55
V GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA
5.1 Neraca Perdagangan Indonesia.
Keterbukaan ekonomi suatu sektornegara dapat dilihat dari neraca perdagangan balance of trade dengan negara lain yaitu berupa besaran ekspor
komoditas yang dihasilkan oleh pasar domestik maupun besaran komoditas impor yang diminta pasar domestik untuk memenuhi konsumsi domestik dari suatu
sektornegara. Semakin terbuka perekonomian suatu sektornegara maka semakin besar pula dampak fluktuatif perekonomian dunia akan mempengaruhi
sektornegara tersebut Nssah 2005;
Feridhanusetyawan dan Damuri 2004;
Al- Amin et al. 2005, serta Anderson 1977. .
Keterbukaan komoditas suatu sektor di Indonesia tahun 2005 dan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. menunjukkan peranan ekspor, impor
dan output masing-masing komoditas Indonesia tahun 2005 dan tahun 2008 berdasarkan klasifikasi SNSE Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini
dalam persentase. Peranan ekspor, impor dan output masing-masing komoditas pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2008 tidak menunjukkan perbedaan
yang berarti. Peranan output sepuluh sektor yang memiliki urutan peranan ekspor
terbesar, berdasarkan klasifikasi tabel I-O tahun 2005 ukuran 175 x 175, hanya sebesar 12,7 persen dari total perekonomian total output pada tahun 2005 atau
mempunyai peranan sebesar 12,9 persen pada tahun 2008. Sedangkan peranan ekspor 10 sepuluh komoditas ekspor utama tersebut sebesar 46,6 persen dari
total ekspor Indonesia pada tahun 2005 dan pada tahun 2008 sebesar 47,7 persen. Sementara, peranan impor sebesar 19,2 persen pada tahun 2005 dan pada tahun
2008 sebesar 22,1 persen. Ekspor utama Indonesia masih mengandalkan hasil komoditas yang
berasal dari sumber daya alam natural resources sebagai komoditas unggulan Indonesia dalam melakukan perdagangan dengan luar negeri, terutama
pertambangan. Berdasarkan klasifikasi terhadap 10 sepuluh komoditas ekspor utama yang diteliti, 3 tiga komoditas ekspor utama adalah komoditas yang
berasal dari pertambangan yaitu minyak bumi, batu bara dan biji tembaga lihat
56 Tabel 5.1. Ekspor minyak bumi adalah yang terbesar. Minyak bumi juga
mempunyai kontribusi paling besar dalam perekonomian. Dibandingkan dengan 10 komoditas ekspor utama lainnya, output minyak bumi adalah 2,79 persen dari
total output domestik. Sementara kontribusi ekspor batu bara dan biji tembaga masing-masing sebesar 3,7 persen dan 4,44 persen. Selain itu, peranan output
batu bara dan biji tembaga masing-masing hanya 0,91 persen dan 0,86 persen dari total perekonomian.
Tabel 5.1 Distribusi Ekspor, Impor dan Output Domestik menurut Komoditas, Tahun 2005 dan Tahun 2008, Persen
No Sektor produksi
1 2
3 4
5 6
7 8
1 Pertanian tanaman pangan 0,05
0,04 1,96
2,94 3,97
4,48 2 Pertanian tanaman lainnya
1,08 1,05
0,81 0,95
1,69 1,94
3 Peternakan dan hasil-hasilnya 0,03
0,03 0,17
0,35 1,20
2,54 4 Kehutanan dan perburuan
0,23 0,03
0,05 0,04
0,46 0,51
5 Perikanan 0,39
0,39 0,01
0,01 1,28
1,75 6 Batu bara
3,97 3,33
0,02 0,02
0,91 0,91
7 Minyak bumi 10,86
9,11 8,48
9,14 2,79
2,79 8 Biji tembaga
4,44 3,72
0,05 0,07
0,86 0,86
9 Pertambangan mineral dan logam lainnya
0,25 0,21
0,27 0,32
1,45 1,46
10 Pertambangan dan penggalian lainnya
0,09 0,06
0,35 0,50
0,62 0,80
11 Minyak hewani dan minyak nabati 4,26
6,62 0,77
0,67 1,55
1,54 12 Industri makanan, minuman
tembakau 2,96
4,61 4,33
4,11 7,57
8,01 13 Pakaian jadi
2,97 2,22
0,1 0,30
0,96 0,68
14 Industri pemintalan, tekstil, Pakaian kulit selain pakaian jadi
6,29 4,70
1,71 1,29
3,03 2,13
15 Industri kayu barang dari kayu 4,15
2,55 0,3
0,29 1,48
1,66 16 Barang elektronika
2,71 3,72
0,85 1,48
