Neraca Perdagangan Indonesia. PENDAHULUAN

61 membutuhkan tenaga terdidik dan terampil demikian pula di pertambangan biji tembaga. Tabel 5.3 Struktur Input Perekonomian Indonesia Tahun 2005, menurut Sektor Persen Input primer No. Komoditas Tenaga kerja Kapital Input antara Total input 1 2 3 4 6 7 1 Pertanian Tanaman Pangan 77,87 2,40 19,73 100,00 2 Pertanian Tanaman Lainnya 57,81 12,16 30,02 100,00 3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 48,19 15,32 36,49 100,00 4 Kehutanan dan Perburuan 34,21 48,37 17,42 100,00 5 Perikanan 33,77 47,80 18,43 100,00 6 Batu bara 16,65 60,98 22,37 100,00 7 Minyak Bumi 8,54 78,51 12,95 100,00 8 Biji Tembaga 7,73 58,84 33,43 100,00 9 Pertambangan Mineral dan Logam Lainnya 9,23 72,75 18,02 100,00 10 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 64,68 14,71 20,62 100,00 11 Minyak hewani dan minyak nabati 17,15 17,80 65,06 100,00 12 Industri Makanan, Minuman Tembakau 12,08 17,94 69,98 100,00 13 Pakaian jadi 14,27 26,82 58,91 100,00 14 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit selain pakaian jadi 14,61 19,21 66,19 100,00 15 Industri Kayu Barang Dari Kayu 20,50 20,80 58,70 100,00 16 Barang elektronika 9,47 13,63 76,90 100,00 17 Logam dasar bukan besi 9,31 25,00 65,69 100,00 18 Industri lainnya 15,63 19,00 65,37 100,00 19 Kimia dasar 12,86 11,06 76,08 100,00 20 Gas alam cair 2,18 52,41 45,40 100,00 21 Karet remah 14,01 13,66 72,32 100,00 22 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 17,27 31,74 50,99 100,00 23 Jasa jasa 31,26 19,97 48,77 100,00 Jumlah 26,34 23,83 49,84 100,00 Sumber: Diolah dari SNSE Indonesia 2005 yang dimodifikasi. Kontribusi tenaga kerja untuk minyak bumi dan biji tembaga masing- masing hanya 8,54 persen dan 7,73 persen. Komoditas pertambangan lainnya, yaitu batu bara, dalam melakukan penambangan menggunakan teknologi yang 62 relatif sederhana dibandingkan dengan teknologi penambangan minyak bumi atau biji tembaga. Teknologi penambangan batu bara di Indonesia masih menggunakan teknologi relatif sederhana yaitu dengan sistem penambangan terbuka karena keberadaan batu bara di Indonesia sebagian besar adalah di permukaan lapisan tanah sehingga tidak diperlukan teknologi tinggi untuk menambangnya. Kondisi ini menyebabkan kontribusi tenaga kerja di sektor batu bara masih relatif besar 16,65 persen dibandingkan dengan sektor pertambangan lainnya. Karena keberadaan batu bara di lapisan atas dari permukaan tanah maka biaya antara yang digunakan di penambangan batu bara juga relatif kecil sehingga persentase biaya primer atau biaya tenaga kerja dan kapital untuk penambangan batu bara masih lebih besar dari persentase penambangan biji tembaga. Penambangan biji tembaga misalnya Tembaga pura terletak di lapisan tanah dalam sehingga diperlukan eskavasi lapisan tanah dan untuk penambangannya diperlukan alat transportasi khusus untuk mengangkat biji tembaga dari lokasi penambangan. Karakteristik industri kimia khususnya pengolahan gas alam cair merupakan sektor yang sangat membutuhkan teknologi tinggi dalam proses produksinya sehingga penggunaan tenaga kerja dalam proses pengolahan gas alam cair hanya sebesar 2,18 persen. Namun karena penambangan gas alam cair menggunakan peralatan khusus untuk mengolah, mengemas serta mengangkutnya. Transportasi LPG menggunakan alat transportasi khusus jaringan pipa atau kapal khusus LPG sehingga penggunaan biaya antara komoditas LPG relatif besar 45,40 persen. Industri kimia maupun industri pengolahan lainnya, meskipun dalam proses produksinya adalah padat teknologi namun karena penggunaan bahan baku dan biaya antara lainnya cukup besar sehingga persentase input primer industri kimia dan pengolahan lainnya tersebut tidak terlalu besar. Input primer industri barang elektronika, logam dasar bukan besi maupun kimia dasar masing-masing hanya 23,10 persen, 34,31 persen dan 23,92 persen. Industri pengolahan yang sangat labor intensive atau banyak menggunakan tenaga kerja adalah industri yang menghasilkan minyak hewani dan nabati seperti CPO, pakaian jadi dan karet remah. Masing-masing komoditas 63 tersebut menggunakan biaya tenaga kerja upah dan gaji sebesar 17,15 persen, 14,275 persen dan 14,01 persen dari outputnya.

