adalah agar kegiatan bisnis tang dilakukan maupun yang sedang berjalan tetap berada dijalur y6ang benar sesuai dengan yang direncanakan Rangkuti F, 2001.
Studi kelayakan bisnis ini adalah kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,
dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan Kasmir dan Jakfar, 2003.
Hasmaizar 2006 mengatakan bahwa Ruang lingkup dalam kegiatan pemasaran dapat dikelompokkan dalam 4 empat kegiatan yaitu: Analisis produk-
Pasar, Analisis Permintaan, Analisis Persediaan dan Analisis Peluang. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih jauh tentang Analisis Finansial Ikan Kerapu Di Kabupaten Serdang Bedagai.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka berikut ini akan diidentifikasikan beberapa permasalahan yang
akan diteliti sebagai berikut: 1.
Bagaimana sistem budidaya ikan kerapu di daerah penelitian? 2.
Berapa besar pendapatan pengusaha dari usaha ikan kerapu? 3.
Apakah usaha ikan kerapu secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan?
4. Bagaimana peluang dan pemasaran yang dilakukan dalam pemasaran
usaha ikan kerapu?
5. Masalah-masalah apa yang dihadapi pengusaha dalam pengelolaan usaha
ikan kerapu? 6.
Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pengusaha ikan kerapu?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem budidaya ikan kerapu di daerah
penelitian. 2.
Untuk mengetahui besar pendapatan pengusaha dari usaha bududaya ikan kerapu.
3. Untuk menganalisis kelayakan finansial ikan kerapu yang diusahakan.
4. Untuk mengetahui Strategi yang dilakukan dalam pemasaran usaha ikan
kerapu. 5.
Untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi pengusaha dalam pengelolaan dan pemasaran usaha ikan kerapu.
6. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pengusaha ikan kerapu.
1.4.Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka keguanaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa yang ingin
membuat bisnis ikan kerapu. 2.
Sebagai bahan masukan bagi pengusaha yang membudidayakan ikan kerapu Epinephelus sp.
3. sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Jenis ikan ini telah banyak dibudidayakan didaerah Kepulauan Riau dan Sumatera Utara, khususnya KabupatenKota Nias, Tapanuli Tengah, Sibolga,
Langkat, Serdang Bedagai dan Medan. Sistematika Ikan Kerapu Lumpur
Filum : chordate
Subfilum : vertebrata
Kelas : osteichtyes
Subkelas : actinopterigi
Ordo : percomorphi
Subordo : percoidea
Family : serranidae
Genus : epinephelus
Spesies : Epinephelus suillus
Dalam dunia perdagangan, ikan kerapu lumpur dikenal dengan nama dagang estuaty, grouper, fah paan, chairomaruhata, chi hou.
Ciri-ciri dan Aspek Biologi
Ciri Epinephelus suillus, ada kemiripan dengan jenis ikan kerapu Lumpur lainnya, Epinephelus tauvina atau Epinephelus coioides, terutama penampakan
bintik pada tubuhnya. Bentuk tubuh memanjang bagian kepala dan punggung berwarna gelap dan kehitamansedangkan perut berwarna keputihan, seluruh
tubuhnya dipenuhi bintik-bintik kasar berwarna kecoklatan atau kemerahan.
Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur Adapun pertumbuhan dan perkembangan ikan kerapu lumpur sebagaimana
halnya dengan ikan kerapu lain, kerapu lumpur bersifat protogony hermaphrodite. Artinya jenis kelamin ikan berubah sejalan dengan pertumbuhannya. Pada waktu
masih berumur 3 tahun atau kurang, ikan ini berkelamin betina. Namun sesudah berumur lebih dari 4 tahun ikan ini berubah kelamin menjadi jantan tanpa
perubahan morfologi yang jelas. Ikan ini tumbuh cepat, pertumbuhan ikan kerapu Lumpur beragam, tergantung pada bobot awal, mutu dan jumlah pakan yang
digunakan dan kondisi lingkungan. Panjang maksimum yang dapat dicapai sampai 95 cm. Ikan kerapu lumpur hidup diperairan muara sungai dengan kisaran kadar
garam 15-30 ppt, suhu air 24-31 derajat Celsius, dan kadar oksigen terlarut antara 7,1-31 ppt.