0,59 0,66
17 Logam dasar bukan besi 4,76
4,71 2,95
2,98 2,20
2,07 18 Industri lainnya
11,27 10,09
35,79 34,72
9,45 9,26
19 Kimia dasar 2,16
2,45 6,02
7,43 0,8
0,82 20 Gas alam cair
8,11 9,18
0,00 1,5
1,51 21 Karet remah
2,31 2,62
0,01 0,53
0,54 22 Industri kimia, pupuk, hasil dari
tanah liat, semen 6,09
6,88 20,56
19,06 8,08
7,61 23 Jasa-jasa
20,56 21,69
14,45 13,33
47,04 45,49
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Diolah dari SNSE Indonesia 2005 yang dimodifikasi
57 Ekspor unggulan lainnya dari hasil produk pertambangan yang termasuk
dalam klasifikasi industri manufakturolahan dan masuk dalam kelompok 10 besar komoditas ekspor utama adalah komoditas gas alam cair. Nilai ekspor gas
alam cair merupakan terbesar ke dua setelah minyak bumi yaitu sebesar Rp 79 277,60 milyar 8,11 persen dari total ekspor. Namun peranan gas alam cair
dalam penciptaan output nasional masih relatif kecil 1,5 persen dari total output.
Minyak nabati dan hewani merupakan produk olahan komoditas pertanian yang juga merupakan bagian dari komoditas utama ekspor Indonesia dengan nilai
Rp 41 608, 73 milyar atau 4,26 persen dari total ekspor Indonesia tahun 2005. Output minyak nabati dan hewani adalah 1,55 persen dari total output nasional.
Industri pengolahan lainnya, dengan bahan baku pertanian dan merupakan bagian dari ekspor utama, adalah karet remah dengan kontribusi 2,31 persen dari total
ekspor nasional. Sementara, peranan karet remah dalam penciptaan output adalah sebesar 0,53 persen.
Industri olahan lainnya seperti pakaian jadi, kimia dasar, barang elektronika dan logam dasar bukan besi mempunyai peranan ekspor cukup besar.
Komoditas logam dasar bukan besi merupakan ekspor utama ketiga setelah minyak bumi dan gas alam cair dengan kontribusi ekspor sebesar Rp 46 551,29
milyar 4,76 persen. Selanjutnya, kontribusi ekspor komoditas yang berasal dari industri kimia dasar hanya Rp 21 125,13 milyar 2,16 persen, namun mempunyai
kontribusi terbesar ketiga dalam penciptaan output domestik 0,82 persen setelah minyak bumi dan gas alam cair Tabel 5.1.
Dampak krisis global dalam suatu perekonomian tidak hanya dilihat dari peranan ekspor atau peranan suatu sektor dalam penciptaan output nasional,
namun besar kecilnya impor suatu sektor juga mempengaruhi besar kecilnya dampak perubahan penurunan atau kenaikan harga internasional terhadap
perekonomian domestik Al-Amin et al., 2005. Tabel 5.2 menjelaskan seberapa besar net ekspor ekspor minus impor suatu sektor terhadap outputnya.
Pada tahun 2005, neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan surplus nilai total ekspor lebih besar dari nilai total impor. Dibandingkan dengan
output domestik, nilai total ekspor Indonesia pada tahun 2005 sebesar 17,32
58 persen dari total output dan peranan impor sebesar 14,53 persen atau net ekspor
Indonesia tahun 2005 sebesar 2,78 persen. Sebagian besar komoditas ekspor utama Indonesia yang diteliti masih menunjukkan neraca perdagangan yang
surplus positif kecuali komoditas kimia dasar. Permintaan terhadap produk kimia dasar dalam negeri sangat besar
terutama bahan bakar minyak BBM. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik maka dilakukan impor terhadap komoditas kimia dasar khususnya
BBM. Impor kimia dasar mencapai 109,11 persen dari output domestik. Sementara, kebutuhan domestik kimia dasar yang sebesar 178,72 persen sebagian
besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi bagi aktivitas produksi domestik sebagai input antaraintermediate input . Selain itu komoditas kimia
dasar juga digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga maupun pemerintah terutama sebagai energi transportasi.
