Penentuan Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Sawit Mentah ( Crude Palm Oil )

(1)

Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Kadar Air Analisa

ke

Jenis Sampel

A (g)

B (g)

C (g)

Kadar Air (%) 1 CPO 87,6804 87,6693 5,0463 0,2199 2 CPO 105,6590 105,6484 5,0643 0,2093 3 CPO 108,3252 108,3149 5,5937 0,1841 4 CPO 87,4567 87,4484 5,0384 0,1647 5 CPO 102,2273 102,2185 5,0448 0,1744

Keterangan : A = Berat cawan + sampel sebelum dipanaskan

B = Berat cawan + sampel setelah dipanaskan


(2)

Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan Kadar Asam Lemak Bebas Analisa

Ke

Jenis Sampel

Berat Sampel (g)

Volume Titrasi (mL)

Normalitas (NaOH)

Kadar ALB (%)

1 CPO 7,7601 5,30 0,2317 4,0511

2 CPO 7,0198 4,90 0,2317 4,1403

3 CPO 7,7711 5,00 0,2317 3,8163

4 CPO 7,6061 4,85 0,2317 3,7822


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ayustaningwarno, F. 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah pada Industri Pangan. Jurnal Program Studi Ilmi Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Budiyanto., Silsia, D., Efendi, Z. dan Janika, R. 2010. Perubahan Kandungan β-Karoten, Asam Lemak Bebas dan Bilangan Peroksida Minyak Sawit Merah Selama Pemanasan. Jurnal Jurusan Teknologo Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa, I. dan Hartono, R. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya

Frank, N.E.G., Albert, M.M.E, Laverdure, D.E.E. and Paul, K. 2011. Assessment of The Quality of Crude Palm Oil From Smallholders in Cameroon. Journal of Stored Products and Postharvest Research.

Hasibuan, H.A. 2012. Kajian Mutu dan Karakteristik Minyak Sawit Indonesia Serta Produk Fraksinasinya. Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit UI Press.

Kurniati, Y. dan Susanto, W.H. 2015. Pengaruh Basa NaOH dan Kandungan ALB CPO Terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca Netralisasi. Jurnal Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP Universitas Brawijaya Malang.

Lubis, H.B., Marwanti, S. dan Ferichani, M. 2012. Aplikasi Statistical Quality Control dalam Pengendalian Mutu Minyak Kelapa Sawit di PKS Pagar Merbau

PTPN. II Sumatera Utara. Jurnal Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Ohimain, E.I., Izah, S.C. and Fawari, A.D. 2013. Quality Assessment of Crude Palm Oil Produced Semi-Mechanized Processor in Bayelsa State, Nigeria. Journal of Agriculture and Food Sciences

Oji, A., Oscar K.I., Evbuomwan B.O. and Wali N. 2015. Quality Assessment of Crude Palm Oil on Sale in Selected Markets in Rivers State, Nigeria. Jurnal of

Engineering and Technical Research.

Okolo, J.C. and Adejumo. B.A. 2014. Effect of Bleaching on Quality Attributes of Crude Palm Oil. Journal of Engineering ( IOSRJEN )

Orhevba, B.A., Chukwu, O., Oguagwu, V. and Osunde, Z.D. 2013. Effect of Moisture Content on some Quality Parameters of Mechanically Expressed Neem Seed Kernel Oil. Journal Department of Agricultural and Bioresearches Engineering, Federal University of Technology.


(4)

Soehardjo, H., Harahap, H.H.H., Ishak, R., Purba, A., Lubis, E., Budiana, S. dan Kusmahadi. 1996. Kelapa Sawit. Medan : PTPN IV Bah Jambi.

Sumarna, D. 2014. Studi Metode Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Merah ( Red Palm Oil ) dari Crude Palm Oil. Jurnal Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman.

Tambun, R. 2006. Teknologi Oleokimia. Medan: USU-Inherent Tim Penulis, PS. 1997. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.


(5)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Penentuan Kadar Air (Moisture Content) 3.1.1. Prinsip Kerja

Metode ini didasarkan pada selisih berat awal dari sampel dan berat setelah penguapan yang dihitung sebagai kadar air dan bagian mudah menguap dari sampel uji.

3.1.2. Alat-Alat

Pada analisa penentuan kadar air (moisture content) alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Cawan petri CMSI

- Neraca analitik digital And

- Oven Memmert

- Desikator Schott

- Spatula - Tissue 3.1.3. Bahan-Bahan

Pada analisa penentuan kadar air (moisture content) bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :


(6)

3.1.4. Prosedur Kerja

- Sampel dicairkan dan dihomogenkan sebelum ditimbang

- Ditimbang ± 5 gram sampel dalam cawan`petri yang sudah diketahui beratnya

- Dipanaskan dalam oven dengan suhu 130 oC ± 1 °C selama 30 menit - Didinginkan dalam desikator

- Ditimbang hingga diperoleh bobot konstan 3.1.5. Perhitungan

Kadar air (%) = 100%

Keterangan : b = berat cawan setelah pemanasan (gram) a = berat cawan sebelum pemanasan (gram) W= berat sampel (gram)

3.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) 3.2.1. Prinsip Kerja

Kandungan asam lemak bebas adalah ukuran keasaman organik suatu minyak/lemak yang dinyatakan dengan persentase bobot yang dihitung sebagai asam oleat, asam laurat atau asam palmitat yang mana cuplikan uji dilarutkan dalam etil alkohol netral panas dan larutan panas di titrasi dengan larutan standar NaOH sampai titik akhir titrasi dari indikator yang digunakan.