Pengelolaan budidaya
1. Wadah budidaya Wadah budidaya yang digunakan adalah kolam tambak. Adapun ukuran
kolam tambak tersebut adalah 30m x 50m untuk proses pembesaran dan 15mx 50m untuk proses penggelondongan.
2. Penyediaan benih ikan kerapu Benih ikan kerapu dapat diperoleh dari alam atau dari hutchery. Di alam
ikan kerapu lumpur banyak hidup diperairan sekitar muara sungai yang berdasar lumpur dan ditumbuhi lamun seagrass. Adapun musim benihnya berbeda pada
setiap tempat. Ukuran benih yang tertangkap bervariasi, mulai 2-10 cm dengan bobot 5 -25gr. Penangkapannya dengan pukat pantai, sudu, pancing, dan
bubu. Benih kerapu bisa juga diperoleh di hutchery. 3. Penebaran benih
Waktu penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Keseragaman ukuran benih juga perlu diperhatikan ketika penebaran. Tujuannya
untuk mengurangi pemangsaan akibat sifat kanibal. Selain keragaman, kepadatan penebaran benih juga harus diperhatikan.
4. Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran
1,5x3x3 m dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading pemilahan ukuran dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya
kepadatannya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan 20 – 25 cm atau 100 gram. Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3x3x3m
dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam tambak pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi 500 gram.
5. Pakan dan Pemberiannya Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan
kerapu. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan
diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan
diberikan secara ad libitum sampai kenyang. Kerapu lumpur termasuk karnivora yang memangsa ikan –ikan kecil, udang, cumi-cumi, rajungan dan kepiting. Ikan
ini dapat dilatih makan pellet berkadar protein tinggi. Namun pada stadia larva, ikan ini merupakan pemakan plankton. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan
berupa ikan rucah dengan dosis 8 bobot badanhari. Selanjutnya dosis dirutinkan menjadi 5 setelah bobotnya mencapai 300grekor. Perubahan dosis pakan
dilakukan setiap bulan setelah dilakukan penimbangan berat. Semakin besar ikan semakin kecil dosis pakan yang diberikan.
Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10 dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu
adalah ikan rucah potongan ikan dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebardapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah
1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah.
6. Hama dan Penyakit Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam
budidaya ini adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah : a penyakit akibat serangan parasit,
seperti : parasit crustacea dan flatworm, b penyakit akibatprotozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis, c penyakit akibatjamur fungi, seperti :
saprolegniasis dan ichthyosporidosis, d penyakit akibat serangan bakteri, e penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN Viral Neorotic Nerveus.
7. Panen dan Penanganan Pasca Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ntuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik
panen, serta penanganan pasca panen. Waktu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan
merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen.
Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa : scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan aerasi.
Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan
terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara
keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual.
Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan
tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak
angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air
laut sebanyak ½ sampai 23 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalananyaitu 19-210C. Selama pengangkutan
air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan sekitar 50kgwadah.
