Panen dan Penanganan Pasca Panen

6. Hama dan Penyakit Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam budidaya ini adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah : a penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm, b penyakit akibatprotozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis, c penyakit akibatjamur fungi, seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis, d penyakit akibat serangan bakteri, e penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN Viral Neorotic Nerveus.

7. Panen dan Penanganan Pasca Panen

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ntuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik panen, serta penanganan pasca panen. Waktu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen. Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa : scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan aerasi. Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual. Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak ½ sampai 23 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalananyaitu 19-210C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan sekitar 50kgwadah. Aspek Produksi dan Pemasaran Perkembangan ekspor Ikan, khususnya produksi perikanan laut termasuk ikan kerapu budidaya Kajapung dan hasil penangkapan para nelayan, dari Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1995 Indonesia mengekspor hasil produksi perikanan belum termasuk komoditas udang sebesar 25.000 ton dengan nilai US 65.326.000, kemudian meningkat menjadi 27.000 ton dengan nilai US 64.058.000 pada tahun 1996, dan meningkat pesat pada tahun 1998 menjadi 708.000 ton dengan nilai US 680.639.000 Anonimous, 2009 Yang paling penting dengan pengembangan usaha ini adalah, bahwa harga jual produksi dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Selain itu dengan teknologi budidaya karamba ini, produksi ikan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup, dimana untuk pasaran ekspor ikan hidup nilainya lebih mahal hingga mencapai 10 kali lipat dari pada ekspor ikan fresh. Ditinjau dari sisi pemasaran, peluang pengembangan usaha agribisnis perikanan masih sangat terbuka, oleh karena laju pertumbuhan produksi perikanan dunia yang masih didominasi oleh perikanan laut dan telah menunjukkan trend yang baik, terutama dengan semakin meningkatnya konsumsi dunia sejalan dengan bertambahnya penduduk dunia serta peningkatan pendapatan. Sementara itu produksi perikanan dari negara-negara maju mengalami penurunan, sehingga kian membuka peluang bagi kelompok negara-negara berkembang terutama Indonesia untuk meningkatkan produksi Anonimous, 2010 Pertimbangan lain adalah, bahwa usaha budidaya ikan kerapu ini dapat dikembangkan hampir di sebagian besar wilayah pantai di tanah air, asalkan memenuhi persyaratan teknis seperti keadaan gelombang dan angin yang tidak terlalu keras, bebas polusi, serta aspek teknis lainnya. Dan yang terakhir, usaha budidaya ikan kerapu relatif lebih mudah dari pada budidaya udang tambak, sehingga dari segi kemampuan dan keterampilan SDM pada umumnya tidak menjadi masalah, apalagi di beberapa daerah para nelayan telah berinisiatif merintis usaha semacam ini secara tradisional, yaitu pembesaran ikan kerapu dengan karamba jaring apung dan tambak yang bibitnya berupa ikan tangkapan.Anonimous, 2010 Permintaan ikan kerapu alias grouper, di dalam negeri maupun diluar negeri terus meningkat karena rasa, keindahan sebagai ikan hias, dan aroma yang khas. Harga ikan karang ini boleh dikatakan tinggi, apalagi dalam keadaan hidup dan ditangkap dilaut. Sayangnya, kerapu tangkapan sudah mulai berkurang sehingga diperlukan budidaya agar potensi mendatangkan rupiah juga besar. Di beberapa sentra produksi, justru kerap mengalami kekerangan pasokan untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat Khoironi, 2009. Harga ikan kerapu sekalipun fluktuatif, rata-rata masih cukup tinggi. Harga berabagai jenis ikan kerapu di pasaran internasional meningkat sekitar US 12 per kilogram kg hingga US 50 per kg dibandingkan dengan harga di tingkat pembudidaya di indonesia Anonimous, 2009. