PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Subsektor perikanan, selain menyokong kebutuhan protein hewani bagi masyarakat juga membuka lapangan kerja dan menambah pendapatan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari adanya stabilitas sosial ekonomi masyarakat yang cukup menonjol, terutama didaerah pesisir. Bahkan dewasa ini terjadi peningkatan
devisa negara dari tahun ke tahun melalui ekspor komoditas perikanan ini. Salah satu ikan laut komersial yang sekarang banyak dibudidayakan dan merupakan
komoditas ekspor yaitu ikan kerapu Sunyoto, 1993. Ikan kerapu Epinephelus sp. bernilai ekonomis tinggi dan berpeluang
dipasarkan baik didomestik maupun internasional. Ekspor ikan kerapu melaju pesat sebesar 350 yaitu dari 19 ton menjadi 57 ton tahun 1987-1988
Departemen Pertanian, 1990. Ikan kerapu merupakan komoditas perdagangan internasional yang
harganya mahal dan permintaanya tinggi. Namun, sebagian besar produksi ikan kerapu dari Indonesia adalah hasil tangkapan alam yang menggunakan bahan
peledak atau racun potasium sianida sehingga akan merusak lingkungan hidupnyadan menyebabkan kepunahan. Berkat potensinya yang cukup besar,
Departemen Kelautan dan Perikanan telah menjadikan ikan kerapu sebagai salah satu komoditas unggulan nasional Subyakto, 2003.
Ikan kerapu dalam dunia interanasional dikenal dengan nama Grouper trout. Ikan jenis ini merupakan ikan konsumsi yang dipasarkan dalam keadaan
hidup dan umumnya dihidangkan di restoran-restoran besar. Dilaut, umumnya
ikan kerapu tersebar di daerah tropis dan subtropics serta dapat dijumpai dalam berbagai jenis Sunyoto, 1997.
Beberapa jenis ikan laut yang dibudidayakan merupakan ikan laut yang bernilai ekonomis tinggi. Selain merupakan menu istimewa yang dihidangkan
mulai dari rumah makan kecil hingga di restoran sea food mewah dan hotel-hotel berbintang di tanah air juga merupakan ikan ekspor yang penting. Ikan-ikan
tersebut adalah bandeng, beronang, kakap, kerapu dan kuwe Afrianto, 1997. Keuntungan budidaya ikan kerapu dikarenakan pertumbuhannya yang
cepat dan dapat diproduksi secara massal, terutama untuk melayani permintaan pasar akan ikan kerapu hidup. Ikan kerapu memiliki daging yang empuk dan
biasanya diolah dengan cara yang intim dengan bumbu oriental. Dewasa ini banyak ikan kerapu yang diambil filletnya untuk kebutuhan ekspor atau sebagai
bahan olahan. Untuk kebutuhan fillet, biasanya ikan kerapu yang digunakan berukuran 4-5 kgekor bahkan ada yang bisa mencapai 7-10 kgekor.
Burhan, 2006. Menurut catatan BPS, ekspor kerapu memperlihatkan peningkatan tiap
tahunnya, walaupun belum merupakan komoditas perikanan terbesar. Sasaran utama ekspor ialah Singapura, Hongkong dan Jepang. Selama tahun 1986-1990
kenaikan ekspor hasil perikanan rata-rata sebesar 31,5 per tahun. Sebagai catatan tahun 1990 volume ekspor hasil perikanan mencapai 320.241 ton dengan
nilai US 1.039,680 juta Subyakto, 2003. Perencanaan bisnis merupakan alat yang sangat penting bagi perusahaan
maupun mengambil keputusan kebijakan perusahaan. Tujuan perencanaan bisnis
adalah agar kegiatan bisnis tang dilakukan maupun yang sedang berjalan tetap berada dijalur y6ang benar sesuai dengan yang direncanakan Rangkuti F, 2001.
Studi kelayakan bisnis ini adalah kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,
dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan Kasmir dan Jakfar, 2003.
Hasmaizar 2006 mengatakan bahwa Ruang lingkup dalam kegiatan pemasaran dapat dikelompokkan dalam 4 empat kegiatan yaitu: Analisis produk-
Pasar, Analisis Permintaan, Analisis Persediaan dan Analisis Peluang. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih jauh tentang Analisis Finansial Ikan Kerapu Di Kabupaten Serdang Bedagai.
1.2. Identifikasi Masalah