Aspek Produksi dan Pemasaran
Perkembangan ekspor Ikan, khususnya produksi perikanan laut termasuk ikan kerapu budidaya Kajapung dan hasil penangkapan para nelayan, dari
Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1995 Indonesia mengekspor hasil produksi perikanan belum termasuk komoditas
udang sebesar 25.000 ton dengan nilai US 65.326.000, kemudian meningkat menjadi 27.000 ton dengan nilai US 64.058.000 pada tahun 1996, dan
meningkat pesat pada tahun 1998 menjadi 708.000 ton dengan nilai US 680.639.000 Anonimous, 2009
Yang paling penting dengan pengembangan usaha ini adalah, bahwa harga jual produksi dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Selain itu
dengan teknologi budidaya karamba ini, produksi ikan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup, dimana untuk pasaran ekspor ikan hidup nilainya lebih mahal
hingga mencapai 10 kali lipat dari pada ekspor ikan fresh. Ditinjau dari sisi pemasaran, peluang pengembangan usaha agribisnis perikanan masih sangat
terbuka, oleh karena laju pertumbuhan produksi perikanan dunia yang masih didominasi oleh perikanan laut dan telah menunjukkan trend yang baik, terutama
dengan semakin meningkatnya konsumsi dunia sejalan dengan bertambahnya penduduk dunia serta peningkatan pendapatan. Sementara itu produksi perikanan
dari negara-negara maju mengalami penurunan, sehingga kian membuka peluang bagi kelompok negara-negara berkembang terutama Indonesia untuk
meningkatkan produksi Anonimous, 2010
Pertimbangan lain adalah, bahwa usaha budidaya ikan kerapu ini dapat dikembangkan hampir di sebagian besar wilayah pantai di tanah air, asalkan
memenuhi persyaratan teknis seperti keadaan gelombang dan angin yang tidak terlalu keras, bebas polusi, serta aspek teknis lainnya. Dan yang terakhir, usaha
budidaya ikan kerapu relatif lebih mudah dari pada budidaya udang tambak, sehingga dari segi kemampuan dan keterampilan SDM pada umumnya tidak
menjadi masalah, apalagi di beberapa daerah para nelayan telah berinisiatif merintis usaha semacam ini secara tradisional, yaitu pembesaran ikan kerapu
dengan karamba jaring apung dan tambak yang bibitnya berupa ikan tangkapan.Anonimous, 2010
Permintaan ikan kerapu alias grouper, di dalam negeri maupun diluar negeri terus meningkat karena rasa, keindahan sebagai ikan hias, dan aroma
yang khas. Harga ikan karang ini boleh dikatakan tinggi, apalagi dalam keadaan hidup dan ditangkap dilaut. Sayangnya, kerapu tangkapan sudah mulai berkurang
sehingga diperlukan budidaya agar potensi mendatangkan rupiah juga besar. Di beberapa sentra produksi, justru kerap mengalami kekerangan pasokan untuk
memenuhi permintaan pasar yang meningkat Khoironi, 2009.
Harga ikan kerapu sekalipun fluktuatif, rata-rata masih cukup tinggi. Harga berabagai jenis ikan kerapu di pasaran internasional meningkat sekitar US
12 per kilogram kg hingga US 50 per kg dibandingkan dengan harga di tingkat pembudidaya di indonesia Anonimous, 2009.
Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan pengekspor ikan kerapu terbesar pada awal 1990-an, melampaui Filipina. Namun posisi itu hanya bertahan
sekitar lima tahun, dan belakangan posisi Indonesia merosot Anonimous, 2009.
Data Departemen Kelautan dan Perikanan DKP pada 2001 menunjukkan bahwa budi daya ikan kerapu pada tahun itu mencapai 7.500 ton dari total
produksi budi daya dan tangkap secara nasional sekitar 58.905 ton. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 1999, yang mencatat jumlah 1.759 ton
untuk budi daya dari total produksi sekitar 45.231 ton. Sementara untuk ekspor kerapu tercatat 1.098 ton 1999, 1.167 ton 2000, dan 1.284 ton 2001.
Berdasarkan data DKP, produksi ikan kerapu Indonesia pada 2004 sebanyak 6.552 ton sedangkan pada 2006 diperkirakan mencapai 12 ribu ton dan pada 2009
diproyeksikan naik menjadi 30 ribu ton. Sedangkan untuk ekspornya, pada 2006 mencapai 4.800 ton senilai 24 juta dolar AS sementara pada tahun ini diperkirakan
sebanyak 6.340 ton atau 31,7 juta dolar AS.