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan pengekspor ikan kerapu terbesar pada awal 1990-an, melampaui Filipina. Namun posisi itu hanya bertahan sekitar lima tahun, dan belakangan posisi Indonesia merosot Anonimous, 2009. Data Departemen Kelautan dan Perikanan DKP pada 2001 menunjukkan bahwa budi daya ikan kerapu pada tahun itu mencapai 7.500 ton dari total produksi budi daya dan tangkap secara nasional sekitar 58.905 ton. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 1999, yang mencatat jumlah 1.759 ton untuk budi daya dari total produksi sekitar 45.231 ton. Sementara untuk ekspor kerapu tercatat 1.098 ton 1999, 1.167 ton 2000, dan 1.284 ton 2001. Berdasarkan data DKP, produksi ikan kerapu Indonesia pada 2004 sebanyak 6.552 ton sedangkan pada 2006 diperkirakan mencapai 12 ribu ton dan pada 2009 diproyeksikan naik menjadi 30 ribu ton. Sedangkan untuk ekspornya, pada 2006 mencapai 4.800 ton senilai 24 juta dolar AS sementara pada tahun ini diperkirakan sebanyak 6.340 ton atau 31,7 juta dolar AS. Masyarakat Nelayan Wilayah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah ±12.586 jiwa dengan hasil penangkapan 21.821 ton per tahun data produksi tahun 2007. Dengan hasil produksi tersebut dapat dikembangkan beberapa usaha pengelolahan hasil perikanan selain yang dipasarkan di pasar lokal maupun di pasar ekspor seperti pengelolaan lanjutan dari surimi bakso dan kerupuk ikan .Dinas Perikanan Serdang bedagai, 2009. Pemasaran ikan sampai saat ini belum ada kendala, hanya saja membutuhkan banyak biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan karena Kabuapten Serdang Bedagai berjarak ± 60 km atau 1 satu jam perjalanan dari Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara yang menjadi pusat pemasaran ikan di Propinsi Sumatera Utara dan juga pintu eksport ke luar negeri Dinas Perikanan Serdang bedagai, 2009. Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap banyak untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai. Apalagi jika keuntungan itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Pengetahuan tentang ikan yang akan dibudidayakan dan keberanian untuk memulai usaha saja tidak mendukung kegiatan usaha ini. Untuk itu, diperlukan modal untuk mengelolanya agar usaha dapat berkembang seperti yang diharapkan. Di pasaran terlihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacam-macam. Oleh karenanya, pemilihan produk dapat dilakukan pada satu atau jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis yang dipilih tersebut Pusat Riset, 2009. Sistem dan usaha agribisnis yang sedang dipromosikan adalah sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi. Hal ini dapat dicirikan dengan efisiensi yang tinggi mampu merespons perubahan pasar secara cepat dan efisien, menhasilkan produk bernilai tambah tinggi, menggunakan inovasi teknologi sebagai sumber pertumbuhan dan produktivitas dan nilai tambah. Hal ini dapat disikapi dengan pembangunan industri hulu da industri hilir pertanian yang dapat memperbaiki sistem dan prospek pertanian ke arah yang berpotensi positif David, 2002. Jenis ikan yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan disesuaikandengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi selera pasar akan lebih memudahkan pemasaran sehingga tidak ada kekhawatiran ikan tidak terjual Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008. Perusahaan dikatakan break even apabila setelah dibuat perhitungan laba rugi dari satu periode kerja atau dari satu kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidak mengalami laba dan tidak juga mengalami kerugian Sigit, 1990. Usaha budidaya ikan kerapu ini menjadi menarik karena produknya memiliki nilai jual tinggi, meski durasi masa panen mencapai 6-7 bulan, namun dengan harga untuk pasar lokal mencapai kisaran Rp.60.000-Rp.70.000 per kilogram menjadi sektor usaha yang prospektif . apalagi bila produksi ikan kerapu itu dikelola dengan pengawasan kualitas yang ketat, sehingga bisa menembus pangsa mancanegara maka harganya pun semakin tinggi. Di pasar ekspor, dihargai tidak kurang dari Rp.100.000 per kilogram.Hendra, 1987 Pada tahun 2006, Indonesia menargetkan produksi kerapu sebanyak 100.000 ton. Itu hanya untuk memenuhi permintaan pasar Asia. Untuk itulah, sebagai salah satu komoditas unggulan, produksinya perlu terus digenjot melalui budi daya untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia dan memacu perolehan devisa Anonimous, 2009.

2.2. Landasan Teori