(7)

3.2.2. Alat-Alat

Pada analisa penentuan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Erlenmeyer 250 ml Iwaki Pyrex

- Buret 25 ml Duran

- Neraca analitik digital And

- Hotplate Cimarec

- Spatula

- Gelas ukur 100 ml Iwaki Pyrex - Statif dan klem

- Tissue 3.2.3. Bahan-Bahan

Pada analisa penentuan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Crude Palm Oil (CPO)

- Larutan standar NaOH p.a.E.Merck - Alkohol netral 96%

- Indikator phenolptalein 3.2.4. Prosedur Kerja

- Sampel dicairkan dan dihomogenkan sebelum ditimbang - Ditimbang sampel sesuai tabel 3 ke dalam erlenmeyer - Ditambahkan alkohol netral panas sesuai tabel 3.1


(8)

- Ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolptalein - Dipanaskan sampai mendidih di atas hotplate

- Dititrasi dengan larutan standar NaOH sampai warna merah lembayung

3.2.5. Perhitungan

FFA (%) =

Keterangan : V NaOH = Volume peniteran NaOH (mL) N NaOH = Normalitas NaOH (N)

Faktor = 28,2 (asam oleat) 25,6 (asam palmitat) 20,0 (asam laurat) W = Berat sampel (gram)

Tabel 3.1. Range Asam Lemak bebas, Volume Alkohol dan Normalitas NaOH No Range FFA

(%)

Berat sampel (gram)

Volume Alkohol (mL)

Konsentrasi NaOH

(N)

1 0,02 – 0,2 56,4 ± 0,2 50 0,1

2 0,2 – 1,0 28,2 ± 0,2 50 0,1

3 1,0 – 30,0 7,5 ± 0,05 75 0,25 4 30,0 – 50,0 7,05 ± 0,05 100 0,25 – 1,0 5 50,0 – 100,0 3,525 ± 0,001 100 1,0


(9)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan

4.1.1. Perhitungan Kadar Air (Moisture Content)

Untuk menghitung kadar air (moisture content) yang terkandung dalam Crude Palm Oil (CPO) dapat menggunakan rumus yaitu:

Kadar air (%) = 100%

Keterangan : a = berat cawan + sampel sebelum pemanasan (gram) b = berat cawan + sampel setelah pemanasan (gram) c= berat sampel (gram)

1. Berat cawan kosong = 82,6341 gram Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 87,6804 gram

Berat sampel = 5,0463 gram

Berat cawan + sampel setelah dipanaskan = 87,6693 gram

% = –

x 100% = 0,2199 %

2. Berat cawan kosong = 100,5947 gram Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 105,6590 gram

Berat sampel = 5,0643 gram


(10)

% = –

x 100% = 0,2093 %

3. Berat cawan kosong = 102,7315 gram Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 108,3252 gram

Berat sampel = 5,5937 gram

Berat cawan + sampel setelah dipanaskan = 108,3149 gram

% = –

x 100% = 0,1841 %

4. Berat cawan kosong = 82,4183 gram Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 87,4567 gram

Berat sampel = 5,0384 gram

Berat cawan + sampel setelah dipanaskan = 87,4484 gram

% = –

x 100% = 0,1647 %

5. Berat cawan kosong = 97,1825 gram Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 102,2273 gram

Berat sampel = 5,0448 gram

Berat cawan + sampel setelah dipanaskan = 102,2185 gram

% = –

x 100% = 0,1744 %


(11)

4.1.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Sebagai Palmitat

Untuk menentukan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) yang terkandung dalam Crude Palm Oil (CPO) dapat digunakan rumus yaitu:

FFA (%) =

Keterangan : V NaOH = Volume peniteran NaOH (mL) N NaOH = Normalitas NaOH (N)

Faktor = 28,2 (asam oleat) 25,6 (asam palmitat) 20,0 (asam laurat) W = Berat sampel (gram)

1. Berat erlenmeyer kosong = 127,2485 gram Berat erlenmeyer + sampel = 135,0086 gram Berat sampel = 7,7601 gram Normalitas NaOH = 0,2317 N Volume titrasi NaOH = 5,30 mL

% = = 4,0511 %

2. Berat erlenmeyer kosong = 127,2880 gram Berat erlenmeyer + sampel = 134,3078 gram Berat sampel = 7,0198 gram Normalitas NaOH = 0,2317 N


(12)

Volume titrasi NaOH = 4,90 mL

% = = 4,1403 %

3. Berat erlenmeyer kosong = 148,7973 gram Berat erlenmeyer + sampel = 156,5684 gram Berat sampel = 7,7711

Normalitas NaOH = 0,2317 N Volume titrasi NaOH = 5,00 mL

% = = 3,8163 %

4. Berat erlenmeyer kosong = 126,4105 gram Berat erlenmeyer + sampel = 134,0166 gram Berat sampel = 7,6061 gram Normalitas NaOH = 0,2317 N Volume titrasi NaOH = 4,85 mL

% = = 3,7822 %

5. Berat erlenmeyer kosong = 150,5050 gram Berat erlenmeyer + sampel = 157,8053 gram Berat sampel = 7,3003 gram Normalitas NaOH = 0,2317 N Volume titrasi NaOH = 4,75 mL


(13)

% = = 3,8593 % 4.2. Data Percobaan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium PT. SUCOFINDO GATOT SUBROTO, maka didapatkan data dalam penentuan kadar asam lemak bebas dan kadar air yang terdapat dalam crude palm oil. Dan data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Data Hasil Perhitungan Kadar Air (Moisture Content) dan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)

No Hari Kadar Air (%) Kadar Asam Lemak

Bebas (%)

1 Senin 0,2199 % 4,0511 %

2 Selasa 0,2093 % 4,1403 %

3 Rabu 0,1841 % 3,8163 %

4 Kamis 0,1647 % 3,7822 %

5 Jumat 0,1744 % 3,8593 %

4.3. Pembahasan

Kadar asam lemak bebas yang tinggi dapat merugikan, begitu juga dengan kadar air yang tinggi karena dengan tingginya kadar asam lemak bebas dan kadar air akan mengakibatkan rendemen dari suatu minyak akan menurun.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kadar air dari crude palm oil adalah berkisar 0,1647 % - 0,2199 % yang dimana dalam penentuan


(14)

kadar air dengan prinsip kerja yang didasarkan pada selisih berat awal dari sampel dan berat setelah penguapan yang dihitung sebagai kadar air dan bagian mudah menguap dari sampel crude palm oil yang diuji.

