Permasalahan Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Sekilas Sejarah Kelapa Sawit

Fraksi Tandan Buah Segar terhadap Kadar ALB Asam Lemak Bebas dan DOBI Deteration Of Bleachability Index di PTPN III Sei Mangkei, Perdagangan”

1.2 Permasalahan

Dalam pemanenan kelapa sawit harus memenuhi kriteria matang panen untuk menghasilkan minyak dengan rendemen tinggi dan kualitas minyak yang baik. Maka masalah yang dihadapi adalah pada fraksi berapa kelapa sawit tersebut memiliki kandungan minyak yang maksimal dan kandungan ALB yang minimal sehingga layak untuk diolah. Dan apakah DOBI dalam CPO yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan.

1.3 Tujuan Penulisan

- Untuk mengetahui fraksi buah kematangan panen kelapa sawit di dalam memperoleh produksi CPO dengan kadar ALB yang rendah - Untuk mengetahui kadar ALB dalam minyak CPO, berdasarkan kriteria panen TBS - Untuk mengetahui kadar DOBI dalam CPO - Untuk mengetahui nilai rata-rata DOBI dari tiap fraksi buah kelapa sawit

1.4 Manfaat Penulisan

- Untuk mengetahui fraksi mana yang memiliki kadar ALB yang baik - Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang pengaruh fraksi tandan buah terhadap kadar ALB - Untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang perlunya penentuan DOBI agar tidak terjadi pemalsuan Universitas Sumatera Utara - Untuk meningkatkan kualitas minyak sawit di Indonesia dengan meningkatkan angka DOBI - Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang penyebab DOBI yang rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sekilas Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit Elaeis guinensis Jack berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyebutkan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada Universitas Sumatera Utara kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemjuan pesat yang dialami Indonesiatidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian Negara asing termasuk Belanda. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16 dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak Universitas Sumatera Utara sawit Indonesia pun mencapai 56.000 ton pada tahun 19481949. Pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alas an politik dan keamanan. Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer di setiap jenjang manajen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk BUMIL buruh militer yang merupakan wadah kerja sama anatara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan. Pada periode tersebut posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia. Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sector penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu, lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat.

2.2 Varietas Kelapa Sawit