47 Permintaan akan barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dan
pemerintah merupakan komoditas komposit
s a
QQ
yang terdiri dari komoditas yang berasal dari komoditas domestik
d a
QD
dan impor
d a
QM
dan hubungan komoditas dari output domestik dan komoditas impor diasumsikan mengikuti
fungsi CES antara permintaan barang domestik dan permintaan impor sbb:
[ ]
a a
a
d a
a d
a a
a s
a
QD QM
ac QQ
µ µ
µ
λ λ
1
1
− −
− +
=
............................4.37 Ekspor dan impor Indonesia yang relatif kecil dibandingkan dengan total
perdagangan ekspor dan impor dunia, maka dengan asumsi eksporimpor Indonesia tidak dapat mempengaruhi harga internasional small country
assumption maka harga domestik untuk setiap komoditas impor oleh masing-
masing sektor ditentukan oleh harga internasional, nilai tukar dan rate tarif masing-masing komoditas impor. Demikian pula untuk setiap komoditas yang
diekspor ditentukan oleh harga internasional, nilai tukar dan pajak ekspor yang diterapkan oleh pemerintah.
4.4.3 Closure Faktor Produksi, Pemerintah, Luar Negeri Serta S-I
Dalam model CGE ini juga dipertimbangkan beberapa closure berkaitan dengan pasar faktor produksi, pemerintah, Luar negeri serta Tabungan-Investasi.
1 Faktor produksi.
- Pertama, asumsi yang digunakan dalam pasar faktor produksi, pertama,
asumsi full-employment dimana permintaan faktor produksi tenaga kerja adalah tetap atau jumlah tenaga kerja dan upah adalah tetap sementara
upah aktivitassektor tertentu dan penawaran adalah fleksibel. -
Kedua, asumsi permintaan faktor produksi yang fleksibel . 2
Pemerintah. -
Pertama, asumsi tabungan pemerintah fleksibel dengan rate pajak yang tetap. Tabungan pemerintah diperlakukan sebagai residual
- Kedua, asumsi tabungan pemerintah tetap. Rate pajak langsung untuk
institusi domestik diperlakukan sebagai variabel endogen untuk menjamin tabungan pemerintah adalah tetap.
3 Sektor Luar negeri.
- Nilai tukar diasumsikan fleksibel dan tabungan luar negri tetap
48 4
Tabungan-Investasi. -
Asumsi saving-driven investment Asumsi ini mengakibatkan tabungan institusi selain pemerintah bersifat tetap yaitu dengan menentukan MPS
institusi selain pemerintah pada tingkat tertentu fixed. Kapital adalah fleksibel dengan kuantitas setiap komoditas yang menjadi investasi
dikalikan dengan skalar yang fleksibel. Hal ini menjadikan biaya investasi sama dengan nilai tabungan.
- Saving adalah investment driven dan MPS untuk tabungan rumah tangga, swasta dan pemerintah menyesuaikan keseimbangan antara I dan S.
Kasus 2 investasi adalah saving driven dan MPS adalah tetap. Untuk neraca luar eksternal RoW, nilai tukar riil adalah tetap dan tabungan LN
menyesuaikan untuk tetap seimbang. Permintaan investasi PMTB ditambah perubahan inventori didifinisikan
sebagai kuantitass awal base year dikalikan dengan faktor adjustment. Faktor adjustment
bersifat eksogen dan tetap, demikian pula kuantitas investasi juga bersifat eksogen.
Investasi
Leontief
Barang Modal 1
CES
Barang domestik 1
Barang Modal c
Barang impor 1
Barang domestik c
Barang impor c
CES
Gambar 4.4 Proses Investasi. …..
49
4.5 Spesifikasi Model Empiris
Penelitian ini menggunakan pemodelan CGE sebagai alat analisis. Perangkat lunak yang digunakan adalah perangkat lunak GAMS versi 3.2.
Pemodelan CGE dengan kerangka data SNSE Indonesia tahun 2005 yang digunakan dalam penelitian ini mengelompokkan berbagai persamaan yang
digunakan ke dalam persamaan persamaan blok antara lain persamaan harga, persamaan produksikomoditas, persamaan permintaan konsumen, persamaan
RoW , persamaan, persamaan tabungan-investasi, persamaan penerimaan
pemerintah serta market clearing dan macroeconomic closure. Berikut adalah persamaan blok yang digunakan dalam pemrograman dengan menggunakan
perangkat lunak GAMS ver 3.2.