Sedangkan kadar asam lemak bebas dari crude palm oil adalah berkisar 3,7822 % - 4,1403 % yang dimana dalam penentuan kadar asam lemak bebas dengan prinsip kerja yaitu kandungan asam lemak bebas adalah ukuran keasaman organik suatu minyak / lemak yang dinyatakan dengan persentase bobot yang dihitung sebagai asam oleat, asam laurat atau asam palmitat yang dimana sampel crude palm oil dilarutkan dalam etil alkohol netral panas dan larutan panas di titrasi dengan larutan standar NaOH sampai titik akhir titrasi dari indikator phenolptalein yang digunakan yaitu warna merah lembayung.

Dapat disimpulkan bahwa kadar air dan kadar asam lemak bebas dari crude palm oil yang telah dianalisa sesuai dengan standar baku dari minyak sawit yang telah ditetapkan perusahaan yaitu < 0,5 % untuk kadar air dan < 5,0 % untuk kadar asam lemak bebas.

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangatlah merugikan. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.

Kenaikan kadar asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan asam lemak bebas ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air,


(15)

keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas yang terbentuk.

O ‖

CH2 ― O ― C ― R

O CH2 ― OH O ‖ Panas, air ‖

CH ― O ― C ― R CH ― OH + R ― C ― OH O Keasaman, enzim

‖ CH2 ― OH

CH2― O ― C ― R

Minyak sawit Gliserol ALB

Gambar 4. Reaksi hidrolisis pada minyak sawit

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :

- pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu,

- keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah, - penumpukan buah yang terlalu lama, dan

- proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar asam lemak bebas sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit di saat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan


(16)

gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Sedangkan pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar asam lemak bebas meningkat. Untuk itulah, pemanenan tandan buah segar harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.

Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangakan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan tandan buah segar. Sistem yang dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan tandan buah segar secara langsung ke dalam keranjang rebusan buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, maupun penumpukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian, pembentukan asam lemak bebas selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangai.

Air merupakan bahan perangsang tumbuhnya mikroorganisme lipolitik yaitu enzim lipase, karena itu di dalam perdagangan, kadar ini juga menentukan kualitas minyak. Kenaikan kadar air dalam minyak sawit disebabkan oleh proses penyimpanan yang terlalu lama. Kenaikan kadar air sangat berkaitan dengan kadar asam lemak bebas yang terkandung didalam minyak sawit tersebut. Peningkatan kadar asam lemak bebas dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan.


(17)

Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan bejana hampa pada suhu 90 °C.

Selain itu kadar air yang berada di luar standar normal disebabkan oleh faktor metode kerja yaitu perebusan yang tidak sempurna mengakibatkan kadar air yang terdapat pada minyak kelapa sawit menjadi tinggi. Adapun tindakan perbaikan mutu yang perlu dilakukan untuk mengatasi kadar air di luar batas normal adalah perebusan yang kurang optimal dapat diatasi dengan penggunaan mesin yang disetting secara otomatis sesuai keperluan pabrik kelapa sawit. Hal ini akan sangat efektif sehingga ketidaktepatan dapat dihindari. Dengan metode ini diharapkan akan menghasilkan crude palm oil yang memiliki kadar air sesuai dengan batas normal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga dengan rendahnya kadar air, dapat mencegah maupun mengurangi reaksi hidrolisa yang terjadi. Yang dimana reaksi hidrolisis dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas yang terbentuk pada minyak.


(18)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

- Diperoleh kadar air dari minyak sawit mentah sebesar 0,1647 % - 0,2199 % dan kadar asam lemak bebas sebesar 3,7822 % - 4,1403 %.

- Diperoleh kualitas minyak sawit mentah (CPO) sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan.

5.2. Saran

Mutu minyak sawit mentah (CPO) yang selama ini telah sesuai dengan persyaratan perdagangan hendaknya dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Gambar 1. Buah kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit disebut dengan Elaeis guinensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guinensis berasal dari kata Guinea yaitu Pantai Barat Afrika dan Jacq singkatan dari Jacquin seorang Botanist dari Amerika. ( Soehardjo dkk, 1996 )

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak paling penting di Afrika. Tanaman ini juga adalah salah satu tanaman ekonomi yang paling penting di daerah tropis. Di Afrika, banyak rumah tangga sangat tergantung pada sumber daya ini untuk buah-buahan mereka, obat, makanan, kebutuhan konstruksi dan mata pencaharian mereka dan pendapatan. ( Oji et al, 2015 )

Tanaman kelapa sawit yang berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin


(20)

sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 15° dan lintang selatan 12°). Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24 °C – 32 °C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. ( Tambun, 2006 )

Taksonomi tanaman kelapa sawit adalah :

Devisi : Tracheopita

Subdevisi : Pteropsida

Kelas : Angiospermeae

Subkelas : Mono cotyledoneae

Ordo : Cocoideae

Famili : Palmae

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guinensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian pohon sampai 20 m. Tanaman ini berumah satu atau monoecious yang artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. ( Soehardjo dkk, 1996 )

Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari dan lain sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas yang sangat menjanjikan karena minyak kelapa sawit mampu


(21)

menghasilkan berbagai produk hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia. ( Lubis, 2012)

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau berdasarkan warna kulit buahnya.

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal 5 varietas kelapa sawit, yaitu :

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 50 %. Kernel (daging buah) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah yaitu sekitar 16 – 18 %.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat


(22)

lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terdapat buah tinggi, antara 60 – 96 %. Kandungan minyak yang terdapat pada varietas tenera adalah sekitar 22 – 24 %.

4. Macro Carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis sekali.

5. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Tetapi varietas ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.

Berdasarkan warna kulit buahnya, dikenal 3 varietas kelapa sawit, yaitu :

1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan.

3. Albescen

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.


(23)

Gambar 2. Irisan melintang dan membusur buah kelapa sawit dari varietas dura, tenera dan psifera

Gambar 3. Perbedaan warna kulit buah pada varietas nigrescens, virescens, dan albescens


(24)

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, darihijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandanya. Hal ini disebut dengan istilah membrondol.

