Faktor kondisi Aspek Pertumbuhan dan Reproduksi 1. Hubungan panjang-berat

28 Persamaan pola pertumbuhan ikan kuniran jantan adalah W = 0,0001L 2,5708 sedangkan persamaan pola pertumbuhan ikan betina adalah W = 0,00008L 2,6480 Gambar 7. Melalui uji-t, dapat diketahui bahwa ikan kuniran, baik yang berjenis kelamin jantan maupun betina memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa perairan Teluk Jakarta kurang cukup menyediakan makanan untuk pertumbuhan dari ikan kuniran, baik jantan maupun betina dikarenakan kondisi perairan Teluk Jakarta telah mengalami pencemaran sedang sampai dengan berat yang merupakan kondisi yang tidak baik bagi pertumbuhan organisme akuatik Fachrul et al. 2004.

4.3.2. Faktor kondisi

Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan secara fisik untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Faktor kondisi juga digunakan untuk mengetahui kemontokan ikan dalam bentuk angka dan faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang dan berat ikan Effendie 2002. Gambar 8. Faktor kondisi ikan kuniran Upeneus moluccensis jantan dan betina berdasarkan selang kelas panjang Pada Gambar 8 terlihat nilai rata-rata faktor kondisi ikan kuniran jantan berdasarkan selang kelas panjang adalah 1,0480-1,1053 sedangkan ikan betina berkisar antara 0,8527-0,9989. Faktor kondisi terbesar pada ikan jantan terletak pada selang kelas panjang 144-151 mm sedangkan ikan betina faktor kondisi 29 terbesar terletak ada 136-143 mm. Hal ini menunjukkan bahwa pada selang kelas tersebut ikan-ikan mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam mempertahankan hidupnya dan memanfaatkan makanan di sekitarnya. Ketersediaan makanan akan mempengaruhi faktor kondisi. Pada saat makanan berkurang jumlahnya, ikan akan menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber energi selama proses pematangan gonad dan pemijahan sehingga faktor kondisi ikan menurun Rininta 1998 in Saadah 2000. Selain itu pada selang kelas 136-143 mm, merupakan ukuran yang paling dominan mengalami TKG IV sehingga tubuh dari ikan betina pada selang kelas tersebut lebih besar dibandingkan pada ukuran selang kelas panjang yang lain. Sedangkan faktor kondisi yang terkecil pada ikan betina terdapat pada selang kelas 168-175 mm. Hal ini adalah ukuran ikan saat ikan-ikan tersebut telah selesai melakukan proses pemijahan sehingga faktor kondisi semakin kecil. Namun kemudian akan terjadi peningkatan nilai faktor kondisi karena ikan yang telah mengalami pemijahan akan menggunakan energi yang diperoleh untuk pertumbuhan Harahap and Djamali 2005. Pada ikan jantan, selang kelas 144-151 mm merupakan selang kelas yang paling dominan terdapat TKG IV, sehingga faktor kondisi pada selang kelas tersebut lebih besar. Faktor kondisi terkecil pada ikan jantan terdapat pada selang kelas 96- 103 mm. Hal ini disebabkan karena ikan-ikan yang masih muda belum mempunyai kemampuan hidup yang baik di tempat hidupnya dan dapat diduga pula karena kalah bersaing mendapatkan makanan dengan ikan yang lebih tua. Gambar 9. Faktor kondisi ikan kuniran Upeneus moluccensis jantan dan betina berdasarkan waktu pengambilan data 30 Nilai faktor kondisi ikan kuniran bervariasi untuk setiap pengambilan data. Baik ikan kuniran jantan maupun betina memiliki faktor kondisi terbesar pada waktu pengambilan data 03 September 2010 Gambar 9. Hal ini dikarenakan TKG IV paling dominan terdapat pada waktu pengambilan data tersebut. Nilai faktor kondisi baik ikan jantan maupun betina mengalami fluktuasi. Peningkatan faktor kondisi disebabkan oleh perkembangan gonad yang akan mencapai puncaknya sebelum pemijahan Effendie 2002. Pada saat makanan berkurang jumlahnya, ikan akan menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber energi selama proses pematangan gonad dan pemijahan sehingga faktor kondisi ikan menurun Rininta 1998 in Saadah 2000. Fluktuasi nilai faktor kondisi ini juga dipengaruhi oleh aktivitas ikan dalam melakukan adaptasi terhadap kondisi lingkungan selama proses pematangan gonad hingga proses pemijahan selesai.

4.3.3. Nisbah kelamin