Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Ekspor Utama

69 . Dengan nilai sigmaq C dan sigmat C tertentu dan diketahui bahwa eksponen dari fungsi CET, rhot C, adalah sama dengan 1 sigmat C + 1 dan eksponen dari fungsi Armington, rhoq C, adalah sama dengan 1sigmaq C – 1, maka hasil penghitungan menunjukkan semakin besar sigma σ maka rho ρ menjadi semakin kecil. Sehingga tingkat substitutabilitas dan transformabilitas sangat tergantung kepada σ sigma dan ρ rho, Sanchez C, M.V, 2004. Secara keseluruhan eksponen fungsi Armington CES, rhoq C dan eksponen fungsi CET rhot C dapat dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 6.2 Eksponen Fungsi Armington rhoq dan Eksponen Fungsi CET rhot No Sektor produksi rhoq C rhot C 1 2 3 4 1 Pertanian tanaman pangan 0,667 2,667 2 Pertanian tanaman lainnya 0,667 2,667 3 Peternakan dan hasil-hasilnya 0,667 2,667 4 Kehutanan dan perburuan 0,667 2,667 5 Perikanan 1,500 2,667 6 Batu bara 1,500 2,250 7 Minyak bumi 0,667 2,000 8 Biji tembaga 0,111 2,250 9 Pertambangan mineral dan logam lainnya 0,111 2,111 10 Pertambangan dan penggalian lainnya 0,111 2,667 11 Minyak hewani dan minyak nabati 0,515 2,667 12 Industri makanan, minuman tembakau 0,111 1,833 13 Pakaian jadi 0,111 3,500 14 Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit selain pakaian jadi 0,111 3,000 15 Industri kayu barang dari kayu 0,111 2,667 16 Barang elektronika 0,667 2,667 17 Logam dasar bukan besi 0,667 1,500 18 Industri lainnya 0,111 1,500 19 Kimia dasar 0,667 3,000 20 Gas alam cair 0,111 3,500 21 Karet remah 0,667 3,000 22 Industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, Semen 0,667 3,041 23 Jasa-jasa 1,500 3,500 Sumber: Diolah dari hasil penghitungan SAM-Based CGE 70 6.2 Dampak Perubahan Harga Internasional Sepuluh Komoditas Ekspor Utama secara Simultan pada Triwulan I2008 sd Triwulan II2009 terhadap Perekonomian Simulasi I Hasil simulasi I merupakan dampak perubahan harga internasional yang terjadi pada triwulan I2008 sampai dengan triwulan II2009 untuk 10 sepuluh komoditas ekspor utama yang dilakukan secara simultan. Laporan IMF mengenai komoditas yang diperdagangkan secara internasional menunjukkan bahwa harga 10 sepuluh komoditas ekspor utama dari triwulan I2008 sd triwulan II2009 semua mengalami penurunan lihat Lampiran 1. Secara rata-rata harga 10 sepuluh komoditas ekspor utama dari triwulan I2008 sd triwulan II2009 mengalami penurunan dengan persentase sebagai berikut: 1 komoditas batu bara KOD6 turun 35 persen, 2 minyak bumi KOD7 turun 40 persen, 3 biji tembaga KOD8 turun 37 persen, 4 minyak hewani dan nabati KOD11 turun 34 persen, 5, pakaian jadi KOD13 turun 25 persen, 6 barang elektronikaKOD16 turun 25 persen, 7 logam dasar bukan besi KOD17 turun 27 persen, 8 kimia dasar KOD19 turun 27 persen, 9 gas alam cair KOD20 turun 20 persen, dan 10 karet remah KOD21 turun 23 persen.. Dari hasil simulasi I menunjukkan bahwa penurunan harga internasional selama tahun 2008 sd triwulan II-2009 dari 10 sepuluh komoditas ekspor utama menyebabkan total perekonomian PDB, diukur dari perubahan nilai awal besaran PDB dan nilai PDB setelah simulasi I, mengalami kontraksi sebesar minus 1,59 persen. Kontraksi perekonomian disebabkan antara lain oleh penurunan ekspor dan kenaikan impor sehingga neraca perdagangan ekspor minus impor menjadi semakin kebawah mengurangi PDB. Neraca perdagangan yang negatif disebabkan oleh ekspor yang mengalami penurunan cukup besar ditambah nilai impor yang mengalami peningkatan meskipun dengan persentase kecil. Penurunan ekspor akibat penurunan harga komoditas internasional pada simulasi I adalah sebesar 2,11 persen dari nilai awal benchmark. Selanjutnya, penurunan harga internasional mendorong permintaan komoditas impor meningkat 0,61 persen. Peningkatan impor merupakan faktor pengurang PDB. Demikian pula konsumsi akhir rumah tangga sebagai komponen PDB mengalami penurunan sebesar 1,62 persen Meskipun komponen lain PDB yaitu 71 investasi dan konsumsi pemerintah mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar 1,17 persen dan 1,11 persen, namun karena share konsumsi rumah tangga yang relatif besar jika dibandingkan dengan nilai investasi dan konsumsi pemerintah ditambah dengan penurunan ekspor neto maka peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi tersebut tidak dapat menutupi penurunan konsumsi rumah tangga dan ekspor neto, sehingga secara keseluruhan, perekonomian PDB mengalami kontraksi lihat Tabel 6.3. Penurunan harga internasional komoditas ekspor utama menyebabkan ekspor neto suatu komoditas akan bergeser karena rasio harga ekspor dan harga impor term of trade menurun. Besaran penyesuaian ekspor atau suplai domestik tergantung kepada impor competing effect yang didefinisikan sebagai variasi dalam besaran elastisitas Armington CES. Jika suatu komoditas domestik dan impor adalah bersifat gross substitution σ c 1 atau import-competing effect-nya tinggi atau ekspor akan meningkat dan penawaran barang dan jasa domestik menurun. Jika komoditas domestik dan impor bersifat gross complement σ c 1 atau import-competing effect-nya rendah maka ekspor akan menurun dan penawaran barang dan jasa domestik meningkat Zhanna, 2009 Akibat penurunan harga pada simulasi I, suplai domestik QX beberapa komoditas terutama pertambangan batu bara, minyak bumi dan biji tembaga mengalami penurunan. Hasil simulasi I, seperti ditunjukkan oleh tabel Lampiran 4, terlihat bahwa suplai domestik QX komoditas pertambangan tersebut menurun batu bara turun 3,05 persen, minyak bumi 4,65 persen dan biji tembaga 0,87 persen. Penurunan harga internasional komoditas pertambangan pwe juga didorong oleh besaran penurunan harga internasional komoditas tersebut yang relatif besar dibandingkan penurunan harga komoditas ekspor utama lainnya seperti 1 harga internasional batu bara KOD6 turun sebesar 35 persen, 2 minyak bumi KOD7 40 persen, dan 3 biji tembaga KOD8 37 persen. 10 sepuluh komoditas ekspor utama yang disimulasi hanya menyerap sekitar 2,46 persen tenaga kerja, sehingga dampak penurunan harga internasional secara simultan, pada simulasi I, terhadap pendapatan rumah tangga masih menunjukkan pengaruh positif. Secara keseluruhan penerimaan rumah tangga