Kapasitas dan teknologi unit pengolahan minyak mentah crude oil serta sistem perjanjian eksplorasi sumber daya alam minyak bumi dengan sebagian
besar adalah perusahaan asing menyebabkan produk minyak bumi sebagian besar di ekspor 67,52 persen. Namun, dalam menghasilkan bahan bakar minyak
seperti bensin, solar minyak diesel dan sebagainya, unit pengolahan minyak bumi sektor kimia dasar juga menggunakan jenis minyak mentah yang berasal dari
luar negeri impor sebagai bahan baku, sehingga kebutuhan domestik untuk jenis komoditas ini juga relatif besar yaitu 80,35 persen dari total output domestik.
Kebutuhan domestik kimia dasar sebagai bahan baku, sebagian berasal dari impor minyak bumi yaitu sebesar 44,26 persen. Gambaran tentang kontribusi
permintaan domestik, ekspor, impor, suplai domestik dan net ekspor dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Meskipun peranan gas alam cair adalah kecil dalam penciptaan output Indonesia namun sebagian besar produksi gas alam cair tersebut di ekspor 93,67
persen. Sementara kebutuhan domestik komoditas gas alam cair ini hanya 6,66 persen dari total output domestik, sehingga seluruh kebutuhan domestik dipenuhi
oleh produksi domestik impor = 0 persen dan net ekspor gas alam cair sama dengan nilai ekspornya 93,67 persen.
59 Komoditas ekspor utama lainnya yang mempunyai net ekspor tinggi
adalah komoditas di sektor pertambangan yaitu batu bara dan biji tembaga. Meskipun pemanfaatan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri
khususnya sebagai pembangkit tenaga listrik semakin ditingkatkan pada tahun tahun terahir ini, namun ekspor komoditas batu bara masih relatif besar 75,82
persen dibandingkan dengan penggunaan untuk konsumsi domestik 24,45 persen sehingga net ekspor batu bara juga relatif besar 75,55 persen.
Tabel 5.2 Kontribusi Konsumsi Domestik, Ekspor, Impor dan Net Ekspor dalam Penciptaan Output Domestik persen
No Sektor produksi
Konsumsi Domestik
Ekspor Impor
Output domestik
Net ekspor
1 2
3 4
5 5
1 Pertanian Tanaman Pangan 106.92
0,24 7,16
100,00 -6,92
2 Pertanian Tanaman Lainnya 95.83
11,11 6,94
100,00 4,16
3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 101.62
0,42 2,04
100,00 -1,62
4 Kehutanan dan Perburuan 93,00
8,43 1,43
100,00 6,99
5 Perikanan 94.85
5,27 0,12
100,00 5,15
6 Batu bara 24.45
75,82 0,27
100,00 75,55
7 Minyak Bumi 76.74
67,52 44,26
100,00 23,26
8 Biji Tembaga 11.73
89,19 0,92
100,00 88,26
9 Pertambangan Mineral dan Logam Lainnya
99.67 3,00
2,67 100,00
0,33 10 Pertambangan dan Penggalian
Lainnya 105.72
2,54 8,26
100,00 -5,71
11 Minyak hewani dan minyak nabati
59.57 47,64
7,21 100,00
40,42 12 Industri Makanan, Minuman
Tembakau 101.54
6,78 8,32
100,00 -1,54
13 Pakaian jadi 48.22
53,23 1,45
100,00 51,78
14 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit selain
pakaian jadi 72.27
35,94 8,21
100,00 27,73
15 Industri Kayu Barang Dari Kayu
54.30 48,61
2,91 100,00
45,70 16 Barang elektronika
41.08 80,00
21,08 100,00
58,92 17 Logam dasar bukan besi
82 37,52
19,52 100,00
18,00 18 Industri lainnya
125.16 20,65
45,81 100,00
-25,17 19 Kimia dasar
162.43 46,68 109,11
100,00 -62,43
20 Gas alam cair 6.33
93,67 0,00
100,00 93,67
21 Karet remah 24.62
75,51 0,13
100,00 75,38
22 Industri kimia, pupuk, hasil dari 125.73
13,04 38,77
100,00 -25,73
23 Jasa jasa 98.44
7,57 6,01
100,00 1,56
Jumlah 97.21
17,32 14,53
100,00 2,78
Sumber: Diolah dari SNSE Indonesia 2005 yang dimodifikasi