebesar 0,298 29,8, untuk kelompok pendidikan SLTA dan PT sebesar 0,778 77,8 dan 0,833 83,3.

5.4 Pekerjaan