5.3 Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Ekspor Utama

Tenaga kerja yang diserap oleh 10 sepuluh industrisektor yang menghasilkan 10 sepuluh komoditas ekspor utama Indonesia masih relatif kecil jika dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja di sektor lainnya terutama pertanian dan jasa jasa lihat Tabel 5.4. Daya serap 10 sepuluh sektor yang menghasilkan komoditas ekspor utama terhadap jumlah tenaga kerja adalah sebesar 2,46 persen. Sektor yang menghasilkan komoditas pakaian jadi menyerap tenaga kerja terbanyak 677,85 ribu orang dibandingkan dengan penyerapan sektor yang menghasilkan komoditas ekspor utama lainnya. Penyerapan tenaga kerja di sektor minyak nabati dan hewani juga relatif besar 413,11 ribu orang. Tabel 5.4 Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor Usaha Jumlah TK No. Sektor produksi ribu orang Persen 1 2 1 Pertanian tanaman pangan KOD1 31814,80 33,33 2 Pertanian tanaman lainnya KOD2 5615,83 5,88 3 Peternakan dan hasil-hasilnya KOD3 2447,66 2,56 4 Kehutanan dan perburuan KOD4 504,06 0,53 5 Perikanan KOD5 1628,28 1,71 6 Batu bara KOD6 47,58 0,05 7 Minyak bumi KOD7 146,01 0,15 8 Biji tembaga KOD8 45,19 0,05 9 Pertambangan mineral dan logam lainnya KOD9 76,16 0,08 10 Pertambangan dan penggalian lainnya KOD10 550,73 0,58 11 Minyak hewani dan minyak nabati KOD11 413,11 0,43 12 Industri makanan lainnya, minuman dan tembakau KOD12 2020,14 2,12 13 Pakaian jadi KOD13 677,85 0,71 14 Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit selain pakaian jadi KOD14 2130,36 2,23 15 Industri kayu barang dari kayu KOD15 2388,44 2,50 16 Barang elektronika KOD16 120,23 0,13 17 Logam dasar bukan besi KOD17 451,39 0,47 18 Industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam dan industri selain barang elektronika KOD18 1939,75 2,03 19 Kimia dasar KOD19 127,28 0,25 20 Gas alam cair KOD20 238,05 0,13 21 Karet remah KOD21 84,24 0,09 22 Industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, semen KOD22 1282,91 1,34 23 Jasa jasa KOD23 40717,64 42,65 Jumlah 95467,70 100,00 Sumber: Diolah dari SNSE Indonesia 2005 64 Sebagian besar tenaga kerja Indonesia 33,33 persen diserap oleh sektor pertanian tanaman pangan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 31 814,80 ribu orang, sektor pertanian perkebunan 2 4922,16 ribu orang, sektor peternakan kehutanan dan perikanan 4 540.67 ribu orang, sektor pertambangan 4 754,68 orang, sektor industri pengolahan, listrik gas dan air bersih 516 479,61 ribu orang. Tenaga kerja di sektor jasa jasa sebanyak 40717,64 ribu tenaga kerja 42,65 persen dimana sebagian besar merupakan pekerja di subsektor perdagangan, hotel, restoran dan jasa lainnya 37 005,55 ribu orang. Meskipun peranan ekspor dan impor sektor pertanian relatif kecil dibandingkan dengan sektor sektor lainnya, namun sektor pertanian menanggung lebih banyak tenaga kerja yang diserap oleh sektor ini atau dengan kata lain, sebagian besar perekonomian rumah tangga banyak tergantung kepada sektor pertanian. 65 VI DAMPAK PERUBAHAN HARGA INTERNASIONAL