Masyarakat Nelayan Wilayah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah ±12.586 jiwa dengan hasil penangkapan 21.821 ton per tahun data
produksi tahun 2007. Dengan hasil produksi tersebut dapat dikembangkan beberapa usaha pengelolahan hasil perikanan selain yang dipasarkan di pasar
lokal maupun di pasar ekspor seperti pengelolaan lanjutan dari surimi bakso dan kerupuk ikan .Dinas Perikanan Serdang bedagai, 2009.
Pemasaran ikan sampai saat ini belum ada kendala, hanya saja membutuhkan banyak biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan karena
Kabuapten Serdang Bedagai berjarak ± 60 km atau 1 satu jam perjalanan dari Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara yang menjadi pusat pemasaran ikan di
Propinsi Sumatera Utara dan juga pintu eksport ke luar negeri Dinas Perikanan Serdang bedagai, 2009.
Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap banyak untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai.
Apalagi jika keuntungan itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Pengetahuan tentang ikan yang akan dibudidayakan dan keberanian untuk
memulai usaha saja tidak mendukung kegiatan usaha ini. Untuk itu, diperlukan modal untuk mengelolanya agar usaha dapat berkembang seperti yang diharapkan.
Di pasaran terlihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacam-macam. Oleh karenanya, pemilihan produk
dapat dilakukan pada satu atau jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis yang dipilih tersebut Pusat Riset, 2009.
Sistem dan usaha agribisnis yang sedang dipromosikan adalah sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi. Hal ini dapat dicirikan dengan
efisiensi yang tinggi mampu merespons perubahan pasar secara cepat dan efisien, menhasilkan produk bernilai tambah tinggi, menggunakan inovasi teknologi
sebagai sumber pertumbuhan dan produktivitas dan nilai tambah. Hal ini dapat disikapi dengan pembangunan industri hulu da industri hilir pertanian yang dapat
memperbaiki sistem dan prospek pertanian ke arah yang berpotensi positif David, 2002.
Jenis ikan yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar
dengan baik dan disesuaikandengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi selera pasar akan lebih memudahkan pemasaran sehingga tidak ada
kekhawatiran ikan tidak terjual Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008. Perusahaan dikatakan break even apabila setelah dibuat perhitungan laba
rugi dari satu periode kerja atau dari satu kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidak mengalami laba dan tidak juga mengalami kerugian Sigit, 1990.
Usaha budidaya ikan kerapu ini menjadi menarik karena produknya memiliki nilai jual tinggi, meski durasi masa panen mencapai 6-7 bulan, namun
dengan harga untuk pasar lokal mencapai kisaran Rp.60.000-Rp.70.000 per kilogram menjadi sektor usaha yang prospektif . apalagi bila produksi ikan kerapu
itu dikelola dengan pengawasan kualitas yang ketat, sehingga bisa menembus pangsa mancanegara maka harganya pun semakin tinggi. Di pasar ekspor,
dihargai tidak kurang dari Rp.100.000 per kilogram.Hendra, 1987 Pada tahun 2006, Indonesia menargetkan produksi kerapu sebanyak
100.000 ton. Itu hanya untuk memenuhi permintaan pasar Asia. Untuk itulah, sebagai salah satu komoditas unggulan, produksinya perlu terus digenjot melalui
budi daya untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia dan memacu perolehan devisa Anonimous, 2009.