4.5.1 Persamaan Blok Harga
1 Harga impor komoditas c PMC =E= 1 + tmCEXRpwmC;
2 Harga ekspor komoditas c PEC =E= 1-teCEXRpweC;
3 Nilai penyediaan absorption komoditas c PQCQQC =E= PDCQDC + PMCQMCCMC
1 + tqC 4 Nilai output komoditas c
PXCQXC =E= PDCQDC + PECQECCEC 5 Harga aktivitassektor a
PAA =E= SUMC, PXCthetaA,C 6. Harga nilai tambah VA untuk aktivitassektor a
PVAA =E= PAA-SUMC, PQCicaC,A
4.5.2 Persamaan Blok Produksi dan Komoditas
7 Fungsi produksi Cobb-Douglas untuk input aktivitassektor a QAA =E= adAPRODF, QFF,AalphaF,A
8 Permintaan faktor produksi f oleh ektivitassektor a WFFWFDISTF,A =E= alphaF,APVAAQAAQFF,A;
9 Permintaan antara komoditas c oleh aktivitassektor a QINTC,A =E= icaC,AQAA;
10 Output komoditas c
50 QXC =E= SUMA, thetaA,CQAA
11 Penyediaan kuantitas komposit fungsi Armington untuk komoditas c QQC =E= aqCdeltaqCQMC-rhoqC + 1-deltaqC
QDC -rhoqC-1rhoqC
12 Rasio permintaan komoditas impor-domestik untuk komoditas c QMCQDC =E= PDCPMCdeltaqC1-deltaqC
11 + rhoqC; 13 Fungsi transformasi output CET untuk komoditas c
QXC =E= atCdeltatCQECrhotC+ 1- deltat
CQDCrhotC 1rhotC; 14 Rasio penawaran expor-domestik untuk komoditas c
QECQDC =E= PECPDC1-deltatCdeltatC 1rhotC-1 ;
4.5.3 Persamaan Blok Institusi
15 Penerimaan pendapatan dari faktor produksi f untuk rumahtangga h YFHH,F =E= shryH,FSUMA, WFFWFDISTF,A QFF,A;
16 Pendapatan rumah tangga h YHH =E= SUMF, YFHH,F + trH,PEM + trH,PER EXR
tr H,ROW + trH,RT01 + trH,RT02 + trH,RT03 + trH,RT04 +
tr H,RT05
17 Permintaan kuantitas konsumsi komoditas c oleh rumah tangga h QHC,H =E= betaC,H1-MPSH1-tyHYHHPQC;
18 Permintaan investasi komoditas c QINVC =E= qinvbarCIADJ
19 Penerimaan pemerintah YPEM =E= SUMH, tyHYHH + EXRtrPEM,ROW
+ SUMC, tqCPDCQDC + PMCQMCCMC + SUMCCMC, tmCEXRpwmCQMC + SUMCCEC,
te CEXRpweCQEC
20 Pengeluran pemerintah EPEM =E= SUMC, PQCqgC + SUMI, trI,PEM;
4.5.4 Persamaan Blok System Constraint
21 Kondisi keseimbangan pasar untuk faktor produksi f
51 SUMA, QFF,A =E= QFSF;
22 Kondisi keseimbangan pasar untuk komoditas c komposit QQC =E= SUMA, QINTC,A + SUMH, QHC,H + QGC +
QINVC; 23 Keseimbangan neraca berjalan untuk RoW
SUMCCEC, pweCQEC + SUMI, trI,ROW + FSAV =E= SUMCCMC, pwmCQMC;
24 Keseimbangan tabungan-investasi SUMH, MPSH1-tyHYHH + YPEM-EPEM + EXR FSAV =E=
SUMC, PQCQINVC + WALRAS; 25 Normalisasi harga
SUMC, PQCcwtsC =E= cpi Berikut adalah penjelasan beberapa singkatansimbol yang digunakan
dalam persamaan persamaan diatas dalam model CGE sebagai berikut: 1.
