Panen Kelapa Sawit Kriteria Matang Panen Cara Panen

Varietas ini mempunyai cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka- wikka dapat dibedakan menjadai diwikka-wakkadura, diwikka-wakkapesifera dan diwikka- wakkatenera. Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas tenera yaitu sekitar 22-24 sedangkan pada varietas dura antara 16-18 . Sehingga tidak heran jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas tenera.

2.2.1 Panen Kelapa Sawit

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut berondolan dan system pengangkutannya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil TPH serta ke pabrik.

2.2.2 Kriteria Matang Panen

Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak Universitas Sumatera Utara maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid ALB atau FFA minimal. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen yaitu berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah berondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan 15-20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umu yaitu pada setiap 1 kg buah segar TBS terdapat 2 brondolan.

2.2.3 Cara Panen

Cara pemanenab buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid ALB atau FFA. Hal ini tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Selain itu, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walupun kandungan ALB-nya rendah. Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia, - Tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan car panen jongkok dengan alat dodos. Universitas Sumatera Utara - Tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri menggunakan alat kapak siam. - Tanaman dengan tinggi diatas 10 m dipanen dengan cara egrek yaitu alat arit bergagang panjang.

2.2.4 Fraksi TBS dan Mutu Panen