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) serta ke pabrik. Dalam pemanenan, perlu diperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi. ( Tim Penulis, 1997 )

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit telah luas digunakan sebagai bahan baku produk pangan dan non pangan. Untuk aplikasi menjadi beberapa produk minyak sawit harus memiliki mutu yang baik dan disesuaikan dengan karakteristiknya. Produk pangan lebih dititik beratkan pada titik leleh dan kandungan lemak padat sedangkan produk non pangan pada komposisi asam lemak. ( Hasibuan, 2012 )

Seperti jenis minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur C, H, dan O. Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat 45%), dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam


(25)

lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). ( Tim Penulis, 1997 )

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).

Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter lebih kurang 8 mm. Setelah itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. ( Ketaren, 1986 )

Crude Palm Oil yang diekstrak secara komersial dari TBS walaupun dalam jumlah kecil mengandung komponen dan pengotor yang tidak diinginkan. Komponen ini termasuk serat mesokrap, kelembaban, bahan-bahan tidak larut, asam lemak bebas, phospholipida, logam, produk oksidasi, dan bahan-bahan yang memiliki bau yang kuat. Sehingga diperlukan proses pemurnian sebelum digunakan. Pemurnian CPO dapat dilakukan dengan dua metode yaitu pemurnian fisik dan pemurnian kimiawi. Perbedaan utama dua jenis pemurnian ini ada pada cara menghilangkan asam lemak bebas. Akan tetapi kedua metode dapat menghasilkan refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) yang memiliki kualitas dan stabilitas yang diinginkan. ( Ayustaningwarno, 2012 )

Minyak kelapa sawit diekstraksi dari mesocarp buah kelapa mengandung sekitar 50% lemak dan 40% lemak tak jenuh. Kelapa sawit terdiri dari 16 karbon asam lemak jenuh, asam palmitat, asam oleat tak jenuh tunggal dan 10% asam linoleat, yang


(26)

merupakan asam lemak omega-6 tak jenuh. Asam linoleat adalah salah satu dari dua asam lemak esensial yang manusia memerlukannya. ( Okolo and Adejumo, 2014 )

Ada beberapa perbedaan kecil antara metode ekstraksi minyak yang digunakan oleh petani kecil dan proses yang berlaku di pabrik minyak industri. Setelah dipanen, TBS diperbolehkan untuk fermentasi untuk waktu ( 1 - 6 hari ) pada suhu kamar, sehingga memungkinkan mudah pemisahan buah dari kelompok itu. Buah kemudian direbus selama beberapa jam. Dalam metode tradisional, buah direbus ditumbuk menjadi bubur menggunakan mortir dan alu atau diinjak, dan minyak dipisahkan dengan menambahkan air dan menekan off. Dalam banyak metode modern, menekan sekrup manual atau bermotor yang digunakan untuk memeras minyak dari buah direbus. Minyak akhirnya dipanaskan untuk menghilangkan air sisa. ( Frank et al, 2011 )

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit adalah air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan adanya pemucatan. Faktor-faktor lainnya adalah titik cair, kandungan trigliserida padat, refining loss, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua factor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit. ( Ketaren, 1986 )

2.3. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen pericarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam pericarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tepat.


(27)

Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada table 2.1. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam lemak Minyak kelapa sawit (persen)

Minyak Inti sawit (persen)

Asam kaprilat - 3 – 4

Asam kaproat - 3 – 7

Asam Laurat - 46 – 52

Asam miristat 1,1 - 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 - 4,7 1 - 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linolenat 7 – 11 0,5 – 2

Sumber: Eckey, S.W. (1955).

Kandungan karotene dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera lebih kurang 500-700 ppm; Kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. (Ketaren, 1986).

2.4. Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor,kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelonakan, slipping point, shot melting point; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Beberapa sifat fisiko-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada tabel 2.2.


(28)

Tabel 2.2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak inti sawit

Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900 - 0,913

Indeks bias D 40oC 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415

Bilangan Iod 48 - 56 14 – 20

Bilangan Penyabunan 196 - 205 244 – 254

Sumber: Krischenbauer (1960)

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna.Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.

Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda.

Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan

Sifat Minyak sawit kasar Minyak sawit murni

Titik cair : awal akhir

21 – 24 29,4

26 – 29 40,0

Bobot jenis 15oC 0,859 – 0,870

Indeks bias D 40oC 36,0 – 37,5 46 – 49

Bilangan penyabunan 224 - 249 196 – 206

Bilangan Iod 14,5 – 19,0 46 – 52

Bilangan Reichert Meissl 5,2 – 6,5 -

Bilangan Polenske 9,7 – 10,7 -

Bilangan Krichner 0,8 – 1,2 -

Bilangan Bartya 33 -


(29)

2.5. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas adalah asam lemak bebas yang berada sebagai asam lemak bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi, biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisis minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lamak bebas yang terbentuk.

Dalam perhitungan kadar asam lemak bebas minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat ( berat molekul 256 ). Daging kelapa sawit mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang berada didalam jaringan daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging buah. Masih aktif di bawah 15 °C dan non aktif dengan temperatur di atas 50 °C. Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. ( Sumarna, 2014 )

Pada berbagai studi penggorengan, peningkatan asam lemak sangat dipengaruhi oleh kadar air, jenis dan kandungan minyak, serta komponen lain pada bahan yang dapat bereaksi dengan asam lemak bebas yang ada pada minyak goreng. Penurunan kandungan asam lemak bebas selama pemanasan dilaporkan pada studi deodorisasi minyak sawit merah. Penurunan kandungan asam lemak bebas selama pemanasan lanjut hanya terjadi bila kecepatan pembentukan asam lemak bebas lebih lambat daripada penguraian atau perubahan asam lemak bebas menjadi senyawa yang mudah menguap.


(30)

antioksidan mampu memperlambat pembentukan asam lemak bebas selamapemanasan.