Parameter: ad
A parameter efisiensi dari fungsi produksi sektor a
alpha F,A
share pendapatan faktor produksi f terhadap total nilai tambah VA dari sektor a
aq C
parameter shift dari fungsi Armington untuk komoditas c at
C parameter shift dari fungsi CET untuk komoditas c
beta C,H
share konsumsi komoditas c thd. total konsumsi rumah tangga h
cpi indeks harga konsumen
cwts C
rasio weight komoditas c dalam CPI deltaq
C parameter share fungsi Armington untuk komoditas c
deltat C
parameter share fungsi CET untuk komoditas c ica
C,A kuantitas c sebagai input antara per unit sektor a
pwe C
harga ekspor untuk komoditas c dalam mata uang asingUS pwm
C harga impor untuk komoditas c dalam mata uang asingUS
qg C
permintaan pemerintah untuk komoditas c qinvbar
C permintaan kuantitas investasi base-year untuk komoditas
c
52 rhoq
C eksponen fungsi Armington untuk komoditas c diperoleh
dari rhoqC = 1sigmaqC - 1 rhot
C eksponen fungsi CET untuk komoditas c diperoleh dari
rhotC = 1sigmatC + 1 shry
H,F share pendapatan faktor produksif rumahtangga h
terhadap total pendapatan dari faktor produksi rumahtangga shryp
p,f share pendapatan faktor produksi perusahaan
te C
rate subsidi export untuk komoditas c theta
A,C yield dari output produk c per unit aktivitassektor a
tm C
rate tarif impor untuk komoditas c tq
C rate pajak penjualan pajak tak langsung minus subsidi untuk
komoditas c tr
I,IP transfer dari institusi ip kepada institusi i
ty H
rate pajak penghasilan termasuk transfer rumahtangga h 2.
Variabel EPEM
pengeluaran pemerintah total penerimaan dikurangi tabungan
EXR nilai tukar exchange rate yaitu rupiah per unit US
FSAV tabungan luar negeri yaitu net-lending atau borrowing
dlm.US IADJ
investment adjustment factor MPSH
MPS untuk rumah tangga h PAA
harga dari aktivitassektor a PDC
harga domestik untuk output domestik c PEC
harga ekspor untuk komoditas c dalam rupiah PMC
harga impor untuk komoditas c dalam rupiah PQC
harga komposit komoditas c PVAA
harga nilai tambah VA untuk aktivitassektor a PXC
harga produsen untuk komoditas c QAA
kuantitas level dari aktivitassektor a QDC
kuantitas terjual di pasar domestik dari output domestik c QEC
kuantitas komoditas c yang di ekspor QFF,A
permintaan kuantitas faktor produksi oleh aktivitassektor a
53 QFSF
penyediaan supply faktor produksi f QHC,H
konsumsi komoditas c kuantitas oleh rumahtangga h QINTC,A
kuantitas komoditas c sebagai input antara untuk sektor a QINVC
permintaan kuantitas komoditas c untuk investasi QMC
kuantitas impor untuk komoditas c QQC
penawaran barang jasa oleh domestik composite supply QXC
output kuantitas komoditas c WALRAS
variabel dummy WFF
harga rata-rata untuk faktor produksi f WFDISTF,A wage distortion factor for factor f in activity a
YFHH,F penerimaan rumahtangga h yang berasal dari faktor produksi
f YPEM
penerimaan pemerintah YHH
penerimaan rumahtangga h
4.6 Simulasi
Komoditas ekspor yang akan disimulasi ditentukan berdasarkan kontribusi ekspor suatu komoditas terhadap total ekspor berdasarkan yang didasarkan pada
klasifikasi tabel I-O ukuran 175x175. Selanjutnya dilakukan simulasi dengan melakukan shock terhadap harga internasional komoditas utama ekspor tersebut
dengan tahapan sebagai berikut. Simulasi I: melakukan shock terhadap harga internasional 10 sepuluh
komoditas ekspor utama berdasarkan harga dari triwulan I-2008 sd triwulan II-2009. Secara rata-rata dari triwulan I-2008 sd triwulan
II-2009, harga internasional 10 komoditas ekspor yang diteliti adalah sbb: 1 komoditas batu bara KOD6 turun sebesar 35 persen,
2 minyak bumi KOD7 40 persen, 3 biji tembaga KOD8 37 persen, 4 minyak hewani dan nabati KOD11 34 persen, 5,
pakaian jadi KOD13 25 persen, 6 barang elektronika KOD16 25 persen, 7 logam dasar bukan besi KOD17 27 persen, 8 kimia
dasar KOD19 27 persen, 9 gas alam cair KOD20 20 persen, dan 10 karet remah KOD21 turun sebesar 23 persen. Simulasi I
dilakukan untuk mengetahui dampak penurunan harga internasional
54 yang terjadi pada saat krisis tahun 2008 terhadap perekonomian
secara bersamaan simultan. Simulasi II: melakukan shock terhadap harga internasional secara parsial yaitu
menurunkan harga internasional setiap komoditas ekspor utama dengan persentase penurunan yang sama berdasarkan rata-rata
penurunan seluruh komoditas dunia dari triwulan I-2008 sd triwulan II-2009 yaitu sebesar 25 persen. Simulasi II digunakan
untuk melihat keterbandingan dampak antar komoditas dan sensitivitas perekonomian terhadap penurunan harga internasional
komoditas yang diteliti. Simulasi III: melakukan shock terhadap harga internasional secara parsial dengan
menaikkan harga internasional setiap komoditas ekspor utama dengan persentase kenaikan yang sama seperti dalam simulasi II
sebesar 25 persen. Simulasi III digunakan untuk melihat keterbandingan
dampak antar
komoditas dan
sensitivitas perekonomian akibat dari adanya kenaikan harga internasional.
