Diameter telur Hubungan panjang - berat Faktor kondisi Nisbah kelamin

18 untuk dihitung fekunditasnya. Kemudian telur dihitung dengan metode gabungan antara metode volumetrik dengan metode grafimetrik. Metode volumetrik dilakukan dengan cara telur dari ikan diencerkan, sedangkan metode grafimetrik memiliki prinsip yang sama dengan volumetrik, bedanya hanya pada ukuran volume diganti dengan ukuran berat. Langkah-langkah dari metode gabungan adalah :  Pengukuran berat total gonad TKG III dan IV yang akan dihitung.  5 bagian telur contoh diambil secara acak dari satu gonad yang akan diamati, kemudian ditimbang seluruh gonad contoh tersebut.  Volume gonad contoh tersebut dihitung.  Pengenceran gonad contoh 10 mL.  Dari 10 mL tersebut diambil 1 mL dengan menggunakan pipet tetes.  Hitung jumlah telur yang ada pada 1 mL tersebut.  Hitung fekunditasnya.

d. Diameter telur

Diameter telur ditentukan dari ikan betina yang memiliki TKG IV. Diameter telur yang diamati adalah telur yang diamati fekunditasnya. Diameter telur diukur sebanyak 50 butir dengan 3 kali ulangan yaitu pada bagian anterior, median, dan posterior di bawah mikroskop dengan mikrometer okuler dengan perbesaran 100 kali. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Sebaran frekuensi panjang Di dalam membuat sebaran frekuensi panjang dilakukan langkah-langkah sebagai berikut Walpole 1992: 1. Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan 2. Menentukan lebar kelas 19 3. Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan masing – masing kelas dengan memasukkan panjang dan masing – masing ikan contoh pada selang kelas yang telah ditentukan

3.4.2. Aspek pertumbuhan dan reproduksi

a. Hubungan panjang - berat

Analisis pertumbuhan panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Untuk mencari hubungan antara panjang total dan berat total digunakan persamaan sebagai berikut Effendie 2002 : W = aL b Keterangan : W = berat total ikan g L = panjang total ikan mm a dan b = konstanta hasil regresi Dengan pendekatan regresi linier maka hubungan kedua parameter tersebut dapat dilihat. Nilai b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang dianalisis. Hipotesis yang digunakan adalah :  jika b=3 maka disebut isometrik pola pertumbuhan panjang sama dengan pola pertumbuhan berat.  Jika nilai b ≠ 3 maka disebut allometrik, yaitu : a. Jika b 3 disebut allometrik positif pertumbuhan berat lebih dominan b. Sedangkan nilai b 3 disebut allometrik negatif pertumbuhan panjang lebih dominan.

b. Faktor kondisi

Dalam menganalisis faktor kondisi ikan terlebih dahulu ikan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Ikan yang mempunyai jenis kelamin yang sama dilihat koefisien pertumbuhan model gabungan panjang dan berat b. Setelah pola pertumbuhan panjang tesebut diketahui, maka baru dapat ditentukan kondisi dari ikan tersebut menurut Effendie 2002. 20 Model pertumbuhan allometrik b ≠ 3 Menggunakan persamaan : b aL W K 

c. Nisbah kelamin

Nisbah kelamin penting untuk melihat perbandingan ikan jantan dan ikan betina yang ada pada suatu perairan. Persamaan untuk mencari rasio kelamin adalah p = 100  N n Keterangan : p = Proporsi ikan jantanbetina n = Jumlah jantan atau betina N = Jumlah total ikan jantan+betina Standar Deviasi dari proporsi kelamin tersebut yaitu Sd = n pq  q = 1 - p Selang kepercayaan 95 p – 1,64 Sd  p p + 1,64 Sd  Nilai 1,64 merupakan nilai dari tabel z Walpole 1992 pada selang kepercayaan 95.

d. Indeks kematangan gonad