Ikatan rangkap yang ada pada struktur β-karoten membuat senyawa tersebut tidak stabil

dan mudah bereaksi dengan asam lemak bebas yang ada. ( Budiyanto dkk, 2010 )

Semakin rendah kadar ALB, air dan kotoran maka mutu minyak semakin baik. Apabila kadar air tinggi akan menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis trigliserida sehingga kadar ALB meningkat. ( Hasibuan, 2012 )

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di pabrik pengolahan sawit Kalimantan Tengah, didapatkan bahwa asam lemak bebas pada CPO akan mengalami kenaikan sebesar 0,2404 % perhari. CPO yang disimpan dalam oil tank selama 6 hari menunjukkan adanya kenaikan kadar asam lemak bebas yaitu sekitar 0.247 % perharinya. Penyebab kenaikan ALB pada CPO, disebabkan oleh adanya proses hidrolisa selama penyimpanan. Selama proses hidrolisa, trigliserida akan bereaksi dengan adanya air dan membentuk gliserol dan ALB. Kenaikan asam lemak bebas selama penyimpanan, akan mempengaruhi hasil rendemen minyak dari pengolahan CPO. Minyak kelapa sawit kasar yang memiliki asam lemak bebas tinggi, cenderung akan menurunkan rendemen minyak kelapa sawit murni (hasil refining) yaitu sekitar ± 5 – 13 %. ( Kurniati dan Susanto, 2015 )

2.6. Pengolahan Hasil Kelapa Sawit

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil-hasil sampingnya. ( Tim Penulis, 1997 )


(31)

Kegiatan pengolahan utama terlepas dari jenis pengolahan yang dapat mempengaruhi kualitas minyak sawit yang dihasilkan termasuk memar selama transportasi, fermentasi sebelum pengirikan, klarifikasi dan penyimpanan (Ohimain et al, 2013)

Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan TBS di pabrik, yaitu :

- minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah, dan - minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.

Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

1. Pengangkutan TBS ke pabrik

Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALB-nya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimalnya 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah.

Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi masalah kerusakan buah selama pengangkutan. Ada beberapa alat angkut yang dapat digunakan untuk mengangkut TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu lori, traktor gandeng, atau truk. Pengangkutan dengan lori lebih baik daripada dengan alat angkut lain. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi pada pengangkutan dengan truk atau traktor


(32)

gandengan sehingga pelukan pada buah sawit juga lebih banyak. Hal tersebut menyebabkan semakin meningkatnya kandungan ALB pada buah yang diangkut.

2. Perebusan TBS

Buah beserta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan (sterilizer) atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125°C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandanya. Tujuan perebusan adalah :

- merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB, - mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang,

- memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, serta - untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan

pemisahan minyak.

3. Perontokan dan pelumatan buah

Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hoisting Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah-buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat (digester). Untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji, selama proses pelumatan TBS dipanasi (diuapi).


(33)

4. Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu dilakukan pengadukan selama 25 – 30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan untuk mengambil minyak dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak, yaitu seperti berikut.

a. Ekstraksi dengan sentrifugasi

Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung, lalu diputar. Dengan adanya gaya sentrifusi, maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada dinding tabung.

b. Ekstraksi dengan cara srew press

Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur secara elektris, dan tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan menyebabkan banyak biji yang pecah.

c. Ekstraksi dengan bahan pelarut

Cara ini lebih sering dipakai dalam ekstraksi minyak biji-bijian, termasuk minyak inti sawit. Sedangkan ekstraksi minyak sawit dari daging buah, belum umum digunakan dengan cara ini karena kurang efisien. Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara


(34)

ini adalah dengan menambah pelarut tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel yang lain.

d. Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis

Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan hidrolisis.

5. Pemurnian dan penjernihan minyak sawit

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40 – 45 % air.

Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air di dalam minyak. Minyak sawit ini dapat ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni (Processed Palm Oil, PPO) dan hasil olahan lainnya.

6. Pengeringan dan pemecahan biji

Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulassi udara kering pada suhu 50 °C.


(35)

Akibat proses pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji-biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa ke alat pemecah biji.

7. Pemecahan inti sawit dari tempurung

Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut hydrocyclone separator. Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung. Atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang telah pecah dalam larutan lempung yang mempunyai BJ 1,16. Dalam keadaan ini inti sawit akan terpisah dengan tempurungnya, inti sawit mengapung sedangkan tempurung tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.

Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dangan suhu 80 °C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO). (Tim Penulis, 1997)

2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus cara pencegahannya, secara standar mutu minyak sawit yang dikehendaki pasar.


(36)

1. Asam lemak bebas (free fatty acid)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menaikkan rendemen minyak.

2. Kadar zat menguap dan kotoran

Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju, selalu menginginkan minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri non pangan saja, tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya. Lagi pula, tidak semua pabrik minyak kelapa sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang lengkap, terutama yang berkaitan dengan proses penyaringan minyak sawit. Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

Dengan proses di atas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu


(37)

belum menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara membuang kotoran dan zat menguap.

3. Kadar logam

Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari alat-alat pengolahan yang digunakan. Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam-logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam-logam-logam itu dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikan. Pengurangan unsur-unsur logam yang terikut dalam minyak sawit sangat menentukan peningkatan mutu minyak sawit.

4. Angka oksidasi

Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap). Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun. Konsumen atau pabrik yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku dapat menilai mutu dan kualitasnya dengan melihat angka oksidasi. Dari angka ini dapat diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi berlangsung sehingga dapat pula dinilai kemampuan minyak sawit untuk menghasilkan barang jadi yang memiliki daya tahan dan daya simpan yang lama.


(38)

Minyak sawit mempunyai warna kuning oranye sehingga jika digunakan sebagai bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhannya. Keintesifan pemucatan minyak sawit sangat ditentukan oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan, biaya, serta rendemen hasil akhir yang akan diperoleh.(Tim Penulis, 1997)

2.8. Kadar Air

Kadar air adalah jumlah air yang terkandung dalam minyak yang menentukan mutu minyak. Semakin rendah kadar air, maka kualitas minyak tersebut semakin baik. Hal ini dikarenakan adanya air dalam minyak dapat memicu reaksi hidrolisis yang menyebabkan penurunan mutu minyak. ( Sumarna, 2014 )

Kadar air yang tinggi pada proses produksi maupun peralatan dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas. Untuk menghindari hal tersebut, diusahakan agar selalu kering atau kadar air yang seminimum mungkin.

