pemukiman, semak, kebun campuran, kebun karet, kebun teh, tegakan pinus, hutan daun lebar, awan dan bayangan awan.
Hasil penelitian Laksono 2008 di Kabupaten Rembang menggunakan citra LANDSAT TM resolusi 30 m tahun 1996 mampu mengidentifikasi sebanyak
7 kelas tutupan lahan, yaitu : hutan rapat, hutan kerapatan sedang, hutan jarang, lahan pertanian, pemukiman, pemukiman + kebun campuran, dan tambak.
Dalam penelitian Wasit 2010 mengenai interpretasi citra, citra LANDSAT dapat mengidentifikasi sebanyak 10 sepuluh kelas tutupan lahan,
yaitu : hutan rakyat, hutan sekunder, kebun campuran, lahan terbuka galian c, permukiman penduduk, semak belukar, lahan sawah, tegalan, tubuh air sungai
dan jalan.
2.5 Penggunaan Citra ALOS PALSAR untuk Identifikasi Tutupan Lahan
Penelitian mengenai identifikasi tutupan lahan menggunakan citra ALOS PALSAR juga telah dilakukan sebelumnya. Hendrayanti 2008 dalam
penelitiannya menggunakan citra komposit HH-HV-HH resolusi 200 m di Pulau Jawa mampu mengidentifikasi obyek ke dalam 4 kelas penutupan lahan yaitu :
tubuh air, lahan pertanian, hutan atau vegetasi biomassa rendah, dan hutan atau vegetasi biomassa tinggi.
Riswanto 2009 menggunakan citra komposit yang sama, HH-HV-HH resolusi 200 m di Pulau Kalimantan mampu mengidentifikasi obyek ke dalam 4
kelas tutupan lahan, yaitu : badan air, vegetasi jarang, vegetasi sedang, dan vegetasi rapat.
Hasil penelitian Radityo 2010 menggunakan citra komposit HH-HV- HHHV resolusi 50 m di Pulau Kalimantan terdapat 8 obyek penutupan lahan
yang mampu dibedakan, yaitu : badan air, lahan terbuka, lahan terbangun, belukar rawa, hutan mangrove, pertaniankebun campuransemak, perkebunan sawit, dan
hutan. Pada penelitian Bainnaura 2010 dengan menggunakan citra komposit
HH-HV-HHHV resolusi 50 m di Kabupaten Bogor dan Sukabumi mampu mengidentifikasi adanya 12 kelas tutupan lahan, yaitu : badan air, landasan udara,
hutan lahan kering, kebun campuran, perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit,
perkebunan teh, pertanian lahan kering, perumahan, sawah, semak belukar, dan tanah terbuka.
Penelitian Puminda 2010 di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan menggunakan citra komposit yang sama HH-HV-HHHV mampu
mengklasifikasikan obyek dalam 8 delapan kelas, yaitu : badan air, hutan tanaman pinus, kebun campuran, pertanian lahan kering, hutan tanaman jati, lahan
terbangun, sawah, dan kebun kelapa. Salman 2011 dalam penelitiannya menggunakan citra ALOS PALSAR
resolusi 50 m dengan komposit HH-HV-HHHV di Provinsi Bali mampu mengidentifikasi citra sebanyak 11 kelas tutupan lahan, yaitu : badan air, landasan
udara, hutan lahan kering, hutan mangrove, kebun campuran, lahan terbuka, padang rumput, pemukiman, pertanian lahan kering, sawah, dan tambak.
Hasil penelitian Nurhadiyatin 2011 di Kabupaten Brebes, Cilacap, Banyumas, dan Ciamis menggunakan citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan
12,5 m dengan komposit HH-HV-HHHV mampu mengidentifikasi 9 Sembilan kelas penutupan lahan, yaitu : badan air, hutan tanaman sedang-tua, hutan
tanaman muda, kebun campuran, perkebunan karet sedang-tua, perkebunan karet muda, pemukiman, sawah diolahdigenangi air, dan sawah bervegetasi.
BAB III METODOLOGI