6.1 Kalibrasi dan Replikasi

Proses kalibrasi terhadap parameter-parameter yang diperoleh dari kerangka data SNSE maupun yang berasal dari luar kerangka data SNSE untuk menghasilkan kondisi yang ekuilibrium, dalam model SAM Based CGE dilakukan dengan membentuk variabel dummy yaitu variabel COSTGAP dan variabel WALRASREP. Parameter yang dihasilkan dari suatu model dikatakan dapat menghasilkan kerangka data SNSE berada dalam kondisi ekuilibrium jika variabel COSTGAP dan variabel WALRASREP menghasilkan nilai nol atau mendekati nol. Sebagian besar parameter dalam penghitungan CGE berdasarkan model SAM-Based CGE adalah berasal dari kerangka data SNSE Indonesia yang telah dimodifikasi. Selain parameter yang berasal dari kerangka data SNSE, penghitungan parameter dengan model SAM-Based CGE juga memerlukan beberapa parameter dan variabel eksogen yang berasal dari luar kerangka data SNSE Indonesia 2005. Parameter dan variabel eksogen yang berasal dari luar kerangka data SNSE dan digunakan dalam model ini adalah jumlah tenaga kerja, harga, serta elastisitas Armington dan elastisitas transformasi. Jumlah tenaga kerja untuk menghitung harga upah tenaga kerja merupakan parameter yang diperoleh diluar kerangka SNSE 2005. Berdasarkan tabel satelit dalam publikasi SNSE Indonesia tahun 2005 seperti terlihat pada Tabel 5.4, jumlah tenaga kerja Indonesia pada tahun 2005 adalah sebanyak 95 467,70 ribu orang. Parameter wfa adalah harga atau upahbalas jasa faktor produksi tenaga kerja dan kapital menurut lapangan usaha. Hargaupah faktor tenaga kerja sektor pertanian adalah terendah dibandingkan sektor lainnya. Harga upah per tenaga kerja, pada tahun 2005, untuk sektor pertanian tanaman pangan, sektor perkebunan dan sektor peternakan, kehutanan dan perikanan masing-masing sebesar Rp 5 487 ribu, Rp 11 176 ribu dan Rp 16 384 ribu . Sementara harga tenaga kerja tertinggi terjadi di sektor pertambangan yaitu sebesar Rp 74 403 ribu. 66 Selanjutnya, harga balas jasa faktor kapital di setiap sektornya menggunakan harga relatif sebesar 1,00 numeraire. .Harga berbagai komoditas yang digunakan dalam model SAM-Based CGE merupakan harga relatif seperti; harga komoditas domestik, komoditas impor, komoditas ekspor, dan sebagainya. Karena kerangka data SNSE adalah berbentuk nilai yang merupakan perkalian dari kuantitas dan harga, maka untuk menghasilkan analisis yang konsisten seperti perilaku agen ekonomi yang diasumsikan akan menentukan kuantitas suatu produk dengan harga tertentu price given sehingga harus dipisahkan antara harga dan kuantias untuk setiap variabel komoditas. Namun tanpa informasi tambahan tentang harga atau kuantitas maka untuk memisahkan harga dari kuantitas untuk setiap variabel dapat diatasi dengan menganggap nilai nominal dalam SNSE adalah sebagai nilai riil dari kuantitas untuk tahun dasar base year yaitu memperlakukan harga untuk sebagian besaran komoditas sebagai satu unity. Perlakuan ini secara teoritis konsisten karena fokus analisis adalah riil ekonomi dimana masalah moneter diabaikan. Dengan demikian maka data SNSE diperlakukan sebagai nilai kuantitas yang diukur dalam harga dasar base-year price dengan indeks harga unity untuk setiap variabel. Parameter harga tersebut adalah harga nilai tukar EXR, harga dari aktivitassektor, PAA, harga domestik untuk konsumsi domestik, PDC, harga ekspor, PEC, untuk komoditas C dalam rupiah, harga impor, PMC, untuk komoditas C dalam rupiah, harga komposit PQC komoditas C serta harga produsen untuk komoditas C, PXC, masing-masing digunakan harga relatif yaitu sebesar 1,000. Sementara, harga nilai tambah VA untuk aktivitassektor a, PVAA, diperoleh dari PVAA = SUMF, SAMF,A SAMA,TOTAL PAA. Selanjutnya, elastisitas perdagangan yang digunakan dalam model ini adalah elastisitas Armington yaitu elastisitas antara komoditas impor dan komoditas domestik CES dan elastisitas transformasi yaitu elastisitas antara komoditas ekspor dan komoditas domestik CET. Sebagian besar angka elastisitas diperoleh dari hasil penelitian terdahulu yaitu sebagaimana ditulis oleh Anabi et al, 2006 yang dilakukan oleh Devarajan terhadap perekonomian Indonesia. Namun karena klasifikasi yang terbatas 17 sektor dan tidak saling terkait maka digunakan pula hasil