Kadar air yang berada di luar standar normal disebabkan oleh :

a. Faktor manusia

Kelelahan yang dialami karyawan akibat jam kerja yang terlalu lama tentunya akan menyebabkan konsentrasi semakin menurun. Konsentrasi yang kurang menyebabkan kinerja semakin menurun kualitasnya sehingga secara tidak langsung turut menyebabkan kadar air menjadi meningkat.


(39)

b. Faktor metode kerja

Perebusan yang tidak sempurna mengakibatkan kadar air yang terdapat pada minyak kelapa sawit menjadi tinggi. ( Lubis dkk, 2012 )

Tingginya kadar air dalam minyak kelapa sawit akan memicu tumbuhnya sejumlah mikroorganisme yang dapat memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas. Mikroba dalam proses metabolism (jamur, ragi, dan bakteri) membutuhkan air, senyawa nitrogen dan garam mineral. Minyak yang telah dimurnikan biasanya masih mengandung mikroba berjumlah maksimum 10 organisme setiap 1 gram lemak, dapat dikatakan streril. Mikroba yang menyerang bahan pangan berlemak biasanya termasuk tipe mikroba pathologi, tapi umumnya dapat merusak lemak dengan menghasilkan cita rasa tidak enak, disamping menimbulkan perubahan warna (dis-coloration). ( Kurniati dan Susanto, 2015 )

Kadar air tampaknya memiliki peningkatan, penurunan, dan kemudian meningkatkan efek pada nilai-nilai asam lemak bebas. Fenomena ini mungkin disebabkan oleh proses hidrolisis yang terjadi pada minyak dan mungkin telah disebabkan oleh air dan enzim lipase. Hidrolisis terjadi sebagai akibat dari kadar air dan aktivitas enzim. ( Orhevba et al, 2013 )

Reaksi hidrolisis terjadi ketika suatu asam bertemu dengan basa yang akan menghasilkan garam dan air yang merubah pH dari campuran tersebut. Dalam reaksi hidrolisis, terjadi penarikan H+ dan OH- dari senyawa asam dan basa. H+ dan OH- berikatan menjadi air. Sedangkan pembentukan senyawa asam dan basa yang lain bersatu membentuk dari garam campuran asam basa tersebut. Garam tersebut dapat


(40)

bersifat asam atau basa atau netral tergantung dari sifat-sifat para campurannya apakah asam kuat, asam lemah, basa lemah. ( Sumarna, 2014 )

2.8.1. Metode Penentuan Kadar Air dan Zat Menguap

Metode-metode yang digunakan dalam penentuan kadar air dan zat menguap pada minyak adalah sebagai berikut :

1. Cara hot plate

Cara hot plate dapat digunakan untuk menentukan kadar air dan bahan lain yang menguap, yang terdapat dalam minyak dan lemak. Cara tersebut dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak, termasuk emulsi seperti mentega dan margarin, serta minyak kelapa dengan kadar asam lemak bebas yang tinggi. Untuk minyak yang diperoleh melalui ekstraksi dengan pelarut menguap, cara tersebut tidak dapat digunakan. Sebelum dilakukan pengujian contoh, minyak harus diaduk dengan baik karena air cenderung untuk mengendap. Dengan pengadukan, maka penyebaran air dalam contoh akan merata.

Contoh ditimbang 5 sampai 20 gr di dalam gelas piala yang kering dan telah didinginkan dalam desikator. Kemudian contoh dipanaskan di atas hot plate sambil memutar gelas piala secara perlahan-lahan dengan tangan, agar minyak tidak memercik. Pemanasan dihentikan setelah tidak terlihat lagi gelembung gas atau buih. Cara lain yang lebih baik, yaitu dengan meletakkan gelas arloji di atas gelas piala. Adanya uap air dapat dilihat dari air yang mengembun pada gelas arloji. Pada akhir pemanasan, suhu minyak tidak boleh lebih dari 130 °C. Selanjutnya contoh dimasukkan ke dalam


(41)

desikator dan didinginkan sampai suhu kamar, kemudian ditimbang. Penyusutan bobot disebabkan oleh bobot dari air dan zat menguap yang terkandung dalam minyak.

Kadar minyak dan zat yang menguap (%) =

2. Cara oven terbuka

Cara oven terbuka ( air oven method ) digunakan untuk lemak hewani dan nabati, tetapi tidak dapat digunakan untuk minyak yang mengering ( drying oils ) atau setengah mengering ( semi drying oils ).

Contoh yang telah diaduk, selanjutnya ditimbang seberat 5 gram di dalam “

cawan kadar air “ ( moisture dish ), lalu dimasukkan kedalam oven dan dikeringkan

padda suhu 105 °C ± 1 °C selama 30 menit. Contoh diangkat dari oven dan didinginkan di dalam desikator sampai suhu kamar, kemudian ditimbang. Pekerjaan ini diulang sampai kehilangan bobot selama pemanasan 30 menit tidak lebih dari 0,05 %.

Kadar minyak dan zat yang menguap (%) =

3. Cara oven hampa udara

Cara oven hampa udara ( vacuum oven method ) dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak kecuali minyak kelapa dan minyak sejenis ynag tidak mengandung asam lemak bebas lebih dari 1 %.

Contoh yang telah diaduk ditimbang seberat 5 gram di dalam “ cawan kadar air . Kemudian dikeringkan dalam oven hampa udara pada suhu tidak lebih dari 25 °C. Contoh diangkat dari oven dan didinginkan di dalam desikator sampai suhu kamar,


(42)

kemudian ditimbang. Bobot tetap diperoleh jika selama pengeringan 1 jam perbedaan penyusutan bobot tidak lebih dari 0,05 %.

Kadar minyak dan zat yang menguap (%) =

( Ketaren.S, 1986 )

2.9. Standar Mutu Minyak Sawit

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangan. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu munyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua ,pengertian mutu minyak sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.

Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnia, kesegaran, maupun aspek higenisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit ditentukan oleh banyak factor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan standar mutu minyak sawit seperti dalam table 2.4.