2.2. Landasan Teori
Perikanan merupakan salah satu ekspor pembangunan yang memberikan pendapatan devisa yang tidak kecil. Walaupun beberapa komoditas perikanan
seperti rumput laut, kerapu, udang memberikan prospek bisnis yang menguntungkan, industri pengolahan belum memberikan kontribusi nilai tambah
yang semestinya dalam pembangunan nasional. Ternyata pengusahaan sumber daya perikanan di Indonesia yang telah mencapai 62 ternyata tidak di imbangi
melalui industri pengolahan hasil perikanan. Ekspor perikanan masih berkisar pada produk segar, beku, kaleng. Akibatnya daya saing produk perikanan
Indonesia baik dipasaran domestik maupun global rendah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kinerja sistem industri pengolahan ikan di Indonesia masih
rendah dan lemah.Sudrajat A, 2008. Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai
keuntungan. Jika produksi besar, tetapi tidak memiliki sasaran pasar maka hasil produksi tidak akan bisa terjual. Oleh karena itu, sebelum melangkah ke usaha
produksi, sebaiknya pengusaha perikanan berpikir dan berorientasi ke aspek pemasaran terlebih dahulu. Perubahan dan perkembangan yang terjadi dipasar
sebaiknya dapat dianalisa secara akurat. Pengusaha yang ingin maju harus selalu tanggap akan hal ini Sofyan, 2004
Menurut Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2000 Srategi pengembangan agribisnis, merupakan suatu upaya sangat penting untuk mencapai tujuan, yaitu:
menarik dan mendorong munculnya industi baru disekitar perikanan; menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel; menciptakan nilai
tambah; menciptakan penerimaan devisa; menciptakan lapangan kerja. Aspek finansial mencakup pembiayaan proyek pembangunan yang akan
maupun yang sedang dikerjakan dan relevansinya dengan manfaat yang akan diperoleh. Aspek ini akan diawali dengan memperhitungkan aspek pembiayaan
dari kegiatan yang paling kecil sampai yang paling besar. Soekartawi, 1995 Menurut Achmad Sudrajat 2008 Untuk analisis kelayakan usaha,
perhitungan biaya yang sering dilakukan yaitu, break even point BEP, return of investment ROI serta benefit cost ratio BC.
Reveniuw cost ratio lebih besar dari 1 satu berarti manfaat benefit lebih besar dari biaya cost yang digunakan untuk memeperoleh benefit itu. Bukan
hanya sekedar benefit lebih besar dari biaya, tetapi BC ratio lebih besar dari satu sedemikian rupa sehingga benefit dapat menutupi selain dari biaya, juga dapat
mengembalikan repayment investasi. Bukan hanya sekedar dapat munnutupi biaya dan pengembalian investasi , tetapi benefit juga harus dapat memberikan
keuntungan profit bagi perusahaan Radiks, 1997. Benefit merupakan manfaat atau faedah yang diperoleh atau dihasilkan
dari suatu kegiatan yang produktif. Misalnya pembangunan atau rehabilitasi atau perluasan sehingga diperoleh hasil yang lebih besar. Benefit yang diperoleh
mungkin sama tiap-tiap periode dan mungkin berbeda. Maka dalam disiplin penelitian dan penilaian proyek. Benefit diberlakukan sebagai benefit tetap fixed
benefit maupun benefit variabel variabel benefit Radiks, 1997.
Penggunaan ROI bertujuan untuk : 1.
Mengetahui tingkat kembalinya modal yang digunakan. 2.
Merumuskan apakah untuk membiayai aktivitas bisnis digunakan modal sendiri atau modal dari luar pinjaman. Hal ini ditinjau dari ROI
dengan tingkat pinjamandari luar Radiks, 1997. Biaya merupakan pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang
diharapkan dimasa yang akan datang. Biaya dapat digolongkan kedalam 2 jenis yaitu biaya eksplisit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi. Kedua biaya implisit yaitu biaya yang dimiliki faktor produksi apabilah digunakan Soekartawi, 2002.
Biaya biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Biaya tetap fixed cost dan biaya variabel variabel cost. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang
relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contohnya pajak, sewa lahan, sewa gedung, dan penyusustan
peralatan. Biaya variabel dapat didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya tenaga kerja, pupuk,
bibit, peralatan dan lain-lain Soekartawi, 1995
2.4. Kerangka Pemikiran