. Asumsi yang digunakan berkaitan dengan perilaku makro ekonomi macro
closure yang biasa digunakan untuk negara berkembang antara lain a faktor
produksi tenaga kerja yang tetap dengan upah yang fleksibel; segmentasi pasar faktor produksi tidak dapat berpindah ke sektor lainnya, b dalam neraca kapital,
perilaku tabungan adalah investment-driven savings dimana MPS salah satu institusi RT bersifat fleksibel sehingga tabungan menyesuaikan, c keseimbangan
di neraca pemerintah berupa fleksibilitas dalam MPS pemerintah namun rate pajak dibuat tetap, dan d keseimbangan dalam neraca RoW diasumsikan nilai
tukar bersifat fleksibel dan tabungan RoW bersifat tetap Lofgren et al, 2005.
55
V GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA
5.1 Neraca Perdagangan Indonesia.
Keterbukaan ekonomi suatu sektornegara dapat dilihat dari neraca perdagangan balance of trade dengan negara lain yaitu berupa besaran ekspor
komoditas yang dihasilkan oleh pasar domestik maupun besaran komoditas impor yang diminta pasar domestik untuk memenuhi konsumsi domestik dari suatu
sektornegara. Semakin terbuka perekonomian suatu sektornegara maka semakin besar pula dampak fluktuatif perekonomian dunia akan mempengaruhi
sektornegara tersebut Nssah 2005;
Feridhanusetyawan dan Damuri 2004;
Al- Amin et al. 2005, serta Anderson 1977. .
Keterbukaan komoditas suatu sektor di Indonesia tahun 2005 dan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. menunjukkan peranan ekspor, impor
dan output masing-masing komoditas Indonesia tahun 2005 dan tahun 2008 berdasarkan klasifikasi SNSE Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini
dalam persentase. Peranan ekspor, impor dan output masing-masing komoditas pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2008 tidak menunjukkan perbedaan
yang berarti. Peranan output sepuluh sektor yang memiliki urutan peranan ekspor
terbesar, berdasarkan klasifikasi tabel I-O tahun 2005 ukuran 175 x 175, hanya sebesar 12,7 persen dari total perekonomian total output pada tahun 2005 atau
mempunyai peranan sebesar 12,9 persen pada tahun 2008. Sedangkan peranan ekspor 10 sepuluh komoditas ekspor utama tersebut sebesar 46,6 persen dari
total ekspor Indonesia pada tahun 2005 dan pada tahun 2008 sebesar 47,7 persen. Sementara, peranan impor sebesar 19,2 persen pada tahun 2005 dan pada tahun
2008 sebesar 22,1 persen. Ekspor utama Indonesia masih mengandalkan hasil komoditas yang
berasal dari sumber daya alam natural resources sebagai komoditas unggulan Indonesia dalam melakukan perdagangan dengan luar negeri, terutama
pertambangan. Berdasarkan klasifikasi terhadap 10 sepuluh komoditas ekspor utama yang diteliti, 3 tiga komoditas ekspor utama adalah komoditas yang
berasal dari pertambangan yaitu minyak bumi, batu bara dan biji tembaga lihat