(43)

Tabel 2.4. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit Karakteristik Minyak

sawit

Inti sawit Minyak inti sawit Keterangan Asam lemak bebas Kadar kotoran Kadar zat menguap Bilangan peroksida Bilangan iodine Kadar logam(Fe, Cu) Lovibond Kadar minyak Kontaminasi Kadar pecah 5% 0,5% 0,5% 6 meq 44-58 mg/gr 10 ppm 3-4 R - - - 3,5% 0,02% 7,5% - - - - 47% 6% 15% 3,5% 0,02% 0,2% 2,2 meq 10,5-18,5 mg/gr - - - - - Maksimal Maksimal Maksimal Maksimal - - - Minimal Maksimal Maksimal Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 1989 ( Fauzi dkk, 2002 )


(44)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili Palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk di Indonesia. Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan mulai dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perusahaan perkebunan pada tahun 1911. Hingga kini tanaman ini terus diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.

Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber dan perolehan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (CPO) dunia selain Malaysia dan Nigeria.

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu :

1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit.


(45)

Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut.

Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan tandan buah segar (TBS) atau brondolan dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingnya.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar asam lemak bebasnya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.

Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah dan berfungsi memecah lemak / minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan.


(46)

Dalam penentuan kualitas minyak kelapa sawit kadar air yang melebihi standar juga dapat mempengaruhi kualitas suatu minyak. Karena air dapat mempercepat reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa pada minyak sawit adalah asam lemak bebas dan gliserol. Semakin lama reaksi ini berlangsung maka akan semakin banyak kadar asam lemak bebas yang akan terbentuk.

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangan. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui beberapa kadar air dan kadar asam lemak bebas yang terdapat didalam minyak sawit mentah (crude palm oil).

1.2. Permasalahan

Apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah (crude palm oil) yang dilakukan di PT. SUCOFINDO GATOT SUBROTO sudah sesuai dengan standar mutu perusahaan.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui kadar air dan kadar asam lemak bebas dari minyak sawit mentah (crude palm oil), sehingga dapat digunakan dengan baik sesuai dengan standar mutu dari minyak sawit yang telah ditetapkan.


(47)

1.4. Manfaat

Dengan mengetahui kadar air dan kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak sawit mentah (crude palm oil) yang di analisa, maka dapat diketahui bahwa minyak sawit tersebut sudah memenuhi standar mutu atau belum, sehingga pihak perusahaan dapat melakukan penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu minyak sawit tersebut.


(48)

PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH ( CRUDE PALM OIL )

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah ( crude palm oil ). Dimana pada penentuan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri dengan cara pemanasan didalam oven pada suhu 130 oC selama 30 menit. Sedangkan penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi volumetri dengan menggunakan larutan standar NaOH 0,25 N dengan penambahan indikator phenoptalein. Hasil kadar air yang diperoleh adalah 0,1647 % - 0,2199 %, sedangkan kadar asam lemak bebasnya adalah 3,7822 % - 4,1405 % . Maka dapat disimpulkan bahwa analisa terhadap minyak sawit mentah masih sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan.


(49)

DETERMINATION MOISTURE CONTENT AND FREE FATTY ACID OF CRUDE PALM OIL

ABSTRACT

Had been experiment determination of moisture content and free fatty acids content in crude palm oil. Where was determination of moisture content by gravimetric method performed by heat method in oven at temperature 130 ° C until 30 minutes. While the determination of free fatty acid content performed by volumetric titration method using standard solution of NaOH 0,25 N with used an indicators phenoptalein. The results obtained moisture content is 0,1647% - 0,2199%, while free fatty acid content is 3,7822% - 4,1405%. the conclusion for analysis of the crude palm oil is still in accordance with the quality standard set by the company.


(50)

PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH (CRUDE PALM OIL)

TUGAS AKHIR

RIO MARETANTO SINAGA 132401146

PROGRAM D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(51)

KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH (CRUDE PALM OIL)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

RIO MARETANTO SINAGA 132401146

PROGRAM D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(52)

PERSETUJUAN

Judul :PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK

SAWIT MENTAH ( CRUDE PALM OIL )

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : RIO MARETANTO SINAGA

Nomor Induk Mahasiswa : 132401146

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Mei 2016

Disetujui Oleh

Ketua Program Studi D3 Kimia Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar, M.Si Dra. Emma Zaidar, M.Si NIP : 195512181987012001 NIP : 195512181987012001

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, M.S NIP : 195408301985032001


(53)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH (CRUDE PALM OIL)

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2016

RIO MARETANTO SINAGA 132401146


(54)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Adapun penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi syarat dalam mengikuti ujian akhir D-3 Kimia di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Tugas akhir ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Lapangan Kerja ( PKL ) di PT. SUCOFINDO GATOT SUBROTO dengan judul PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH ( CRUDE PALM OIL) ‘’.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kandala tersebut dengan baik. Atas berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda J. Sinaga dan Ibunda R. Turnip yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan moril maupun materil dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dalam membantu penulisan karya ilmiah ini.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S selaku Ketua Dapertemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumaterra Utara

4. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumaterra Utara


(55)

5. Bapak Drs. Philipus H. Siregar, M.Si ( Almarhum ) yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dalam membantu penulisan karya ilmiah ini.

6. Ibu Melyanti selaku Operasional Manager ( OM ) laboratorium PT. Sucofindo Gatot Subroto yang telah memberikan fasilitas dan ilmu yang berharga bagi penulis.

7. Seluruh pihak PT. Sucofindo Gatot Subroto yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan karya ilmiah ini.

8. Rekan praktek lapangan kerja yaitu Ektri Elisa Lumban Gaol, Surya Graha Siahaan dan Dina Oktaviana Togatorop yang turut membantu penulis selama praktek lapangan kerja.

9. Teman-teman seperjuangan Sofyan Eldo Surbakti, Andri Hassan Simbolon, Sahat Fernando Bakara dan Surya Graha Siahaan

10.Seluruh teman-teman D3 Kimia stambuk 2013 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu penulisan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaa. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Segala bentuk masukan yang diberikan akan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan terima kasih. Harapan penulis, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan, Mei 2016

Penulis


(56)

PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH ( CRUDE PALM OIL )

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah ( crude palm oil ). Dimana pada penentuan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri dengan cara pemanasan didalam oven pada suhu 130 oC selama 30 menit. Sedangkan penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi volumetri dengan menggunakan larutan standar NaOH 0,25 N dengan penambahan indikator phenoptalein. Hasil kadar air yang diperoleh adalah 0,1647 % - 0,2199 %, sedangkan kadar asam lemak bebasnya adalah 3,7822 % - 4,1405 % . Maka dapat disimpulkan bahwa analisa terhadap minyak sawit mentah masih sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan.


(57)

DETERMINATION MOISTURE CONTENT AND FREE FATTY ACID OF CRUDE PALM OIL

ABSTRACT

Had been experiment determination of moisture content and free fatty acids content in crude palm oil. Where was determination of moisture content by gravimetric method performed by heat method in oven at temperature 130 ° C until 30 minutes. While the determination of free fatty acid content performed by volumetric titration method using standard solution of NaOH 0,25 N with used an indicators phenoptalein. The results obtained moisture content is 0,1647% - 0,2199%, while free fatty acid content is 3,7822% - 4,1405%. the conclusion for analysis of the crude palm oil is still in accordance with the quality standard set by the company.


(58)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit 5

2.2. Minyak Kelapa Sawit 10

2.3. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit 12 2.4. Sifat Fisiko – Kimia Minyak Kelapa Sawit 13

2.5. Asam Lemak Bebas 15

2.6. Pengolahan Hasil Kelapa Sawit 16 2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit 22

2.8. Kadar Air 24

2.8.1. Metode Penentuan Kadar Air dan Zat Menguap 26


(59)

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Penentuan Kadar Air (Moisture Content) 30

3.1.1. Prinsip Kerja 30

3.1.2. Alat-Alat 30

3.1.3. Bahan-Bahan 30

3.1.4. Prosedur Kerja 31

3.1.5. Perhitungan 31

3.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) 31

3.2.1. Prinsip Kerja 31

3.2.2. Alat-Alat 31

3.2.3. Bahan-Bahan 32

3.2.4. Prosedur Kerja 32

3.2.5. Perhitungan 33

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan 34

4.1.1. Perhitungan Kadar Air (Moisture Content) 34 4.1.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Sebagai Palmitat 36

4.2. Data Percobaan 38

4.3. Pembahasan 38

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 43

5.2. Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44


(60)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan 13 Minyak Inti Kelapa Sawit

2.2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak 14 Inti Sawit

2.3. Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah 14 Dimurnikan

2.4. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan 29 Inti Sawit

3.1. Range Asam Lemak bebas, Volume Alkohol dan 33 Normalitas NaOH

4.1. Data Hasil Perhitungan Kadar Air (Moisture Content) dan 38 Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)


(61)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Buah kelapa sawit 5

Gambar 2: Irisan melintang dan membusur buah 9 kelapa sawit dari varietas dura, tenera dan psifera

Gambar 3: Perbedaan warna kulit buah pada varietas 9 nigrescens, virescens, dan albescens


(62)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Data Hasil Pengamatan Kadar Air 46

Lampiran 2: Data Hasil Pengamatan Kadar Asam Lemak Bebas 47 Lampiran 3: Standar Mutu Crude Palm Oil ( CPO ) SNI 01-2901-2006 48


(1)

DETERMINATION MOISTURE CONTENT AND FREE FATTY ACID OF CRUDE PALM OIL

ABSTRACT

Had been experiment determination of moisture content and free fatty acids content in crude palm oil. Where was determination of moisture content by gravimetric method performed by heat method in oven at temperature 130 ° C until 30 minutes. While the determination of free fatty acid content performed by volumetric titration method using standard solution of NaOH 0,25 N with used an indicators phenoptalein. The results obtained moisture content is 0,1647% - 0,2199%, while free fatty acid content is 3,7822% - 4,1405%. the conclusion for analysis of the crude palm oil is still in accordance with the quality standard set by the company.


(2)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit 5

2.2. Minyak Kelapa Sawit 10

2.3. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit 12 2.4. Sifat Fisiko – Kimia Minyak Kelapa Sawit 13

2.5. Asam Lemak Bebas 15

2.6. Pengolahan Hasil Kelapa Sawit 16 2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit 22


(3)

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Penentuan Kadar Air (Moisture Content) 30

3.1.1. Prinsip Kerja 30

3.1.2. Alat-Alat 30

3.1.3. Bahan-Bahan 30

3.1.4. Prosedur Kerja 31

3.1.5. Perhitungan 31

3.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) 31

3.2.1. Prinsip Kerja 31

3.2.2. Alat-Alat 31

3.2.3. Bahan-Bahan 32

3.2.4. Prosedur Kerja 32

3.2.5. Perhitungan 33

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan 34

4.1.1. Perhitungan Kadar Air (Moisture Content) 34 4.1.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Sebagai Palmitat 36

4.2. Data Percobaan 38

4.3. Pembahasan 38

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 43

5.2. Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan 13 Minyak Inti Kelapa Sawit

2.2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak 14 Inti Sawit

2.3. Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah 14 Dimurnikan

2.4. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan 29 Inti Sawit

3.1. Range Asam Lemak bebas, Volume Alkohol dan 33 Normalitas NaOH

4.1. Data Hasil Perhitungan Kadar Air (Moisture Content) dan 38 Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Buah kelapa sawit 5

Gambar 2: Irisan melintang dan membusur buah 9 kelapa sawit dari varietas dura, tenera dan psifera

Gambar 3: Perbedaan warna kulit buah pada varietas 9 nigrescens, virescens, dan albescens


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Data Hasil Pengamatan Kadar Air 46

Lampiran 2: Data Hasil Pengamatan Kadar Asam Lemak Bebas 47 Lampiran 3: Standar Mutu Crude Palm Oil ( CPO ) SNI 01-2901-2006 48